Berita tentang tertangkap tangannya Ketua MK baru-baru ini sungguh mengejutkan banyak pihak. Ada perasaan skeptis dan berujung apatis. Dapatkah kiranya negeri ini segera mengalami perbaikan? Apalagi hukum yang merupakan “rel” yang akan membawa bangsa ini menuju kepada kehidupan yang damai, tentram, nyaman, justru dikhianati oleh para penegak hukumnya sendiri. 

Saya ingin mengajak sedikit berangan-angan kepada para pembaca. Bukan bermaksud untuk membela posisi Pak Akil Mochtar. Namun, jika kita berada dalam posisi beliau, sanggupkah kita tahan terhadap godaan untuk tidak melakukan korupsi, dsb? Bukankah ada peribahasa yang mengatakan,”semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpanya.”

Kesalahan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Tinggal dari sudut mana kita melihatnya. Adakah ia kita jadikan sebagai pelajaran? Ataukah kita menjadikannya bahan cemoohan, lalu menganggap – sang pendosa – kotor selamanya dan tak termaafkan ?

Impian akan negeri yang “Baldatun Thoyyiban Wa Rabbun Ghafur” itu sebenarnya bukanlah angan-angan semu. Hakekatnya Negara madani itu sudah dicanangkan oleh para pendiri negeri ini. Semuanya berpulang pada seluruh komponen bangsa, adakah kta tergerak untuk menjadi aktor dan agen perubahan? Ataukah hanya ingin menjadi penonton yang pandai berkomentar dan tidak berbuat sesuatu apapun.

Pemilu 2014 sudah di depan mata. Sebagai warga negara, inilah saat yang tepat untuk menentukan masa depan bangsa. Sebagai anak bangsa, kita harus yakin bahwasanya akan ada saat dimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Dan titik perubahan itu adalah sekarang. Mengapa? Titik perubahan memerlukan titik nadir. Yakni titik terendah dari suatu kondisi. Bukankah sekarang bangsa ini tengah mengalami titik nadirnya? 

Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim adalah seseorang yang patut kita teladani dari masa lampau. Setelah sekian lama menanti, hingga sempat mengalami keputusasaan, akhirnya Allah SWT memberikannya Ishaq yang di masa depan, banyak anak dan keturunannya adalah Nabi dan Rasul Allah. Apa hikmahnya untuk kita saat ini?

Di tengah keputusasaan penantian kita akan datangnya pemimpin yang adil, sebelumnya akan datang seorang wanita yang mampu melahirkan tidak hanya satu, bahkan banyak pemimpin, yang akan membawa perubahan nyata pada bangsa ini. Di tengah kekecewaan dan keinginan kita untuk mendapatkan pemimpin yang jujur dan adil, sudah selayaknya kita memilih wakil yang tepat, jujur, dan amanah pada Pemilu 2014 untuk menjadi wakil rakyat. Sudah saatnya kita tidak lagi melirik “orang berduit” dan melegalkan money politics pada Pemilu ini. 

Apakah Ridha Fidyana merupakan gambaran Siti Sarah masa kini? Tentunya waktu yang akan membuktikan. Keengganannya untuk mengikuti jejak yang lain dalam hal “money politics” merupakan cikal bakal yang tentunya akan menjadi ketok tular dan di contoh oleh kader-kader politik yang lain. Hingga akan “melahirkan” kader politik yang bersih, jujur dan adil di masa depan. Tidak hanya di PPP, juga di partai-partai yang lain. Dan semua itu berpulang kepada anda-anda semua. Tetap mendukung “money politics” atau berkata TIDAK terhadapnya.

Apakah kita rela menggadaikan masa depan bangsa ini dengan harga Rp.100.000,-? Memberikan suara kepada calon legislatif yang memberikan angpao, sembako, kaos, dsb? Masa depan bangsa ada di tangan anda. 

by : Pungki Harmoko

3 Responses so far.

  1. ko' tiba" ada nama Ridha Fidyana ya?
    siapa dia?
    asal usulnya dari mana?
    apa pekerjaannya?
    kenapa tiba" Ridha Fidyana jadi gambaran seperti Siti Sarah di jaman Nabi dulu?
    bagaimana caranya tiba" Ridha Fidyana disamankan dg Siti Sarah di zaman Nabi?

    sekilas pertanyaan" yang tiba" muncul :-)
    mohon diberitahukan siapa sich sosok Ridha Fidyana ini?
    salam keceriaan ^_^

  2. Imar says:

    cekidot ridhafidyana.com
    twitter @RidhaFidyana
    Fan Page : Ridha Fidyana

    Jangan sampai ketinggalan berita yaaaa ^^

  3. ok,,,,,,,,,,,,
    Terima kasih sri :-)
    #eh ^_^

Leave a Reply