Hujan sejatinya adalah berkah dari Allah. Terbukti dengan salah satu waktu mustajab untuk berdo’a ialah ketika hujan turun. Bagi orang yang mengetahuinya tentu hujan adalah waktu yang dinanti-nanti. Selama hujan, ia tiada berhenti berdo’a. Karena Tuhan-nya mengatakan bahwa do’a saat hujan turun lebih cepat dikabulkan. Siapa yang ga seneng?


Sebagian wilayah di Indonesia sedang diberikan waktu mustajab tersebut. Berarti banyak orang yang seneng dong dan banyak berdo’a? Hhm saya rasa belum tentu. Loh kenapa? Ya karena hujan yang sekarang sering mengguyur wilayah Indonesia, khususnya Jabodetabek, bagi sebagian orang musibah. Kumpulan air yang turun ke bumi itu menjadi ‘musuh’ manusia sehingga manusia harus ‘mengalah’ berpindah tempat ketempat yang tidak dikepung oleh air.


Kumpulan air itu bernama banjir. Melihat berita di televisi, saya rasa banjir tahun ini lebih parah dibanding tahun sebelumnya. Jika benar lebih parah, pemerintah daerah khususnya mesti mengevaluasi apa dan dimana letak kekurangan program-program untuk mengatasi banjir. Itu pun jika benar lebih parah. Namun menurut hemat saya, jika memang program mengatasi banjir itu efektif tentu setiap tahunnya banjir itu berkurang. Betul ga?


Saya ga begitu tau program apa yang dimiliki Pemda setempat. Yang jelas, apapun programnya, apapun rancangannya tentu harus bersinergi dengan masyarakat juga. Karena semantaPPP apapun rancangan tapi ga ada aksi bersama menurut saya percuma. Pemerintah mesti bisa menggerakkan masyarakat, mulai dari hal terkecil seperti buang sampah pada tempatnya (tentu tempatnya bukan disungai, selokan, dan aliran/jalan air lainnya).


Februari 2013 saya membeli majalah Berita Indonesia. Apa yang membuat saya tertarik dengan majalah tersebut? Judul dicovernya, yaitu “Saran Buat Jokowi-Ahok, Tirta Sangga Jaya Solusi Komprehensif Jakarta Raya”. Kemudian saya baca, JeGGGerrr emang komprehensif. Untuk sedikit menggambarkan, Tirta Sangga Jaya itu bentuknya seperti Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat namun ga cuma mengelilingi Jakarta tapi Jabodetabek dan Karawang.


Tirta Sangga Jaya ternyata sudah dipublikasikan dalam Majalah Berita Indonesia Edisi 36 April 2007. Sudah cukup lama. Saya kurang tau apakah Tirta Sangga Jaya sudah pernah terekspos secara nasional dan sudah diketahui pejabat Negara dan pemda.


Sedikit saya kutip dari Majalah Berita Indonesia tentang Tirta Sangga Jaya (kalo mau baca lengkap, nanti kapan-kapan yaa saya tulisin di blog ini, hehe)


Apa Tirta Sangga Jaya itu? Tirta Sangga Jaya (TSJ) adalah kanal air penyangga Jakarta Raya, yang multi fungsi. Selain untuk mengatasi banjir, juga berguna sebagai infrastruktur transportasi, pariwisata, olahraga, dan lain-lain. TSJ digagas oleh Syaykh Panji Gumilang. Pucuk pimpinan Al Zaytun itu memiliki mimpi untuk menyelesaikan masalah Ibukota Jakarta secara holistik. Juga mimpinya yang spektakuler bagi pengelolaan dan pemanfaatan air liar di DKI Jakarta dan kawasan penyangganya.


Apa yang disebutnya : Mimpi untuk Jakarta, Syaykh Panji Gumilang mengidamkan terwujudnya sebuah proyek monumental seperti Terusan Suez dan Dam Aswan di Mesir, yaitu proyek Tirta Sangga Jaya atau kanal penyangga Jakarta Raya.


Syaykh Panji memaparkan kanal Tirta Sangga Jaya dibangun secara terintegrasi dengan infrastruktur manajemen air dan transportasi. Air kanal TSJ tersebut akan bisa dilalui (berlayar) dari pelabuhan petikemas Mauk, Banten, menuju water interchange (waduk besar) di Cibinong, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan pelayaran (pesiar, penumpang atau niaga) melintasi kawasan Jonggol terus ke pelabuhan Muara Jaya di pantai Karawang. Demikian sebaliknya.


Sepanjang pelayaran akan terlihat pemandangan indah dikiri dan kanan dengan rimbunnya pepohonan dijalur hijau yang mengapit rel kereta api dan jalan tol dua arah yang dipisah oleh TSJ. Kanal Tirta Sangga Jaya itu berbentuk huruf U membentang sepanjang 240 km (60 + 60 + 60 + 60 km) dan lebar 100 meter dengan titik sentral dikawasan Cibinong, mengalir ke barat, sampai di Cikupa dan Mauk (Tanjung Kait), serta ke timur sampai Tanjung Jaya, Karawang.


Semua kawasan yang dihubungkan oleh kanal TSJ yang berbentuk huruf U itu diintegrasikan menjadi Ibukota Raya (Jakarta Raya). TSJ diperkirakan membutuhkan biaya hampir Rp. 1.000 T. WOW ! Darimana dana segitu buAAAnyak? Emang Pemda Jakarta dan Pusat ada uang segitu?

Tenang, saya baru ngutip sedikit saja tentang TSJ. Menurut saya, proyek TSJ sangat detail hingga dibahas pembiayaannya. Penasaran?


Bersambung.


Kalo mau dilanjutin, share sebanyak-banyaknya yaaa^^ dan mention ke @imardalilah ketik "Lanjutin doooong #SolusiBanjirJakarta "


4 Responses so far.

  1. bagus juga loh idenya, ngebayangi bakal ada transportasi air :)

  2. Unknown says:

    Sunggug ide Brilian Anak Bangsa yang peduli akan berlarut larutnya penyelesaian masalah banjir ibukota.
    Semoga Ide brilian ini bisa dilaksanakan. Aamiiiin...

Leave a Reply