Posted by Imar in
on
-
Kenapa yaa orang ngerasa memiliki kalo udah kehilangan?
Mungkin itulah hidup yang katanya saling berpasangan. Kita
ga akan pernah ngerasain manis kalo ga tau rasanya pahit. Kenapa ada yang
manis, karena ada yang pahit. Gitu kaliii yaaaa.
Yang saya liat ga sedikit orang yang mengabaikan orang
tuanya semasa orang tua masih hidup. Saat orang tua meninggal, baru deh sadar
kalo dia punya orang tua, kalo dia mestinya menyisihkan waktu buat orang tua.
Mungkin beruntungnya saya adalah Allah jemput orang tua saya ketika saya belum
akil baligh. Mungkin.
Ga sedikit juga yang kerja bertubi-tubi, membuta tulang
membanting babi, sampe ga ada waktu buat keluarga, buat teman, buat sahabat,
buat segala-galanya kali yaaa. Dan jeggggeeer tau-tau pas dia nengok bentar,
orang tuanya udah ga ada, temannya udah ga tau kemana, sahabatnya juga,
segala-galanya lari dari dia. Karena ga dijaga.
Saat senang, ga sedikit juga dari kita manusia, yang ga
sadar kalo dia punya Tuhan, punya Allah. Mereka ga merasa memiliki, ga merasa
bahwa Allah itu ada. Seketika nikmatnya dicabut, Jeggger baru sadar ternyata
ada Allah, Tuhan semesta alam.
Saya pun di-Jeggger-kan dengan kondisi semacam itu. Sering
sekali, terlebih tentang adanya Allah. Seperti manusia atheis yang melakukan
apapun seenak dengkulnya, seenak jidatnya. Dan ketika diberi kesusahan baru
ingat bahwa saya tuh punya BOS, yaitu Allah.
Pun saya di-Jegger-kan ketika saya tinggal sendirian
dirumah. Dulu saya merasa bahwa keberadaan kakak saya itu ga ada gunanya tuh
dirumah. Ada atau tanpa dia rasanya sama saja. Malah kayaknya ngeganggu,
anak-anaknya berisik lah, suka ribut lah, ngomel, dan sebagainya.
Saat di-Jeggger-in dengan kondisi sendiri, disitu saya baru
sadar. Oh iyaya, ternyata saya tuh salah. Walau rasanya ga ada bedanya ada atau
ga ada kakak saya dirumah, tetep aja beda.
Saya jadi teringat dulu pas masih baru-barunya orang tua
saya meninggal saya ngerasa gitu juga. Kakak-kakak saya ga ada gunanya, ga ada
tuh yang peduli sama adik-adiknya. Namun setelah saya renungi kembali saat ini,
oh engga. Ternyata kakak saya peduli ko, Cuma caranya yang memang ga terlihat
secara kasat mata.
Kakak yang ini cara dia peduli begini, yang satu begitu, dan
yang lainnya pun berbeda. Oh iya, ternyata Allah tuh memberikan pelajaran ga
Cuma di ayat Al Qur’an tapi juga melalui ayat kejadian yang dialami manusia.
Ternyata Allah itu punya tujuan, punya cara mendidik manusia.
Dengan kejadian seperti itu saya sadar bahwa untuk mengambil
pelajaran ga bisa instan. Ga bisa saat kita ngalamin satu peristiwa langsung
tau maksudNya Allah apa.
Dengan saya merasakan kehilangan, Allah berikan rasa
memiliki. Dengan begitu, rasa kasih sayang tumbuh lebih besar lagi. Ya ternyata
benar, untuk merasakan manis kita mesti merasakan pahit terlebih dahulu. Untuk
mendapatkan hal manis, kita mesti membayar harganya.
Harganya pasti setimpal dengan harganya, pasti sebanding
dengan perjuangannya. Mungkin itulah kenapa manusia baru merasa memiliki ketika
merasakan kehilangan. Supaya ke depan dia bisa lebih menjaga apa yang sudah ia
miliki, agar dia sadar bahwa ternyata ini loh kamu tuh punya ini.
Allah, begitu Maha Baik. Dia ga pernah bosen ngingetin kita
manusia, yaaa walaupun kita bebel, ngeyel, dan lainnya. Allah ga pernah
berhenti ingetin kita lewat apapun supaya kita sadar bahwa sebenernya kita
punya loh.
Blog Archive
-
▼
2014
(102)
-
▼
Februari
(28)
- Just Do It
- Mie Instan Aja Ga Instan
- Debat dan Diskusi
- Agent of Change
- Anak Cerminan Orang Tua
- Kaya dan Miskin
- Rasa Takut
- 5 Cara Mendidik Anak
- Cara Merespon Masalah
- Cara Efektif Menasehati Anak
- Saya Cinta Ibu
- Law of Attraction
- PPP
- Menunggu dan Jemputlah
- Menunggu dan Ditunggu
- Pemberi Harapan Palsu
- Stay Cool
- Jaga Diri Jaga Orang Lain
- Love Is Never Wrong
- Bersilaturahim Nambah Rezeki
- Memutus Rantai
- Manusia Bodoh
- What Should I Do
- Yang Tersirat
- Memiliki Karena Kehilangan
- Bebersih Yuk
- Sendirian
- Meminta Maaf
-
▼
Februari
(28)
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Alhamdulillah :-)