“Ma, memang cinta itu mesti pegangan tangan kayak gitu ya?” Adikku seketika bertanya seraya menunjuk sinetron di tipi. Kalau tidak salah ingat adegannya seorang remaja ‘nembak’ orang yang disukainya dengan mengatakan ‘Aku Cinta Sama Kamu, Kamu Mau Jadi Pacar Aku?’. Mamaku sontak tercengang, “WOW aku tercengang” Ala Fitri Tropica. Langsung dipindahkan saluran tipi itu. Kemudian Mama menjelaskan.


“Dik, itu bukan cinta. Cinta itu tidak pernah menyentuh yang bukan miliknya. Karena cinta itu suci.” Ujar Mama pada adikku yang beranjak remaja.

“Tapi Ma cowoknya bilang dia cinta sama cewek tadi?”

“Itu tandanya cowok itu belum paham makna cinta. Kamu ingat ya Dik, Cinta itu luhur maka ia tidak menyentuh suatu hal yang membuatnya menjadi rendah seperti yang kamu lihat tadi. Kalau ada cowok yang bilang kayak gitu ke kamu apalagi sambil pegang bagian dari anggota badan kamu, jangan mau ya. Bilang aja ke dia ‘sana belajar dulu cinta itu apa, baru bilang cinta’. Ok?”

“Ok, Ma. Nah terus Ma yang pacaran gitu?”

“Mengungkapkan cinta dengan cara tadi aja sudah memperlihatkan kalau itu bukan cinta. Apalagi pacaran? Memang adik mau di pegang-pegang, dibawa kemana-mana, di macem-macemin sama cowok? Adik itu mahal. Jadi ga sembarang orang boleh pegang-pegang apalagi sampe ngebawa adik kemana-mana.”

“Oh gitu ya, Ma. Ok Ma.”

Mendengar percakapan antara Mama dan Adikku, aku jadi tergerak ingin bertanya.

“Ma, temen aku dikampus pacaran sih engga tapi dia lagi suka banget sama cowok ampe doa gitu. Doanya minta dijodohkan gitu dengan cowok yang lagi disukainya supaya si cowok bisa ngebimbing kearah yang lebih baik lagi. Aku sih aneh pas dengernya, Ma. Bukannya tentang jodoh itu kita serahkan pada Allah?” tanyaku penuh penasaran.

“Wah gitu, Kak? Memang cowoknya seperti apa sampai temen Kakak berdoa seperti itu?” Mamaku malah balik bertanya.

“Hmm, ga begitu ngerti sih Ma. Bagi aku sih biasa aja. Tapi kan bagi orang yang jatuh cinta, kalau cintanya sudah melekat tahi kucingpun rasa cokelat, Ma. Hehehe” Aku tertawa lepas. Sambil membayangkan teman-temanku yang sedang gila karena cinta.


“Kakak ada-ada aja. Kakak benar, jodoh itu serahkan pada Allah. Namun begitu kita tetap ikhtiar. Ikhtiarnya bukan meminta si A jadi jodoh kita karena kita tidak tahu siapa yang terbaik untuk kita dalam menghabiskan sisa hidup. Kakak inget ya, ikhtiar itu kita meningkatkan ibadah kita dihadapan Allah karena kita cinta pada Allah bukan karena kita sedang suka pada lawan jenis lalu meningkatkan ibadah agar Allah mau mengabulkan keinginan kita berjodoh dengan orang yang kita suka itu. Itu namanya kakak sok tahu. Allah kan Yang Maha Tahu. Kenapa tentang jodoh yang sangat rahasia itu ga kita serahkan sepenuhnya pada Allah? Kita ga percaya pilihan Allah itu terbaik untuk kita sehingga kita sok-sokan minta dijodohkan dengan orang yang kita suka agar membimbing dijalan Allah?” Mamaku menjelaskan panjang kali lebar sama dengan luas.


Aku manggut-manggut tanda mengerti apa yang Mama katakan.

“Kak, dalam Surat Al Fatihah kan ada tuh doa ‘Tunjukkanlah kami jalan yang lurus’. Yang menunjukkan jalan yang lurus itu Allah bukan pasangan hidup Kakak kelak. Tentu sebagai imam dalam keluarga, seorang suami harus bisa mengarahkan istri dan anaknya kepada jalan Allah. Mama khawatir doa teman kakak itu bermakna menduakan Allah dan sombong.”

“Maksudnya gimana, Ma?” kali ini aku bingung dengan penjelasan Mama.

“Gini loh Kak. Kan doa teman kamu itu minta dijodohkan dengan cowok yang lagi disukainya itu dan berharap si cowok bisa membimbingnya, gitu kan?”

“Iya, Ma. Terus?”

“Nah kenapa dia doanya seperti itu? Memang Allah ga bisa membimbing dia ke jalan yang baik sehingga meminta dijodohkan dengan cowok yang disukainya agar kelak ia mampu membimbing dalam kebaikan? Itu kan bisa bermakna menduakan Allah. Udah gitu sombong minta dijodohkan yang belum tentu baik untuknya.” Terang Mama padaku sangat serius.

“Terus baiknya gimana Ma kalo doa? Biar Kakak juga ga salah berdoa dan meminta pada Allah.”

“Kalau kakak lagi suka sama lawan jenis, curhat aja sama Allah. Bilang kakak lagi suka sama seseorang –misal si A sebut aja, minta pada Allah agar perasaan kakak itu ga tumpah ruah kemana-mana, minta pada Allah agar Kakak tetap bisa menjaga kehormatan kakak dengan menjaga perasaan kakak, minta pada Allah agar kakak di mampukan mengatur perasaan itu. Blak-blakan aja sama Allah. Tapi kakak jangan pernah minta untuk dijodohkan dengan orang yang lagi kakak suka. Biar Allah yang memberikan petunjuk. Kalau kakak udah siap menikah barulah kakak minta agar diberikan petunjuk jika memang dia adalah pilihan Allah.” Mama menjelaskan dengan penuh kasih sayang dan ketulusan.

“Oh gitu ya, Ma. Pointnya kita ga boleh meminta dijodohkan dengan si Anu.”

“Yaa, betul. Masa depan Kakak masih panjang. Kakak masih punya banyak pilihan di depan sana. Belum tentu kan cowok yang kakak suka saat ini adalah yang terbaik? Selagi kakak ikhtiar, mencari dan hingga nanti memilih, mantapkan dulu diri kakak dengan ilmu dan persiapan lainnya. Cowok masih banyak, Kak. Ga usah lah kita minta dijodohkan dengan orang yang kita suka segala, kayak kakak ga laku aja.” Mama mengakhiri kalimatnya itu dengan tatapan agak sinis.


“Iya, Ma. Siap. Sekarang kakak fokus ke diri kakak aja dulu. Jodoh mah gampang. Kalo kita cinta sama Allah dan Allah cinta sama kita, sekelas Reza Rahardian aja pasti Allah kasih. Yakan, Ma? Intinya sekarang kakak mesti bikin Allah cinta sama kakak bukan bikin cowok yang kakak suka cinta sama kakak.”


“Nah itu kamu paham. Cinta kamu pada Allah dan cinta dia pada Allah-lah yang akan mempertemukan kalian berdua kelak. Sumber cinta yang sama akan dipertemukan. Kalau kakak cintanya karena dia berarti dia juga cintanya karena kakak. Sedangkan sebaik-baiknya dasar cinta adalah atas dasar cinta pada-Nya.” Mama memelukku dan adikku yang melongo mendengar perbincangan aku dan Mama.


Kini aku semakin paham bahwa cinta itu suci dan mulia. Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara yang hina dan kotor, dia sebanding dengan apa yang dia dapatkan, dia sebanding dengan cara ia mendapatkan cinta. Dan cintanya? Tentu saja sebanding dengan caranya itu.


Ya Allah, jauhkan aku dari cara-cara yang hina dan menghinakan diriku juga cinta yang sesungguhnya mulia. Jauhkan aku dari golongan orang-orang yang mengagungkan cinta namun tidak memperlakukan cinta sebagaimana ia mengagungkannya. Jauhkan aku dari mencintai manusia melebihi cintaku pada-Mu sehingga aku pantas mendapatkan seseorang yang mencintai diriku tidak melebihi cintanya pada-Mu, pantas mendapatkan seseorang yang sangat Engkau cintai karena ia sangat mencintai Engkau dengan tidak menduakan-Mu dengan apapun terlebih dengan diriku sendiri.





@imardalilah

3 Responses so far.

  1. evasaras says:

    nice post^^ aamiin aamiin yaRabb.. Semoga Allah bimbing kita utk terus istiqomah dan menjaga iman dgn sebaik2nya iman, biar dikasih jodoh impian ya :D

  2. Imar says:

    Aamiin...
    Oke, cariin ya Ti atau Fi :v

  3. Unknown says:

    aamiin yaRobb
    keren!!! berasa ditampar euuy...

Leave a Reply