Sejatinya cinta adalah perasaan kasih sayang yang ada dalam diri seseorang. Sejak kapan cinta itu ada didunia ini, aku tak pernah tau. Allah Sang Maha Pengasih Maha Penyayang menganugerahkan cinta kepada makhluk ciptaanNya, terkhusus manusia.


Benar atau tidak cinta pun ada pada makhluk lain, aku tak begitu paham. Namun aku yakini, binatang sekalipun memiliki rasa sayang terhadap anaknya. Dengan bukti tak pernah ada induk memakan anaknya, namun manusia yang memiliki rasa itu justru semakin banyak yang ‘memakan’ anaknya.


Cinta itu fitrah manusia. Setau aku, manusia semua memilikinya. Namun yang ku lihat kini, mengapa cinta selalu dikonotasikan pada cinta lawan jenis? Apakah pada saat aku mengungkapkan bahwa aku cinta kamu pada lawan jenis berarti aku mencintainya layaknya aku mencintai lawan jenis? Apakah sesempit itu kamu mendefinisikan cinta?


Cinta itu luas. Pada saat aku mengatakan aku cinta kamu, itu bisa berarti aku cinta kamu sebagai saudara, sebagai sahabat, sebagai teman, sebagai guru, bahkan mungkin sebagai orang tua. Entah sejak kapan definisi cinta begitu sempit dan terbatas sehingga orang-orang yang mencinta tidak mempunyai ruang yang luas, tidak bebas untuk mengungkapkan perasaannya.


Definisi yang sempit itu, pemahaman yang terbatas itu berakibat pada banyaknya kesalahpahaman dalam mengartikan cinta yang diungkapkan oleh seseorang, baik diungkapkan secara lisan, tulisan, apalagi secara perilaku. Timbullah satu persepsi bahwa orang yang mengungkapkan cintanya tersebut hanya mempermainkan perasaan dirinya saja, bahasa gaulnya PHP. PHP ini bukan bahasa pemrograman website, PHP disini kepanjangannyaPemberi Harapan Palsu.


Sering kan mendengar Pemberi Harapan Palsu? Ungkapan tersebut diungkapkan oleh anak-anak muda bahkan yang tua ikut-ikutan juga ketika ia menemukan dirinya tidak diberi kepastian, diberikan perhatian, kasih sayang, namun tidak juga di ‘tembak’, tidak juga ada ajakan untuk menjalani hubungan yang lebih intim. Mungkin juga ketika ia menemukan dirinya tidak mendapatkan respon sesuai yang ia inginkan dari orang yang dimaksud. Entah diperhatiin balik, disayangin balik, atau balasan-balasan lain. Atau bahkan mungkin saat SMS tak terbalas, pun dianggap juga PHP.


Duhai yang sedang kasmaran, bukankah patah hati yang kamu rasakan saat ini adalah karena kamu berharap padanya? Bukankah perasaan aneh itu muncul karena kamu yang memunculkan? Salahkah jika aku perhatian padamu, baik padamu, sayang padamu, bahkan cinta padamu? Mari kita luruskan apa yang belok diantara kita agar kamu tidak terus berharap padaku, agar aku pun bisa bersikap adil padamu.


Jika ada yang perhatian padamu, bukan berarti dia cinta kamu sebagai lawan jenis. Jika ada yang baik padamu, sayang padamu, cinta padamu, pun begitu rumusnya bukan berarti dia cinta kamu sebagai lawan jenis. Lalu harus seperti apa aku bersikap? Jutek? Marah? Unfriendly? Allah perintahkan ku menjadi rahmat bagi semesta alam. Mana mungkin aku bersikap demikian?


Maafkan aku jika memang aku menyakitimu dengan sikapku yang aku sendiri pun tiada menyadarinya. Aku kira sikapku selama ini wajar adanya padamu dan kamu tidak pernah mengeluhkan apapun padaku. Aku kira hubungan persahabatan kita atau apapun namanya hubungan itu tulus adanya sehingga aku tidak pernah berpikir macam-macam tentangmu. Ternyata aku salah, kamu menyalahartikan sikapku selama ini.


Bolehkah aku minta untuk tidak lagi berharap padaku? Aku tidak ingin kelak Allah menanyakan padamu tentang perasaan itu lalu kamu jawab aku memberikan harapan palsu padamu. Bukannya aku tidak ingin disalahkan tapi selama ini aku merasa baik-baik saja denganmu dan aku tidak ada perasaan yang lebih kepada kamu selain rasa kasih sayang kepada sesama manusia.


Aku tak pernah melarang kamu memiliki perasaan itu namun jika hal tersebut mengganggu diriku tentu aku berhak untuk menegurmu. Daripada kelak kamu meminta ‘pertanggungjawabanku’. Aku memang PHP (Pemberi Harapan Pasti) dan kamu juga PHP (Pemberi Harapan Pasti Palsu). Jika memang kamu PHP seperti aku pasti kamu tidak akan bersikap seperti itu.


Sudahlah cukup cintai aku dalam diam hingga kelak Allah pertemukan kita dengan cara yang baik dan ditempat yang baik. Tidak pernah ada cinta yang suci yang didapatkan dengan cara dan tempat yang tidak baik. Maka, cintailah aku dalam diammu untuk menjaga iffah izzah aku dan kamu. Berharaplah pada Allah bukan padaku agar tidak ada lagi kata Pemberi Harapan Palsu yang keluar dari mulut maupun sikapmu.



@imardalilah



One Response so far.

Leave a Reply