Setiap perkataan yang muncul dari mulut seseorang biasanya itu adalah pengalamannya. Mungkin sangat sedikit perkataan yang keluar dari seseorang tanpa ia telah mengalaminya. Berbeda hal bagi para pembohong, pembual, atau bahkan penipu. Pun begitu dengan peribahasa. Nampaknya peribahasa muncul bukan sekonyong-konyong tanpa alasan. Seperti peribahasa “Jangan menilai seseorang dari luar”.


By the way, banyak orang yang tertipu oleh penampilan seseorang. Namun begitu bukan berarti kita tidak mementingkan penampilan dan lebih mementingkan apa yang ada dalam diri kita. Penampilan tetap harus baik terlebih apa yang ada dalam diri kita.


Tidak bisa dipungkiri kita menilai seseorang untuk pertama kalinya dari penampilan. Akan tetapi jangan pernah kita menilai seseorang hanya pada penampilannya, terlebih jika kita tidak mengenal lebih jauh orang tersebut.


Berapa banyak diantara kita yang merasa aneh ketika melihat seseorang memakai celana super pendek, baju ketat, dekil, celana dan baju robek-robek, dan atau lain sebagainya? Atau berapa banyak diantara kita yang merasa aneh ketika melihat seorang wanita merokok lalu bergumam “gila tuh cewek”?


Aku teringat pesan guruku, jangan pernah merasa benar sekalipun kita dalam posisi yang benar. Mungkin kedua fenomena diatas adalah kejadian yang tidak biasa untuk kita atau bahkan melanggar norma-norma, baik norma moral atau norma agama. Namun bukan berarti kita menganggap mereka lebih buruk dibanding kita yang penampilannya lebih tertutup dan tidak merokok.


Kamu tahu bahwa saat kita sedang berada di posisi yang benar Allah menguji kita dengan kebenaran yang kita yakini itu? Bisa jadi saat Allah perlihatkan orang yang tak berjilbab secara sempurna sedang kita berjilbab sempurna kemudian kita menjadi sombong. Merasa benar dibandingkan orang lain itu sombong.


Belajarlah untuk tetap rendah hati. Sekalipun kita berada dalam garis kebenaran namun bukan berarti kita bisa seenak dengkul menyalahkan orang lain dengan perilaku atau penampilan mereka yang tidak baik bagi kita. Bagaimana jika saat kita sombong seperti itu disaat yang bersamaan orang tersebut sebenarnya malu dengan apa yang ia lakukan –sebenarnya dia malu dengan penampilan dia yang urakan, lalu kemudian Allah mencabut nyawa keduanya? Siapa yang lebih mulia, kita atau orang yang kita nilai tidak lebih baik dari kita itu?



Jika kita menemukan fenomena seperti itu belajarlah mengatakan pada diri sendiri “Saya tidak lebih baik dari orang itu” insya Allah kesombongan itu hari demi hari semakin terkikis. Sungguh tidak ada manusia yang pantas membandingkan dirinya lebih baik daripada manusia lainnya. Semoga kita dijauhkan dari golongan orang-orang yang menilai hanya dari penampilannya. Semoga kita digolongkan kepada orang-orang yang bisa mensinkronkan antara penampilan, hati, pikiran, ucapan juga perilaku.



@imardalilah

Leave a Reply