Semenjak kakak saya pindah dan saya tinggal sendiri, rumah terasa sangat sepi. Kakak saya yang lain menyarankan untuk memindahkan televisi ke kamar saya agar saya ga begitu kesepian *halah* hihihii. Akhirnya televisi pun dipindahkan ke kamar saya lalu saya dibelikan remotenya, berhubung tombol pindah channelnya udah rusak. Hehe.


Jujur aja, udah lama banget saya ga nonton tv. Kalo pun nonton itu sebentar sekali. Karena bagi saya, program tv saat ini udah jarang ditemukan yang bermutu. Semua programnya sama, ga ada pilihan. Ya pilihan terbaik ga nonton tv.


Dengan adanya tv di kamar saya, saya jadi lebih sering menonton tv dibandingkan sebelumnya. Ada hal yang bisa saya amati dari program-program tv. Pagi hari saat saya menonton tv ternyata masyarakat Indonesia disuguhkan dengan tontonan sinetron yang isinya menurut saya negatif. Belum lagi dengan iklan-iklan yang ada. Semakin lengkap, komplit, dan WOW.


Bayangkan, pagi-pagi dimana kondisi otak masih segar, masih bersih, dijejali dengan tontonan sinetron yang menyeramkan, perselingkuhan, keserakahan, permusuhan, kejahatan, dll. Belum lagi begitu pabalatak (eh itu bahasa apa yaaa, hehe), banyaknya infotainment yang pagi-pagi udah nongol.


Ya pantes aja ibu-ibu kalo ke warung belanja sayuran udah bergosip, gibah, pagi-pagi udah ada infotainment. Pagi-pagi udah ada sinetron yang ga jelas alur ceritanya, kontennya, pesan yang disampaikannya. Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, entah jadi apa Indonesia ini kelak.


Media elektronik jelas sangat berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat. Sangat jelas bahwa kita belum merdeka, kita sedang dijajah melalui media elektronik. Siapa yang menguasai media, dia bisa kuasai opini publik, menguasai otak manusia. Inilah penjajahan yang paling berbahaya.


Iklan banyaknya menjual si model iklannya bukan produknya. Belum lagi substansi (halah ini bahasa keluar disini) dari iklan tersebut banyak yang nyerempet-nyerempet ke hal yang yaaaa gitulah. Misalnya aja iklan parfum, kenapa adegannya wanita yang tergoda oleh bau harumnya pria, yang terkesan mengumbar syahwat? Pernah juga saya liat iklan pasta gigi, ada dalam satu lift, nah terus ujung adegannya si pria dan wanita berdekatan dekat sekali wajah satu sama lain. Lagi-lagi adegan yang mengumbar syahwat.


Seharusnya masyarakat sebagai warga Negara dilindungi dari hal-hal seperti itu dan memang itu adalah haknya. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan sudah seharusnya bisa mengatur sendi kehidupan dalam rangka mensejahterakan warganya. Sejahtera itu ga selalu pendapatannya mencukupi kebutuhan dasar tapi juga melindungi masyarakat dari suatu hal yang dapat merugikan.


Jika pemerintah ga mampu, mau ga mau keluarga menjadi satu-satunya pondasi yang mesti berperan aktif. Walaupun dalam hal ini ga ada excuse bagi pemerintah menyelenggarakan suatu sistem Negara yang baik.


Keluarga, terutama ayah dan ibu, harus memahami pengaruh dari media elektronik yang dinikmati oleh anak-anaknya. Merekalah yang wajib melindungi anaknya dari pengaruh media yang udah ga sehat lagi. Para penjajah itu sangat cerdas mereka merasuki generasi muda melalui media. Saat generasi muda dan wanita pada suatu Negara itu hancur, maka hancurlah Negara tersebut.


Apakah sebatas itu tugas kita sebagai manusia atau kelak yang menjadi ayah dan ibu? Menurut saya ga Cuma itu, kita pun memiliki tugas untuk memperbaiki kondisi yang acak kadut seperti sekarang ini. Milikilah impian kita menjadi salah satu dari agent of change.


Entah kita mengubah dengan cara menjadi pengusaha media yang sehat, yang program-programnya mendidik, entah dengan cara kita menjadi guru yang benar-benar mendidik bukan sekedar mengajar dan mengejar uang. Entah dengan cara kita mempersiapkan diri menjadi orang tua yang cerdas, yang bisa mendidik anak sesuai zamannya.


Entah dengan cara kita menjadi seorang menteri, pejabat pemerintah, yang bisa membuat aturan/kebijakan yang melindungi warga negaranya. Dan entah dengan cara apapun, asal bukan dengan cara kita berdiam diri dan menyerahkan semuanya pada Tuhan tanpa adanya usaha dari diri sendiri, juga bukan dengan cara demo. Jadilah agent of change, perubahan yang baik.




@imardalilah

Leave a Reply