Aku merindukanmu. Aku merindukanmu lebih dari aku merindukan pedasnya sambal bebek kaleyo. Lebih dari aku merindukan sirloin double juga milkshake strawberry waroeng steak. Lebih dari aku merindukan ayam bakar madu di pecel lele lela. Lebih dari makanan apapun di dunia ini yang aku rindukan.


Kau tahu, setelah kita berjauhan aku baru merasakan dulu aku pernah memiliki dirimu? Kau tahu, setelah kita tak lagi saling sapa aku baru merasakan dulu aku pernah berdekatan denganmu? Kau tahu, setelah kita tak lagi saling tatap muka aku baru merasakan dulu kita pernah menikmati senja berdua hingga matahari tenggelam dan langit senja itu berubah hitam kelam?


Kini kau dimana, aku pun tak tahu. Tak pernah ada sepatah katapun yang ku dengar darimu kini. Jangankan sepatah kata, mendengar kabarmu pun aku tak pernah. Mungkin disana kau sedang berbahagia. Mungkin disana kau sudah mendapatkan tambatan hati. Mungkin disana kau tidak lagi ingat aku dan siapa aku ini. Ya, aku apa sih untukmu? Aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.


Aku berusaha mencarimu, menemukanmu di sela-sela gelapnya malam. Aku berusaha mencarimu, menemukanmu dalam terik matahari. Aku berusaha mencarimu, menemukanmu dalam riuhnya malam ditengah sawah. Mungkin aku dapat temukanmu disana. Aku selalu berharap menemukanmu dalam ketidaksengajaan.


Kau tau kan bahwa kita bertemu tanpa sengaja? Kau pun tahu bahwa kita dekat pun tanpa sengaja. Aku juga tahu bahwa kau tahu bahwa ketidaksengajaan itu yang membawa semuanya. Ya, semuanya. Hingga akhirnya kita sering menghabiskan waktu bersama, berdua saja. Menikmati senja di ufuk barat sana di rooftop tanpa terhalangi apapun. Kita selalu setia menunggu mentari yang sedari pagi melaksanakan tugasnya –menyinari dunia untuk pergi berganti shift dengan rembulan yang tak lama lagi datang.


Apakah kau tahu bahwa kau laksana mentari yang Tuhan ciptakan untukku? Tugasmu adalah menyinari duniaku. Hanya aku. Ya, tentu saja hanya aku. Tidak boleh ada yang lain selain aku. Dan aku adalah bumi bagimu –yang tanpamu tak akan ada kehidupan. Bumi seketika menjadi gelap gulita. Tak ada sumber energi. Tak ada sumber kehidupan. Apakah kau tahu? Itulah aku kini.


Kini bumi gelap. Tak pernah ada secercah cahayapun yang menyinarinya. Kehidupannya terhenti. Mentari telah sirna. Pergi. Hilang. Mungkin ia mendapatkan tugas lain dari Tuhan. Menyinari sisi lain dunia ini. Entah bagian mana. Entah sampai kapan bumi akan terus tidur atau bahkan mati sebelum mentari datang memberikan kehidupan. Bumi hanya berharap mentari kembali bersinar disana agar apa yang ada didalamnya kembali hidup.


Mentari, adakah kau rasa yang bumi rasakan kini? Kerinduan yang mendalam. Melebihi dalamnya sumur dirumah-rumah warga. Melebihi dalamnya galian di Freeport sana. Hendak kau ukur dengan apapun dalamnya takkan pernah ada alat ukur yang mampu mengukur dalamnya rindu bumi padamu, mentari.


Apakah kau lupa diriku? Mentari, aku tak pernah lupa akan dirimu. Mana mungkin aku bisa melupakan kenangan yang begitu indah. Mana mungkin aku bisa menghilangkan atau menganggap kita tidak pernah ada apa-apa sebelumnya? Mana mungkin? Itu tidak mungkin.


Semoga segala asumsi aku tentang dirimu adalah hanya hoax semata. Hanya asumsi semata. Semoga. Justru aku berharap disana kau sedang melakukan sesuatu hal yang kelak kau berikan padaku. Entah itu apa. Mungkin akan menjadi kejutan besar bagiku. Aku harap begitu. Disini, bumi hanya memiliki harapan. Harapan itu harus selalu ada bukan mentari? Dan itulah harapanku. Kerinduan yang mendalam ini semoga disampaikan kepadamu hingga kau tak berlama-lama diluar sana.


Ingatlah, kita ditakdirkan bersama. Bukan sendiri-sendiri seperti ini. Jangan kita mengingkari takdir kita itu. Kita ibarat sisi mata uang, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Aku yakin, sekalipun raga kita saat ini berpisah namun jiwa, hati, dan perasaan kita tetap menyatu. Berpisahnya raga tidak mengartikan bahwa kita berpisah. Aku yakin itu. Kita tetap bersama. Namun kini kita sedang berusaha masing-masing agar kelak –mungkin ketidaksengajaan itu kembali mempersatukan kita.



@imardalilah

Leave a Reply