Aku terdiam. Aku terhenyak. Kantong plastik yang aku jinjing jatuh. Jari jemariku lemas. Mata berbinar melihat pemandangan didepanku. Astaga, benarkah ini? Atau aku hanya mimpi belaka? Kau tau apa yang aku lihat? Es cendol dengan harga seribu rupiah saja. Heloooow, hari gini ada es cendol seribu rupiah? Gile luh.


Lucu? Mungkin iya. Biasanya saat melihat atau mendengar yang lucu aku tertawa. Pun begitu kamu kan? Atau saat melakukan hal aneh kita pasti tertawa karena lucu.  Lucu itu biasanya jika kita melihat, mendengar, atau melakukan suatu hal aneh yang mengundang gelak tawa. Namun bagiku lucu itu bukan sekedar itu. Lucu ituuuu…..


Lucu itu ketika aku gelisah, khawatir akan seseorang yang aku puja yang aku cinta ternyata tak balik mencintaiku tak balik memujaku. Pun aku khawatir kelak aku tidak berjodoh dengannya. Ruang dan waktu memisahkan aku dengannya. Atau mungkin kondisi yang tidak bisa diprediksi. Disaat yang sama pula ternyata aku menemukan diriku belum siap menjalin hubungan serius dengan pujaan hatiku. Lucu bukan?


Itu sangat lucu. Aku mengkhawatirkan orang yang belum jelas atau bahkan tidak jelas bagaimana kelak aku dengannya terlebih aku temukan diriku tidak ada kesiapan sedikitpun untuk menjalin hubungan serius. Lalu kemudian aku menemukan diriku yang selalu memujanya, mengelu-elukannya, hingga aku merasakan aku tidak bisa melepaskan bayangnya dari dalam benakku, dari dalam perasaanku, dari dalam pandangan mataku.


Dan sangat sangat lucu. Lucu sekali saat aku –tidak sengaja menjadi seorang yang protektif. Menanyakan kabarnya, menanyakan kegiatannya, menanyakan apapun tentangnya dan kegiatannya. Aku ingin mengetahui segala gerak geriknya. Mulai dari dunia maya hingga dunia nyata. Aku tak ingin satu detik pun tidak tau apa yang ia lakukan.


Semakin sangat lucu sekali teramat sangat. Aku memikirkannya setiap hari, setiap malam. Aku berpikir bagaimana jika aku tak berjodoh dengannya? Lebih baik aku mati saja daripada aku tidak bisa hidup bersamanya. Aku sangat gelisah, khawatir, aku takut… Aku takut jika ia lebih memilih wanita lain dibandingkan aku.


Lebih-lebih lucu yang sangat dan teramat sangat. Kala aku terus berharap akannya, tentangnya. Perasaan lucu ini semakin membuatku gila hingga yang aku pikirkanpun gila, yang aku lakukanpun gila. Aku merasa bahwa ia pun memiliki rasa yang sama denganku. Dia selalu ada disampingku saat aku butuhkan. Dia selalu mendukung segala kegiatan yang aku kerjakan. Dan aku, aku semakin tergila-gila akan dirinya.


Kau tahu? Justru itu lebih daripada semakin lucunya berlebih. Perasaan gila yang aku katakan baru saja menunjukkan bahwa aku melakukan hal yang gila. Apa? Aku terlalu percaya diri, aku ge-er (mungkin), karena dia begitu perhatian padaku, selalu mendukungku, selalu ada membantuku. Padahal ternyata dia memang baik, pria baik yang bukan berarti tandanya ia pun memiliki rasa yang sama.



Akhirnya aku tertawa sendiri dengan es cendol seharga seribu yang aku pesan sebanyak seratus gelas untuk menggenapkan kegilaanku. Es cendol itu menyadarkanku bahwa aku ini lucu. Lucu, belum siap menjalin hubungan serius tapi mengkhawatirkan seseorang, menggalaukannya, merisaukannya. Padahal aku mah apa atuh, cuma bisa menatapi foto dan stalk akun sosial medianya serta menatapi ia dari kejauhan.



@imardalilah yang lucu

3 Responses so far.

  1. Imar says:

    Aaakkkk...... ~~~~~\O/

  2. lucu itu ketika madam membuat cerita ini.. hehe

Leave a Reply