Posted by Imar in
on
-
Setiap perkataan yang muncul dari mulut seseorang biasanya
itu adalah pengalamannya. Mungkin sangat sedikit perkataan yang keluar dari
seseorang tanpa ia telah mengalaminya. Berbeda hal bagi para pembohong, pembual,
atau bahkan penipu. Pun begitu dengan peribahasa. Nampaknya peribahasa muncul
bukan sekonyong-konyong tanpa alasan. Seperti peribahasa “Jangan menilai
seseorang dari luar”.
By the way, banyak orang yang tertipu oleh penampilan
seseorang. Namun begitu bukan berarti kita tidak mementingkan penampilan dan
lebih mementingkan apa yang ada dalam diri kita. Penampilan tetap harus baik
terlebih apa yang ada dalam diri kita.
Tidak bisa dipungkiri kita menilai seseorang untuk pertama
kalinya dari penampilan. Akan tetapi jangan
pernah kita menilai seseorang hanya pada penampilannya, terlebih jika kita
tidak mengenal lebih jauh orang tersebut.
Berapa banyak diantara kita yang merasa aneh ketika melihat seseorang
memakai celana super pendek, baju ketat, dekil, celana dan baju robek-robek,
dan atau lain sebagainya? Atau berapa banyak diantara kita yang merasa aneh
ketika melihat seorang wanita merokok lalu bergumam “gila tuh cewek”?
Aku teringat pesan guruku, jangan pernah merasa benar
sekalipun kita dalam posisi yang benar. Mungkin kedua fenomena diatas adalah kejadian
yang tidak biasa untuk kita atau bahkan melanggar norma-norma, baik norma moral
atau norma agama. Namun bukan berarti kita menganggap mereka lebih buruk
dibanding kita yang penampilannya lebih tertutup dan tidak merokok.
Kamu tahu bahwa saat kita sedang berada di posisi yang benar
Allah menguji kita dengan kebenaran yang kita yakini itu? Bisa jadi saat Allah
perlihatkan orang yang tak berjilbab secara sempurna sedang kita berjilbab
sempurna kemudian kita menjadi sombong. Merasa benar dibandingkan orang lain
itu sombong.
Belajarlah untuk tetap rendah hati. Sekalipun kita berada
dalam garis kebenaran namun bukan berarti kita bisa seenak dengkul menyalahkan
orang lain dengan perilaku atau penampilan mereka yang tidak baik bagi kita. Bagaimana
jika saat kita sombong seperti itu disaat yang bersamaan orang tersebut
sebenarnya malu dengan apa yang ia lakukan –sebenarnya dia malu dengan
penampilan dia yang urakan, lalu kemudian Allah mencabut nyawa keduanya? Siapa yang
lebih mulia, kita atau orang yang kita nilai tidak lebih baik dari kita itu?
Jika kita menemukan fenomena seperti itu belajarlah
mengatakan pada diri sendiri “Saya tidak lebih baik dari orang itu” insya Allah
kesombongan itu hari demi hari semakin terkikis. Sungguh tidak ada manusia yang
pantas membandingkan dirinya lebih baik daripada manusia lainnya. Semoga kita
dijauhkan dari golongan orang-orang yang menilai hanya dari penampilannya. Semoga
kita digolongkan kepada orang-orang yang bisa mensinkronkan antara penampilan,
hati, pikiran, ucapan juga perilaku.
@imardalilah