Jangan menilai orang dari luarnya. Don’t judge book from the cover. Kurang lebih bahasa inggrisnya begitu. Mohon koreksi jika kurang tepat, hehe.


Penampilan seseorang itu menandakan kepribadiannya. Kalo penampilannya eye catching, rapi, wangi, bersih, kurang lebih kepribadiannya pun demikian. Orangnya suka dengan kerapian, wangi, dan kebersihan. Resik gitu. Bukan tipe orang yang jorok.


Katanya juga benda-benda yang dimilikinya pun memperlihatkan orang tersebut seperti apa. Misalnya tas saya dekil, itu memperlihatkan kalo saya orangnya jorok, dekil, males, dls. Benarkah demikian? Saya ajak kamu untuk berimajinasi, hohohoh.


Sebagai orang yang melihat orang lain berpakaian kotor, dekil, lusuh, bau, dls, ada baiknya kita ga langsung judgement terhadap dia. Kita ga pernah tau kan kenapa sih dia pakaiannya kotor, dekil, lusuh, bau, norak, dls? Yekan? Kalo kita udah mengenal betul, sumonggo menilainya. Tapi kalo belum, jangan sekali-kali kita menilai orang tersebut demikian.


Daripada kita berpikir dia itu orangnya jorok, bau, dekil, lusuh, males, norak, dsb, mending kita tanya pada diri sendiri kenapa yaa dia kok yooo gitu sih dandanannya? Barang-barang yang dia miliki juga kayak gitu. Yaa motornya dekil, yaa tasnya juga dekil, badannya bau, dls.


Bisa jadi kondisi tersebut adalah kondisi yang memaksa orang tersebut berada dalam kondisi itu. Nah loh bingung, hehe. Iya maksudnya bisa jadi orang tersebut mau ga mau seperti itu karena kondisi yang memaksa. Misalnya aja tas dekil, bisa jadi saking sibuknya dan ga ada panas dia ga sempet nyuci tas. Sekalipun sempet ga bakal bisa kering besok pagi, sedangkan dia harus pergi pagi-pagi.


Lebih baik bukan jika kita berpikir demikian? Misalnya lagi jika motornya dekil, daripada kita mikir dia itu pemalas mending kita mikir oh mungkin didaerah rumahnya hujan mulu terus jalannya jeblok, padahal dia udah cuci motornya. Jadi percuma dia cuci motor apa ga juga ujungnya kotor-kotor juga. Enak kan kalo kita mikirnya gitu?


Belajar memahami orang lain itu banyak caranya. Bukan sekedar kita ber-empati pada saat dia sedih, bukan sekedar kita ada saat dia gundah, dls. Dengan cara demikian kita pun belajar untuk memahami orang lain. Memahami kondisi orang tersebut sebelum muncul persepsi-persepsi yang bisa mengganggu hubungan kita dengan orang lain. Hidup akan jauh lebih nikmat jika kita selalu positive thinking, positive feeling, and positive doing.


Lalu gimana kalo kita yang ada di posisi orang tersebut? Misalnya kita yang pakaian dan barang-barangnya dekil, lusuh, bau, norak, dls? Kita bisa lakukan evaluasi diri sedini mungkin. Tanyakan pendapat teman gimana penampilan saya yang blablablabla? Jika memang ada yang perlu diperbaiki, ya perbaiki sesegera mungkin. Jika ada yang mesti dihilangkan, belajar untuk membiasakan diri.


Jadilah diri yang menjaga agar persepsi orang ga macem-macem terhadap kita. Gossip ada karena perilaku kita juga toh? Daripada kita marah-marah di gosipin mending kita berubah, yekan? Memang benar seratus persen kita ga bisa ngatur pendapat orang tentang kita tapi seratus persen kita bisa ngatur diri kita mau terlihat seperti apa.


Baik menjadi orang yang dekilnya maupun menjadi orang yang memiliki teman yang dekilnya, cerdaslah menempatkan diri. Berikan respon yang baik jika kita sebagai orang yang melihatnya dan berikan kesan yang baik jika kita sebagai orang yang dilihat oleh orang lain.


Keduanya ga ada yang salah. Hanya disini saya memberikan saran agar menjadi apapun kita, menjadi siapapun kita, bersikaplah yang baik, benar, dan tepat. Jangan sampai kita seenak dengkul, seenak jidat, seenak udel, berpendapat yang seharusnya ga keluar dari mulut kita, dan ga seharusnya juga kita ‘memancing’ orang untuk beropini yang ga enak terhadap kita.



Clear kan keduanya? Ga pernah ada pihak yang salah. Masing-masing mesti introspeksi diri. Masing-masing mesti menjaga diri agar selalu yang dimunculkan, dirasakan, dilakukan adalah hal yang positif. 


Dengan kita menjaga diri, kitapun menjaga orang lain. Misalnya aja kalo kita pake jilbab (bagi wanita) itu menjaga para pria berpikir negatif dan berniat menggoda. Setidaknya seperti itu. Pun jika kita (para pria) melihat wanita tanpa jilbab, jaga pandangan. Sama seperti kita berkendara ugal-ugalan kita bisa mencelakakan orang lain, dan begitu sebaliknya. Sebagai obyek atau subyek itu ada caranya untuk berperan agar ga ada pihak yang merasa dirugikan.




@imardalilah

One Response so far.

Leave a Reply