Menurut teman-teman siapa atau seperti apa sih orang yang beruntung itu?


Apakah orang yang beruntung itu orang yang memiliki tanah puluhan hektar? Apakah orang yang beruntung itu adalah orang yang memiliki perusahaan dengan omzet triliunan rupiah tiap bulannya? Apakah orang beruntung itu adalah orang yang menikah lalu dikaruniai anak dan cucu yang soleh solehah?


Atau orang yang beruntung itu adalah orang yang mendapatkan jabatan strategis dalam pemerintahan? Atau orang beruntung itu adalah orang yang hafal 30 juz Al Qur’an? Atau orang beruntung itu adalah orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW?


Ternyata orang beruntung itu bukan seperti yang disebutkan diatas. Lalu siapa atau seperti apa orang beruntung itu?


Orang beruntung itu adalah orang-orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa? Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, menegakkan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Mereka mendapat petunjuk dari Tuhannya. Itulah orang beruntung yang disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 2-5.


Secara pemahaman awam saya mencoba mendefinisikan sesuai dengan apa yang saya pahami. Definisi yang akan dijabarkan sama sekali tidak untuk didebat dengan tafsir dan lain sebagainya. Saya hanya mendefinisikan sesuai dengan apa yang saya pahami dari ayat tersebut.


Saya memahami bahwasannya orang beruntung itu adalah orang yang melaksanakan apa-apa yang disebut sebagai orang yang bertakwa. Berarti jika kita tidak melaksanakan satu saja, kita tidak termasuk orang-orang yang beruntung.


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Iman itu bukan sekedar diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, namun juga dilakukan oleh anggota badan. Saya ambil contoh Jodoh (hehe, ga boleh protes saya ambil contoh itu ya. Kan yang nulis saya). Jodoh itu perkara yang ghaib. Kita tidak pernah tau kapan jodoh datang, siapa jodoh kita, bakal ketemu dimana, kita ga pernah tau itu.


Nah jika usia terus ‘menghantui’ sedang jodoh tak kunjung datang, keimanan tentang hal ghaib inilah yang sedang dipertaruhkan. Benarkah kita yakin akan adanya jodoh itu? Terlepas Allah menakdirkan kita mendapatkan jodoh didunia atau tidak mendapatkannya didunia tapi diakhirat kelak. Artinya jodoh sudah pasti Allah berikan, namun kita tidak tau apakah jodohnya itu Allah berikan didunia atau akhirat. Satu yang harus kita miliki, keyakinan, ya keimanan tentang hal ghaib. Pun begitu tentang rezeki, dls.


Jika kita tidak yakin tentang jodoh itu tentu kita sudah tercoret dari daftar orang-orang yang beruntung.


Orang beruntung adalah orang yang menegakkan solat. Tidak sedikit dalam Qur’an terjemah arti Wayuqiimuuna adalah melaksanakan. Padahal asal katanya adalah Aqiimuu artinya menegakkan bukan melaksanakan. Melaksanakan itu hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Namun menegakkan secara simple saya artikan khusyu’, bacaannya tartil, gerakannya ga ngasal. Setiap detail diperhatikan.


Jika hingga saat ini kita masih melaksanakan sholat berarti kita sudah tercoret dari daftar orang-orang yang beruntung.


Orang beruntung adalah orang yang menginfakkan sebagian rezekinya. Sebagian ya bukan separuh. Kalo separuh itu berarti 50%, kalo sebagian mungkin 20%. Sudahkah kita menginfakkan sebagian rezeki kita hari ini, bulan ini, tahun ini? Infak itu beda dengan sedekah. Sedekah itu dilakukan secara insidental, sedangkan infak dilakukan secara rutin. Infak itu artinya menafkahi, menafkahi untuk kepentingan perjuangan seperti pembangunan sekolah, rumah sakit, dll.


Maukah kita termasuk orang yang beruntung? Maka mulailah menginfakkan sebagian rezeki kita, mulai saat ini, bulan ini, tahun ini.


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya. Ingat, iman berarti tidak sekedar membaca Al Qur’an, tidak sekedar meyakini bahwa Al Qur’an adalah mu’jizat, tapi juga diamalkan oleh anggota badan. Sudah berada dilevel mana kita?


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman akan adanya akhirat. Jika kita hidup foya-foya, senang-senang ga tau juntrungan, hidup asal hidup, hidup untuk makan, bahkan kalo salah pake cara cari jodoh (jodoh lagi, haha) itu namanya kita ga beriman akan adanya akhirat. Kenapa? Karena orang yang beriman akan adanya akhirat tentu akan wara’ (berhati-hati) dalam melangkah. Dia pasti menggunakan Al Qur’an yang Allah katakan ga ada keraguan didalamnya. Sedikitpun.


Allah katakan Al Qur’an ga ada keraguan aja kita masih suka ragu, kan? Itulah, seperti yang disebutkan dalam Al Baqarah ayat 2 “Petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Artinya hanya orang yang bertakwa yang yakin sama Al Qur’an sebagai petunjuk hidup, buku pedoman manusia. Kalo kita baru punya mesin cuci lalu kita ga baca buku pedomannya, tuh mesin cuci bisa cepet rusak, apalagi manusia ga baca buku pedomannya. Bukan hanya manusia itu sendiri yang rusak tetapi juga alam semesta ini.


Jadi, cara menjadi orang yang beruntung adalah mengamalkan Al Baqarah ayat 2-5. Kalo kata guru saya kesempatan bertemu dengan kesiapan adalah keberuntungan, kalo kata Allah keberuntungan itu yaa mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 2-5. Guru saya kalo ngetweet kalimat tsb pasti banyak yang Retweet, masa ini kalimat dari Allah kita ga Retweet sih?


Yuk kita pantaskan diri supaya Allah mau masukin kita dalam daftar orang-orang yang beruntung. Cara memantaskan dirinya? Yaa tadi mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 2-5. Mengamalkan QS 2:2-5 aja kita disebut orang beruntung apalagi ngamalin QS 1-114 yaaa? Mauu apa mauuu?




3 Responses so far.

Leave a Reply