Posted by Imar in
on
-
Aku terdiam. Aku terhenyak. Kantong plastik yang aku jinjing
jatuh. Jari jemariku lemas. Mata berbinar melihat pemandangan didepanku. Astaga,
benarkah ini? Atau aku hanya mimpi belaka? Kau tau apa yang aku lihat? Es
cendol dengan harga seribu rupiah saja. Heloooow, hari gini ada es cendol
seribu rupiah? Gile luh.
Lucu? Mungkin iya. Biasanya saat melihat atau mendengar yang
lucu aku tertawa. Pun begitu kamu kan? Atau saat melakukan hal aneh kita pasti
tertawa karena lucu. Lucu itu biasanya
jika kita melihat, mendengar, atau melakukan suatu hal aneh yang mengundang
gelak tawa. Namun bagiku lucu itu bukan sekedar itu. Lucu ituuuu…..
Lucu itu ketika aku gelisah, khawatir akan seseorang yang
aku puja yang aku cinta ternyata tak balik mencintaiku tak balik memujaku. Pun aku
khawatir kelak aku tidak berjodoh dengannya. Ruang dan waktu memisahkan aku
dengannya. Atau mungkin kondisi yang tidak bisa diprediksi. Disaat yang sama
pula ternyata aku menemukan diriku belum siap menjalin hubungan serius dengan
pujaan hatiku. Lucu bukan?
Itu sangat lucu. Aku mengkhawatirkan orang yang belum jelas
atau bahkan tidak jelas bagaimana kelak aku dengannya terlebih aku temukan
diriku tidak ada kesiapan sedikitpun untuk menjalin hubungan serius. Lalu kemudian
aku menemukan diriku yang selalu memujanya, mengelu-elukannya, hingga aku
merasakan aku tidak bisa melepaskan bayangnya dari dalam benakku, dari dalam
perasaanku, dari dalam pandangan mataku.
Dan sangat sangat lucu. Lucu sekali saat aku –tidak sengaja
menjadi seorang yang protektif. Menanyakan kabarnya, menanyakan kegiatannya,
menanyakan apapun tentangnya dan kegiatannya. Aku ingin mengetahui segala gerak
geriknya. Mulai dari dunia maya hingga dunia nyata. Aku tak ingin satu detik
pun tidak tau apa yang ia lakukan.
Semakin sangat lucu sekali teramat sangat. Aku memikirkannya
setiap hari, setiap malam. Aku berpikir bagaimana jika aku tak berjodoh
dengannya? Lebih baik aku mati saja daripada aku tidak bisa hidup bersamanya. Aku
sangat gelisah, khawatir, aku takut… Aku takut jika ia lebih memilih wanita
lain dibandingkan aku.
Lebih-lebih lucu yang sangat dan teramat sangat. Kala aku
terus berharap akannya, tentangnya. Perasaan lucu ini semakin membuatku gila
hingga yang aku pikirkanpun gila, yang aku lakukanpun gila. Aku merasa bahwa ia
pun memiliki rasa yang sama denganku. Dia selalu ada disampingku saat aku
butuhkan. Dia selalu mendukung segala kegiatan yang aku kerjakan. Dan aku, aku
semakin tergila-gila akan dirinya.
Kau tahu? Justru itu lebih daripada semakin lucunya
berlebih. Perasaan gila yang aku katakan baru saja menunjukkan bahwa aku
melakukan hal yang gila. Apa? Aku terlalu percaya diri, aku ge-er (mungkin),
karena dia begitu perhatian padaku, selalu mendukungku, selalu ada membantuku. Padahal
ternyata dia memang baik, pria baik yang bukan berarti tandanya ia pun memiliki
rasa yang sama.
Akhirnya aku tertawa sendiri dengan es cendol seharga seribu
yang aku pesan sebanyak seratus gelas untuk menggenapkan kegilaanku. Es cendol
itu menyadarkanku bahwa aku ini lucu. Lucu, belum siap menjalin hubungan serius
tapi mengkhawatirkan seseorang, menggalaukannya, merisaukannya. Padahal aku mah
apa atuh, cuma bisa menatapi foto dan stalk akun sosial medianya serta menatapi
ia dari kejauhan.
@imardalilah yang lucu
bisa galau juga? :P
Aaakkkk...... ~~~~~\O/
lucu itu ketika madam membuat cerita ini.. hehe