Melihat segala yang terjadi di Negara ini, orang-orang ‘gemes’ pengen mengubah semuanya. Ngeliat program televisi yang acakadut ga karuan, orang-orang pada pusing, protes ke Komisi Penyiaran Televisi ga ada tanggapan. Ujungnya cuma bisa cengo liatin tuh program-program televise tetap berjalan.


Ngeliat para pejabat pemerintah, anggota legislatif, hingga anggota yudikatif, pada korupsi, pada kolusi, nepotisme, orang-orang pada ‘gemes’ ga karuan. Rasanya pengen jambakin mereka sampe botak dan rambutnya ga tumbuh lagi. Gemes pengen nyubitin mereka, nyubit yang kecil sekecil-kecilnya sampe orang-orang itu jejeritan minta ampun. Gemes pengen kelitikin mereka sampe mereka ketawa-tawa ga bisa diberentiin. Yaaa ga usahlah dipenjara sama denda. Cukup itu aja hukumannya. Tapi digituin sama 250juta masyarakat Indonesia.


Gemes juga sama caleg yang money politic, pasang baliho gede-gede dipinggir jalan (untung bukan ditengah jalan), pasang pamphlet di pohon-pohon sampe bikin aktivis lingkungan geram. Tebar pesona sana sini. Orang-orang udah muak, skeptis, apatis sama caleg-caleg yang saat ini sedang mendominasi dalam kehidupannya. Katanya politikus itu brengsek, ga bersih, cuma peduli sama kepentingannya sendiri dan kelompoknya.


Orang-orang juga gemes liat program pemerintah ini itu kok kayak ga serius, ga ada yang bener, ga ada yang beres. Macet lah, banjir lah, susah cari kerja, jalanan rusak, dan segala macem dah kalo ditulis disini ga akan cukup list-nya. Ibu-ibu yang belanja sayuran tiap pagi ngeluh harga sembako naik, ongkos angkot naik, tarif listrik naik, serba naik. Sebagai manajer keuangan rumah tangga, mereka pusing ga karuan. Harga yang naik ga seimbang dengan gaji yang naik.


Itulah di negeri ini begitu banyak permasalahan. Salutnya, masyarakat tetap hidup mandiri sekalipun pemerintah, anggota legislatif, anggota yudikatif pada ble’e sebagian besar. Kenapa saya sebut sebagian besar? Karena saya yakin, didalamnya masih ada orang-orang baik dan amanah, bukan sekedar ada tapi buaaanyak.


Banyak dari kita –masyarakat Indonesia—yang mengutuk kondisi negaranya. Daripada kita mengutuk kegelapan, mending kita jadi cahaya, yekan? Toh kutukan sekutuk-kutuknya, sebanyak apapun orang mengutuk, ga akan pernah mengubah kondisi Indonesia saat ini.


Seorang pemenang selalu berkata,“Saya akan melakukan ini untuk kita.” Sedangkan seorang pecundang berkata,”Itu bukan tugas saya.” Kalo kita terus-terusan mengutuk kita termasuk pecundang. Pecundang itu selalu melihat masalah, selalu memiliki alasan, beda dengan pemenang yang selalu melihat solusi dan memikirkan jawaban apa yang bisa dia lakukan.


Saya sering denger juga ketika seseorang dihadapkan pada satu masalah dia bilang “Iya sih mungkin aja tapi kayaknya sulit deh buat dijalanin.” Nah itu jawaban seorang pecundang. Sebagai pemenang kita mesti jawab “Iya emang sih sulit tapi mungkin aja buat dilakuin dan dicapai.”


Belom lagi rasa pesimis kita yang ditambah dengan bilang “Yah bisa aja ngelakuin itu tapi kan butuh waktu yang lama, butuh proses.” Hehe, BroSis mie instan aja yang disitu jelas-jelas ada tulisan INSTAN ternyata ga instan. Buat nikmatin semangkok mie instan ada prosesnya juga. Apalagi dalam menghadapi satu masalah, udah pasti lah butuh proses, butuh waktu.


Semua permasalahan negeri ini ga bisa secepat kita mengedipkan mata lalu kelar masalah. Kita mesti kudu harus wajib optimis kelak masalah di negeri ini kelar, Indonesia jadi Negara percontohan Negara-negara lain.


Kita tau semua butuh proses dan waktu. Yang mesti kita pikirkan bukan kapan masalah ini selesai tapi apa yang udah saya lakuin untuk menjadi bagian dari solusi, bagian dari cahaya yang menerangi kegelapan ini? Kapan itu hak Allah untuk menjawabnya, tugas kita sekedar ikhtiar mengusahakan solusi terbaik. Guru saya bilang Allah yang memberikan solusi terbaik, kita –manusia—hanya bisa mengusahakan yang terbaik. Jika kita fokus pada Allah, maka Allah akan berikan yang terbaik.



Jadi, masihkah mau menjadi bagian dari tim pengutuk kegelapan? Bukankah gelap itu karena ga ada cahaya? Atau kita mau dan sedang menjadi bagian dari tim cahaya? Mie instan aja ga instan.



@imardalilah

Leave a Reply