Silakan Merokok

Sering sekali saya melihat remaja wanita --usia SMA dan kuliah-- yang nongkrong di Lawson, Sevel, KFC, McD, dll, merokok. Seperti ringan sekali menghisap sebatang rokok itu, ringan tanpa beban apapun.


Ga abis pikir, apa yang ada dipikiran mereka. Mengapa mereka begitu 'jahat' kepada orang tuanya? Orang tua mereka taunya mereka sedang kuliah, belajar di sekolah, bermain dengan teman. Tapi ternyata?


Kita tidak bisa menyalahkan anak tersebut. Sebagai seorang konsumen tentu adalah hak dia untuk membeli apapun yang dia inginkan. Namun bukan berarti kita membenarkan apa yang mereka lakukan. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, orang tua adalah guru pertama untuk anak. Jika keduanya baik, maka baik pula anak tersebut.


Saya rasa, kejadian tersebut yang tidak saja saya yang menemuinya, merupakan satu teguran dari Tuhan. Dimana kita mesti menjadi bagian dari solusi. Jika kita adalah orang tua, maka didiklah sebaik mungkin mereka. Jika kita adalah siswa/mahasiswa dan teman si perokok tersebut maka nasehatilah dia, jangan ikut terjerembab dalam dunia rokok.


Jika kita adalah pejabat pemerintah maka buatlah satu peraturan untuk melindungi remaja bahkan warga Negara dari bahaya merokok. Apa untungnya rokok bagi pemerintah? Pajak dan bea cukainya? Itu tidak seberapa dibanding kesehatan dan nyawa yang sudah banyak terenggut oleh rokok. Jika bicara pendapatan pemerintah, masih banyak ko cara yang lebih baik. Misalnya pariwisata Indonesia yang masih belum teroptimalisasi.


Jika kita orangtua/guru/pendidik/tokoh masyarakat maka jangan sekali-kali merokok karena itu menjadi contoh dan pembenaran anak-anak kita kelak. Nak, kamu jangan ngerokok dong, kan bahaya buat kesehatan | Ah, Ayah aja ngerokok ko, pak Guru juga ngerokok, bahkan pak Kyai pak ustadz ngerokok juga. *JedddeRRR


Jika siapapun kita, maka berperanlah untuk tidak merokok, untuk menasehati agar tidak merokok. Silakan saja merokok, asal asapnya tidak terhisap oleh orang disebelahnya. Silakan saja merokok, asal asapnya tidak terhisap oleh orang dirumah. Silakan saja merokok, asal tidak kau buang asapnya hingga ia mengepul dan menyebar lalu terhisap oleh orang-orang yang ingin sehat, bebas tanpa rokok beserta asapnya.


Setiap diri memiliki peran. Hidup ini bukan untuk diri sendiri saja. Manusia adalah makhluk sosial, sudah sewajarnya hidup saling mengingatkan satu sama lain.


Bayangkan jika kita melihat seorang remaja merokok, di depan mata kita. Miris sekali bukan? Tapi kita tidak bisa melakukan hal apapun, termasuk saya. Pada saat saya melihat remaja dan wanita seumuran saya merokok, saya tidak bisa melakukan hal apapun kecuali menghela nafas dan berkata “Ya Allah, sayang banget masih muda udah ngerokok, cewek lagi”.


Saya hanya bisa melakukan hal itu dan menulis hal ini. Tentu sedikit sekali pengaruhnya. Akan tetapi paling tidak ada satu hal yang saya lakukan.


Melihat remaja wanita merokok dengan remaja pria merokok itu sama-sama miris. Namun lebih teriris dan miris ketika melihat remaja wanita merokok. Kelak ia akan menjadi ibu. Apa kabarnya rahim yang ia miliki? Apa kabarnya si jabang bayi yang kelak ada dalam rahimnya?


Tentu banyak sekali faktor yang mempengaruhi remaja untuk merokok. Bisa jadi lingkungan keluarga yang membuat ia tidak nyaman lalu menjadikan rokok sebagai pelarian dan solusi. Bisa jadi terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, entah diajak atau sekedar gegayaan.



Entahlah. Yang jelas jangan pernah cari siapa yang salah tapi apa yang salah. Apapun bisa dijadikan pelajaran. Bagi kita calon orang tua, persiapkanlah sebaik mungkin menjadi orang tua yang layak mendapatkan anak soleh-solehah.



@imardalilah

p1

Beranilah Untuk Membunuh

Seharusnya kita tega, tega membunuh perasaan orang lain --terlebih diri sendiri, perasaan yang belum halal. Bener !


Maksudnya perasaan yang dimiliki orang lain terhadap kita, yang belum atau ga halal. Gerak gerik orang yang punya somefeel itu keliatan ko. Kita mesti peka. Dan kalo udah tau dia punya somefeel sama kita langsung aja bunuh perasaannya, haha jahat banget yaaa. Lebih jahat lagi kalo kita membiarkan. Membiarkan berarti membenarkan.


Cara membunuhnya gimana? Ya ga usah direspon yang berle (Berle itu bahasa gaul juga, sama kayak lebay artinya berlebihan, hehe). Batasi komunikasi online maupun offline seminimal mungkin. Kalo ga ada kepentingan, ga usahlah cari-cari bahan pembicaraan.


Tapi kan menurut gue penting BBM “Apa kabar? Eh kamu tau ga (bla bla bla……) ?” | Hahaha, oke kita samakan frekuensi mana yang namanya penting mana yang engga. Penting itu urgent, halah itu cuma beda nama ya. Penting tuh semisal kamu mau cari tau info tentang jual beli handphone, nah kalo cem-ceman kamu itu tau tentang jual beli handphone no problem lah nanya ke dia. Asal ga kebablasan jadi ngobrol ngalor ngidul aja. Dan ga nyari-nyari bahan pembicaraan. Modus banget kan kalo kayak gitu? Wkwkkwkw


Saran saya sih kalo ada orang lain yang tau tentang info yang lagi kamu cari, lebih baik tanya ke orang lain. Lebih baik tanya sama yang jenis kelaminnya sama yaa, hehe. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


BBMan atau obrolan apapun bentuknya dan dengan aplikasi apapun itu akan membiasakan diri kamu berkomunikasi dengan doi. Suka itu karena terbiasa loh. Tadinya ga suka, eh karena sering komunikasi lama-lama tersugesti juga deh jadi suka. Karena udah terbiasa komunikasi, kamu jadi ketergantungan. Sehari, sejam, bahkan sedetik aja ga BBM dia rasanya duh bagai dunia tanpa pepohonan. Ga seger gitu, hahaha.


Terus gimana dong kalo udah terbiasa, udah jadi kebiasaan, apalagi ketergantungan kayak gue gini Bro? | Gampang, tinggal membiasakan diri untuk kembali pada kondisi semula. Awalnya kamu ga interaksi intens sama dia masih sehat wal afiat kan? Ga gila, ga stress, ga depresi, iya kan? Artinya dia ga ada pengaruh apapun buat kamu.


Hentikanlah sugesti bahwa kamu bakal kenapa-kenapa kalo ga komunikasi sama doi. Itu cuma sugesti dan ilusi belaka. Kesian amat hidup dalam ilusi (>,<) Emang sakit bro sakit awalnya tapi mending sakit sekarang bro, lo akhiri segera, daripada lo sakitnya nanti udah terlalu membusuk hati lo *pffffft


Kalo diri kita yang suka sama someone? Yaaa jaga juga perasaan kita terhadap orang lain. Caranya kayak yang diatas tadi. Itu berlaku untuk siapapun. Berlaku jika kita sebagai pelaku dan berlaku untuk kita sebagai obyek, hehe. Supaya kita tau What Should I Do ketika perasaan itu datang dan ketika orang lain suka sama kita? Kebanyakan bingung, yeekan? Ngaku aja keles, hohoho.


BroSis, kalo kita ga tega, itu bakalan jadi noda dihati. Lama kelamaan hati jadi hitam. Cahaya sulit masuk. Nah elo ga bisa deh jadi pribadi yang baik, yang soleh, yang solehah. Kan katanya mau dapetin yang baik (soleh/ah) dengan cara yang baik ditempat yang baik. Kalo lo pake cara-cara ga baik, emang lo bakal dapet yang baik? Lah lo aja udah ga baik, gimana mau dapet yang baik? Kata Allah kan wanita/pria yang baik untuk pria/wanita yang baik pula. Paham?


Kata Allah : selamatkan dirimu dan ahli mu dari api neraka. Menurut saya yang tadi itu bagian dari misi penyelamatan, baik diri sendiri maupun orang lain.


Wanita/Pria yang baik untuk Pria/Wanita yang baik. Baiknya ini satu paket. Engga bolong2, ga TTM (Teman Tapi Maling *hati* #Eh, haha), ga curi2 pandang, ga tebar pesona, dll. 


Postur baik itu ya mesti satu paket. Kalo dia rajin ibadah tapi tepe-tepe (Tebar Pesona), masuk kategori ga baik dong. Daripada lo sibuk tebar pesona, mending lo fokus deh upgrade diri entar pasti pesona lo tersebar.


Kalo hidup udah punya tujuan, misi, konsep, step-stepnya, enak deh. Kalo yang ga sesuai, tinggal TENDANG aja  Dari sisi manapun, karier, jodoh, keuangan, asmara (halah, hahaha), kesehatan, dan seterusnya tentang kehidupan.


So BroSis, jadilah Wanita/Pria baik yang sesungguhnya, yang Allah sebut dalam Al Qur'an. Bukan baik versi diri sendiri.



@imardalilah  

p1

Vox Populi Vox Dei


Jangan mau dibodohi orang untuk menjauhi bahkan anti politik. Rasulullah aja berpolitik, Kanjeng Nabi adalah pemimpin Negara. Tanpa kita sadari, tiap hari kita berpolitik. Misal telat ngampus, pasti nyari akal/ide buat kasih alasan ke dosen. Misal pulang ke rumah telat, pasti kan nyari ide/akal buat kasih alasan ke orang tua, dls.


Jangan sampe kita sekuler, memisahkan negara dengan agama. Memang mau dipimpin orang kafir? Kita hidup dalam satu tatanan negara. Mau ga mau pasti kita kena aturan dalam negara tersebut. Nah kalo pemimpinnya kafir, aturannya gimana? Kepemimpinannya gimana? Well, saya ga bicara mengenai hukumnya tapi orangnya.


Menurut saya, kafir itu bukan orang non muslim. Kalo orangnya ga amanah sama amanat rakyat, itu juga kafir. Ya kayak koruptor. Kafir disini lebih saya definisikan kearah sifat dan sikapnya. Bukan kafir seorang yang ga beriman atau beragama.


Kalo kita udah ga peduli lagi siapa yang mewakili kita di DPRD/RI, siapa pemimpin negara, dll, kita juga yang rugi dan terzholimi. Iyalah, kan DPR itu dewan yang mewakili rakyat. Jika rakyat ga peduli lalu dewan itu mewakili yang bayar (Dewan Perwakilan Rupiah) ujungnya siapa yang dirugikan? Rakyat ! Mereka –anggota dewan, udah pasti dapet bagian. Lah kita, udah hidup pas-pasan, aspirasi ga terwakilkan dan tersampaikan, jadi alas kaki lagi buat mereka.


Telitilah sebelum memilih. Sama seperti wanita yang sangat teliti sebelum membeli. Ketahui SIAPA yang akan kita pilih, jangan asal pilih. Kalo ada yang pake Money Politic, sangat jelas dia ga layak dipilih. Baru jadi Calon aja udah ‘main’ uang, apalagi kalo terpilih?


Tega kita menjual 5 tahun Indonesia ke depan seharga ratusan ribu? Orang cerdas ga akan pilih Caleg/Capres/Cagub/Cabup bahkan calon lurah (atau bahkan RT mungkin) yang pake Money Politic.


Masih banyak orang baik dan berkualitas di Indonesia ini. Kalo partainya jelek, bukan berarti orangnya juga jelek. Partai hanya kendaraan aja. Jika ada orang dalam partai itu berbuat salah, bukan berarti semuanya begitu juga.


Jauhkan rasa pesimis, skeptis, dan apatis. Negara ini butuh keCERDASan kita dalam memilih.


Gimana kalo ada yang kasih 2 Milyar ? Ya silakan kalo menurut Anda itu sebanding dengan masa depan 5 tahun berikutnya kenapa engga? | Loh katanya Tolak Money Politic, ko malah nyuruh terima aja? Ga konsisten.


Ibarat guru, ada kalanya dia memberikan pernyataan yang membuat muridnya berpikir. Ga melulu bikin murid manut, itu bikin murid jadi BEGO.


Jika kita kritis dan cerdas, pasti berpikir "Memang jika saya terima uang 2 Milyar sebanding dengan 5 tahun ke depan?"

Jika kita kritis dan cerdas, pasti berpikir "Kalo sebanding, apa jaminannya 5 tahun ke depan terjadi perubahan yang baik dan signifikan?"

Jika kita kritis dan cerdas, tentu berpikir "Masa depan negara ini terlalu murah ditukar dengan uang, berapa pun jumlahnya"

Jika kita kritis dan cerdas, uangnya kita terima milihnya siapa aja :D (hahaha boleh dipraktekin tapi saya ga tanggung jawab)


Jadilah guru yang CERDAS ya. Jangan jadi guru yang jadikan muridnya pengikut. Nanti kalo muridnya jadi wakil rakyat cuma tau lagu SETUJU doang lagi.


Saya rasa percuma Tolak Money Politic kalo kita ga cinta sama Negara ini. Maka, jangan cuma menolak money politic tapi juga BANGGA dan CINTA-lah pada Indonesia. Saya rasa, salah satu faktor orang menolak suaranya dibeli adalah karena dia cinta Negara-nya. Karena dia memiliki nasionalisme yang tinggi. Bukan sekedar pake baju batik setiap hari Jum’at.


Orang yang bersih ga akan beli suara rakyat, orang yang CERDAS ga akan memilih si pembeli suara rakyat. Itu !


Seorang muslim yang baik tentu mengikuti Sunnah Rasul, bukan sekedar pake gamis, berjenggot, dls. Namun juga berpolitik. Indonesia ini negara kita bersama, jangan sampe ada negara asing yang punya kepentingan dengan menunggangi para pemimpin negara dan wakil rakyat. Jangan sampe juga kita tergiring OPINI SESAT. Pemilu adalah pesta-nya rakyat, kalo rakyat sabodo amat sama pemilu bisa gawat. Jangan biarkan itu terjadi.


Suara Rakyat  Suara Tuhan

p1

Cara Menjadi Orang Yang Beruntung



Menurut teman-teman siapa atau seperti apa sih orang yang beruntung itu?


Apakah orang yang beruntung itu orang yang memiliki tanah puluhan hektar? Apakah orang yang beruntung itu adalah orang yang memiliki perusahaan dengan omzet triliunan rupiah tiap bulannya? Apakah orang beruntung itu adalah orang yang menikah lalu dikaruniai anak dan cucu yang soleh solehah?


Atau orang yang beruntung itu adalah orang yang mendapatkan jabatan strategis dalam pemerintahan? Atau orang beruntung itu adalah orang yang hafal 30 juz Al Qur’an? Atau orang beruntung itu adalah orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW?


Ternyata orang beruntung itu bukan seperti yang disebutkan diatas. Lalu siapa atau seperti apa orang beruntung itu?


Orang beruntung itu adalah orang-orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa? Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, menegakkan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Mereka mendapat petunjuk dari Tuhannya. Itulah orang beruntung yang disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 2-5.


Secara pemahaman awam saya mencoba mendefinisikan sesuai dengan apa yang saya pahami. Definisi yang akan dijabarkan sama sekali tidak untuk didebat dengan tafsir dan lain sebagainya. Saya hanya mendefinisikan sesuai dengan apa yang saya pahami dari ayat tersebut.


Saya memahami bahwasannya orang beruntung itu adalah orang yang melaksanakan apa-apa yang disebut sebagai orang yang bertakwa. Berarti jika kita tidak melaksanakan satu saja, kita tidak termasuk orang-orang yang beruntung.


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Iman itu bukan sekedar diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, namun juga dilakukan oleh anggota badan. Saya ambil contoh Jodoh (hehe, ga boleh protes saya ambil contoh itu ya. Kan yang nulis saya). Jodoh itu perkara yang ghaib. Kita tidak pernah tau kapan jodoh datang, siapa jodoh kita, bakal ketemu dimana, kita ga pernah tau itu.


Nah jika usia terus ‘menghantui’ sedang jodoh tak kunjung datang, keimanan tentang hal ghaib inilah yang sedang dipertaruhkan. Benarkah kita yakin akan adanya jodoh itu? Terlepas Allah menakdirkan kita mendapatkan jodoh didunia atau tidak mendapatkannya didunia tapi diakhirat kelak. Artinya jodoh sudah pasti Allah berikan, namun kita tidak tau apakah jodohnya itu Allah berikan didunia atau akhirat. Satu yang harus kita miliki, keyakinan, ya keimanan tentang hal ghaib. Pun begitu tentang rezeki, dls.


Jika kita tidak yakin tentang jodoh itu tentu kita sudah tercoret dari daftar orang-orang yang beruntung.


Orang beruntung adalah orang yang menegakkan solat. Tidak sedikit dalam Qur’an terjemah arti Wayuqiimuuna adalah melaksanakan. Padahal asal katanya adalah Aqiimuu artinya menegakkan bukan melaksanakan. Melaksanakan itu hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Namun menegakkan secara simple saya artikan khusyu’, bacaannya tartil, gerakannya ga ngasal. Setiap detail diperhatikan.


Jika hingga saat ini kita masih melaksanakan sholat berarti kita sudah tercoret dari daftar orang-orang yang beruntung.


Orang beruntung adalah orang yang menginfakkan sebagian rezekinya. Sebagian ya bukan separuh. Kalo separuh itu berarti 50%, kalo sebagian mungkin 20%. Sudahkah kita menginfakkan sebagian rezeki kita hari ini, bulan ini, tahun ini? Infak itu beda dengan sedekah. Sedekah itu dilakukan secara insidental, sedangkan infak dilakukan secara rutin. Infak itu artinya menafkahi, menafkahi untuk kepentingan perjuangan seperti pembangunan sekolah, rumah sakit, dll.


Maukah kita termasuk orang yang beruntung? Maka mulailah menginfakkan sebagian rezeki kita, mulai saat ini, bulan ini, tahun ini.


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya. Ingat, iman berarti tidak sekedar membaca Al Qur’an, tidak sekedar meyakini bahwa Al Qur’an adalah mu’jizat, tapi juga diamalkan oleh anggota badan. Sudah berada dilevel mana kita?


Orang yang beruntung adalah orang yang beriman akan adanya akhirat. Jika kita hidup foya-foya, senang-senang ga tau juntrungan, hidup asal hidup, hidup untuk makan, bahkan kalo salah pake cara cari jodoh (jodoh lagi, haha) itu namanya kita ga beriman akan adanya akhirat. Kenapa? Karena orang yang beriman akan adanya akhirat tentu akan wara’ (berhati-hati) dalam melangkah. Dia pasti menggunakan Al Qur’an yang Allah katakan ga ada keraguan didalamnya. Sedikitpun.


Allah katakan Al Qur’an ga ada keraguan aja kita masih suka ragu, kan? Itulah, seperti yang disebutkan dalam Al Baqarah ayat 2 “Petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Artinya hanya orang yang bertakwa yang yakin sama Al Qur’an sebagai petunjuk hidup, buku pedoman manusia. Kalo kita baru punya mesin cuci lalu kita ga baca buku pedomannya, tuh mesin cuci bisa cepet rusak, apalagi manusia ga baca buku pedomannya. Bukan hanya manusia itu sendiri yang rusak tetapi juga alam semesta ini.


Jadi, cara menjadi orang yang beruntung adalah mengamalkan Al Baqarah ayat 2-5. Kalo kata guru saya kesempatan bertemu dengan kesiapan adalah keberuntungan, kalo kata Allah keberuntungan itu yaa mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 2-5. Guru saya kalo ngetweet kalimat tsb pasti banyak yang Retweet, masa ini kalimat dari Allah kita ga Retweet sih?


Yuk kita pantaskan diri supaya Allah mau masukin kita dalam daftar orang-orang yang beruntung. Cara memantaskan dirinya? Yaa tadi mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 2-5. Mengamalkan QS 2:2-5 aja kita disebut orang beruntung apalagi ngamalin QS 1-114 yaaa? Mauu apa mauuu?




p1

Ngenyein

Kita sering banget yaa ngenyein orang. Tau ga ngenyein itu apa? Semacam underestimed gitu deh. Menganggap orang lain itu dibawah level kita. Sepertinya saya juga orang yang termasuk seperti itu. Suka ngenyein orang lain dan menganggap diri sendiri lebih hebat dibandingkan orang lain.


Beribu sayang memang sikap seperti itu. Semestinya sikap kita itu bukan tinggi seperti langit namun rendah seperti tanah –down to earth. Rendah hati begitu. Bukan rendah diri yaaa, hehe.


Ga sedikit juga kan yang ngenyein itu cuma bisa ngenyein apa yang kita lakuin? Misalnya aja kita dagang kecil-kecilan (reseller atau apalah), pasti ada aja yang ngenyein “Ngapain sih capek-capek dagang kayak gitu?”


Sering juga kan yang ngenyein itu cuma bisa ngenyein karya atau perbuatan orang lain. Bukan ga ada kerjaan tapi emang itu kerjaannya. Untuk menghadapi orang seperti itu pake kacamata kuda. Fokus aja kedepan. Kesuksesan kita adalah balas dendam yang sangat terhormat.


Ga ada namanya melakukan sesuatu itu langsung besar, pasti dimulai dari yang kecil dulu. Ngebangun rumah juga gitu kan? Ga ada tuh orang jual rumah yang langsung jadi. Pasti rumah itu dibangun bata demi bata, mencampurkan pasir semen dan air, menunggu hingga kering, belum lagi di cat, masang jendela dan pintu, lantai, dan lain sebagainya. Semua butuh proses.


Maka ga ada yang mustahil. Imposible is nothing. Segala sesuatunya itu mungkin aja terjadi asal kita yakin. Yakin sama impian kita, yakin sama ikhtiar kita, terlebih yakin sama Allah. Allah Maha Kaya, kenapa kita musti takut ga kesampean?


Anggap aja orang yang ngenyein itu adalah orang yang Allah kirim untuk menguji kita. Seberapa kuat keyakinan kita? Seberapa besar ikhtiar kita? Seberapa lapang kita berserah pada Allah?


Pun saya merasakan seperti itu. Apa yang saya lakukan dinilai ga ada harganya, ga ada nilainya, nothing. Tapi saya tetap melakukan apa yang saya yakini. Dan terbukti, perlahan Allah memperjalankan saya pada apa yang saya yakini. Saya selalu yakin, pasti saya dipandaikan-Nya melakukan suatu tujuan yang suci.


Blog ini adalah salah satu dari hasil perjalanan. Dimana cara berdakwah secara verbal sangat sulit untuk dilakukan. Maka dibuatlah blog ini agar manfaatnya lebih banyak tersebar.


Jika ada yang mengikuti blog ini dari awal mungkin tau tulisan saya beberapa tentang jodoh dan penikahan *Eaaaaa. Banyak yang ngenyein saya tentang hal tersebut. Dalam hati saya yakin pasti sebenernya orang yang ngenyein itu butuh juga pengetahuan tentang jodoh. Itu kan tema yang laku banget, haha.


Atas dasar itu saya banyak tuliskan pendapat saya tentang jodoh dan sejenisnya, hihihi. Itu juga sarana buat orang yang ngenyein saya biar dia bisa baca tanpa saya tau. Menurut saya, banyak orang yang ngenyein tema itu tapi Celabok (dicela dilebok) maksudnya minum di sumur yang dia ludahi, hhm maksudnya lagi dihina tapi dia mau juga tau, hehe.


Saya prihatin jika ada orang yang seperti itu. Kenapa ga nyebarin kebaikan aja daripada ngenyein orang lain?



Baiknya fokus pada pengembangan diri sendiri ketimbang fokus sama pengembangan diri orang lain. Kecuali Anda seorang pelatih/guru/konsultan/dls. Daripada komentar terus atau tersinggung mending berubah. Lakukan suatu hal, action. Daripada jadi benalu buat orang lain, ya kan? 

p1

Gara-Gara Elo

“Ini tuh semua gara-gara elo tau ga?”
"Gara-gara elo. Semua gara-gara elo bukan gara-gara gue!!!"


Manusia tuh gitu ya ga mau namanya menyalahkan diri sendiri. Pasti deh nyalahin orang lain, nyari kambing hitam gitu. Padahal Lebaran haji masih lama yaaa? Hehe.


Saya pernah (eh apa sering yaaa, hehe) disalahin kayak gitu. Padahal saya ga ngerasa tuh bikin salah. Saya ga ngerasa tuh ngelakuin apa yang dituduhin. Tapi pada saat itu terima aja. Namanya orang lagi emosi kan panas, jangan dilawan pake aer panas juga. Saya mencoba mengalah (mengapa selalu aku yang mengalah? –Seventeen, halah)


Saya inget-inget lagi, kenapa ya dia bisa nyalahin kayak gitu? Apa saya pernah nyalahin dia? Tapi rasa-rasanya ga pernah. Belum lama ini juga ada kasus begitu lagi. Lah ko kenapa jadi saya yang salah ya? Ada apa?


Dia merasa dia adalah korban saya dan saya merasa korbannya dia. Nah loh bingung. Sampai akhirnya saya katakan begini “Bro, respon yang lo dapet dari orang lain adalah cerminan dari diri lo sendiri. Apa yang lo tanam itu yang lo tuai. Point-nya bukan nyari siapa yang salah tapi apa yang salah. Gw rasa apapun respon yang kita dapetin dari orang lain itu adalah teguran. Carinya ke dalam (internal diri) bukan ke luar”.


Lagi-lagi, bagi orang yang sedang emosional tetap saja dirinya benar dan orang lain salah.


Saya ingin berpesan pada teman-teman, apapun respon yang kita dapatkan dari orang lain cobalah untuk mencari akarnya kedalam diri sendiri. Jangan dulu mencari ke luar. Saya masih ingat ceramahnya Ust Yusuf Mansur “Suatu ketika Abu Nawas kehilangan cincinnya dan dia mencari kesana kemari. Lalu orang yang melihatnya bertanya pada Abu Nawas ‘Hei Abu Nawas, kamu lagi ngapain sih?’ ‘Ini saya lagi mencari cincin yang hilang’ Jawab Abu Nawas. ‘Emang dimana ilangnya?’tanya orang itu. ‘Ilangnya didalem rumah’jawab Abu Nawas” GUBRAAAAAGGG (>.<)


Seperti itulah kita. Ketika suatu masalah datang, kita nyari-nya keluar bukan kedalem. Ya kalo gitu ga bakal ketemu, yang ada blaming blaming blaming. Orang lain jadi kambing hitam atas kesalahan yang kita lakukan.


Semisal ada gossip yang menerpa kita, yang mestinya dilakukan  bukan nutup mulut orang-orang yang bergosip itu. Bukan juga ngomel-ngomelin orang yang bergosip itu. Tapi introspeksi diri, evaluasi diri, muhasabah. Itu yang seyogianya kita lakukan. Ga perlu juga klarifikasi karena menurut saya klarifikasi itu justru membenarkan apa yang mereka gosipkan.


Kan bukan tanpa sebab orang gosipin kita. Sudah dikatakan tadi segala sesuatu pasti ada andil diri sendiri, apa yang ditanam itu yang dituai. Bagi saya, saya sudah bosan disalahkan terus menerus. Apakah setelah orang itu menyalahkan saya lalu dia merasa puas dan lega? Belum tentu. Bisa jadi malah dendam, dengki, dongkol. Daripada kita nyari-nyari siapa yang salah mending kita cari apa yang salah. Sejuta?


Malah kadang ada orang salah persepsi saking sensitifnya. Maksud kita apa eh ditanggepinnya apa. Ujungnya salah lagi, gubrag banget ga sih? Bahasanya tuh “Gue lagi gue lagi yang salah, ampun deh”. Kalo ga ngerasa ngelakuin kenapa mesti kesindir? Bukannya kalo kesindir itu artinya ngelakuin?


Kalo ga ngelakuin kita ga perlu klarifikasi. Diem aja dan buktikan dengan perbuatan kalo persepsi dia salah. Ga perlu ngomong panjang kali lebar sama dengan luas. Bahasa perbuatan itu lebih fasih daripada bahasa lisan. Satu perbuatan bermakna seribu kata.


Bukan berarti saya tidak pernah menyalahkan orang lain. Ini adalah pengalaman sebagai tersangka dan korban. Hahaha. Apapun bisa jadi pelajaran toh supaya kita bisa naik level, naik kelas?


p1

Seperti Mencintai Tapi Ternyata Tidak

Seperti mencintai tapiternyata tidak. Menurut teman-teman kira-kira adakah yang demikian? Dalam bayangan saya sih ada dan pasti ada. Contohnya? Coba perhatikan...


Musim hujan ini memberikan saya pelajaran. Lagi-lagi Allah berikan ayat-Nya melalui kejadian (Sst saya pernah berdoa agar saya selalu bisa menemukan hikmah^^). 


Coba perhatikan, ga sedikit kan orang yang marah sama hujan? Hujan itu Allah turunkan ke bumi sebagai rahmat (ow ow bukan si Rahmat yaa^^). Kalo kita marah sama hujan, berarti kita nyalahin siapa hayoo? That's right, Allah (secara ga langsung). Dilain sisi, kita 'katanya' cinta sama Allah. Nah lo..?? Sepertinya mencintai tapi ternyata tidak ya?


Banjir, pun ga sedikit kita salahkan hujan. Kita salahkan daerah ini lah, gara-gara si Gubernur ini lah, gara-gara si itu lah, yaaa Indonesia-nya lah yang engga banget (beda sama negara lain). Dilain sisi kalo ada yang ngenye-in daerah asal, kita marah. Nah terus itu gubernur siapa yang milih? Di elu-elukan, dsb. Malaysia ngehina Indonesia kita marah setengah hidup. Lah terus piye kok yoo kita sendiri malah lebih 'cinta' negara-negara Eropa, Amerika?


Itu seperti mencintai tapi ternyata tidak.


Ada lagi, kita katanya sayang keluarga, sayang orang tua. Nah kita sekolah belajar sungguh-sungguh ga? Kita kuliah sungguh-sungguh ga? Kita bekerja ada waktu buat keluarga? Kita kalo disuruh orang tua sigap apa males-malesan? Kalo jawabannya engga, itu seperti mencintai tapi ternyata tidak.


Ada juga, katanya kita cinta sama Rasulullah tapi apakah kita meneladaninya? Meneladani dakwahnya, toleransinya, kejujurannya, kecerdasannya, amanahnya, tabligh-nya? Jangan-jangan persoalan qunut aja bikin kita ribut. Duh itu namanya seperti mencintai tapi ternyata tidak.


Kita katanya cinta sama sahabat, teman, saudara. Tapi dibelakang kita ghibah, gossip, bla bla bla segala macem. Kalo cinta, ajak dong pada kebaikan dan kalo dia salah cegah dong dari kemunkaran. Jangan seperti mencintai tapi ternyata tidak.


Ada yang lain lagi, katanya kita mau dapet jodoh yang baik-baik sesuai janji Allah. Tapi kita malah pake cara yang ga baik. Emang itu tanda kalo kita cinta sama si jodoh itu? Sekali lagi saya bilang sambil tepuk pundak kamu, itu seperti mencintai tapi ternyata tidak.


Adalah lucu ketika kita minta pada Allah “Rabb, Tuhanku Yang Maha Agung. Berikan hamba jodoh yang baik” lalu setelah berdo’a kita kirim pesan pada orang yang kita sukai “Hai, kamu udah solat?” Gubrag banget deh. Apa-apaan tuh? Mana ada kebaikan dalam kemaksiatan?


“Ah engga ko, ini saya kan Amar Ma’ruf Nahi Munkar” | Ah masssssa??? Amar Ma’ruf Nahi Munkar ko pilih-pilih sih? Ko saya ga pernah dapet pesan kayak gitu dari kamu? Saya tanya yang lain juga gitu.


Nahloooh ngeri amat?


Adalah lucu juga saat bilang pada teman “Bro, gw lagi memantaskan diri nih. Doain gw biar lekas dapat jodoh yaa” lalu setelah itu kita asik chatting sama orang yang kita suka. Sharing ini itu. Tukar pikiran, tukar ide, bahkan mungkin tukar isi hati *eh (kalo isi dompet sih kosong, hehe).


Dimana sisi memantaskan dirinya? Alamaaaak, pusiaaang ambo. Dunia ini tuh makin kacau aja ya.


“Yah bro, kan intinya gw ga pacaran. Gw udah minta sama Allah, gw juga ikhtiar memantaskan diri. Apa salahnya sih gw komunikasi sama doi?”


Nah ini nih yang perlu dijitak pake bulldozer. Woy namanya pacaran itu bukan soal ‘status’ tapi kegiatannya. Lo emang ga pacaran kayak anak zaman sekarang yang terlihat tapi lo tuh pacaran terSIRAT. Kalo emang lo udah serahin sama Allah, kenapa lo mesti tebar-tebar pesona sama doi? Ga yakin lo sama Allah, Bro?


“Ya namanya juga jalin silaturahim. Jangan suudzon ah. Gw ga ngapa-ngapain ko” | Ga ngapa-ngapain ko ampe semua kegiatannya dikasih tau? Semua kegiatan doi juga lo tau? Tetek bengeknya doi juga lo tau. Gimana orang ga suudzon sama lo, Bro?


Bro, gw tuh sayang sama lo. Makanya gw kasih tau lo. Kalo lo kayak gitu terus sama doi, itu tuh nafsu bukan cinta. Lo tuh kayak Mencintai tapi nyata-nyatanya BULLSHIT Men ! Lo udah ketergantungan kirim pesan sama dia, lo udah terbiasa kirim pesan sama dia. Kalo kayak gitu, ibadah yang lo lakuin jadinya sia-sia. Ibadah lo ga ngejaga lo dari perasaan nafsu kayak gitu. Lo jadi NOL BESAR.


*SambilNepukPundakSiBro* Bro, udahlah tawakkalna ‘Alallah. Cinta karena Allah tuh bukan kirim-kirim pesan isinya ngingetin solat, ngaji, atau kebaikan lainnya. Tapi itu mah lo lagi belajar jadi SETAN, membungkus keburukan dengan kebaikan.



Ada lagi yang mau menambahkan Seperti Mencintai Tapi Ternyata Tidak?

p1

Solusi Komprehensif Banjir Jakarta



Kawasan kanal Tirta Sangga Jaya berbentuk huruf U yang membentang sepanjang 240 km dan lebar 100 meter dengan titik sentral dikawasan Cibinong, ke barat sampai di Cikupa dan Mauk (Tanjung Kait), serta ke timur sampai Tanjung Jaya, Karawang tersebut, menurut Syaykh Panji Gumilang (SPG) diintegrasikan menjadi Ibukota Raya (Jakarta Raya) yang saat ini disebut Jabodetabek. Status hukum wilayah pemerintahannya tetap seperti sediakala namun terintegrasi sebagai Ibukota Raya yang disebut Jakarta Raya.


Dalam hal manajemen pembangunan dan pemanfaatan proyek raksasa dan monumental itu dibentuk Badan Otorita Ibukota Jakarta Raya – Tirta Sangga Jaya (TSJ). Ketua atau Kepala Badan Otorita tersebut bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Ketua Badan Otorita itu bisa saja dijabat ex-officio Gubernur DKI Jakarta dengan wakil ketua Gubernur Banten dan Jabar yang juga ex-officio. Atau dijabat seseorang setingkat menteri. Sebagai payung hukum perlu dibuat UU yang mengatur khusus Ibukota Negara Jakarta Raya dan Badan Otorita Tirta Sangga Jaya tersebut.


Jadi menurut SPG hal ini sekaligus menjawab berbagai diskursus tentang perlu tidaknya pemindahan ibukota Negara. Diantaranya opsi yang pernah ditawarkan Presiden SBY yakni : 1) Tetap menjadikan Jakarta sebagai ibukota dan pusat pemerintahan dengan melakukan pembenahan (Opsi Realistis); 2) Tetap menjadikan Jakarta sebagai Ibukota dan hanya memindahkan pusat pemerintahan ke daerah baru (Opsi Moderat); 3) Memindahkan Ibukota dan pusat pemerintahan secara bersamaan dengan membangun ibukota baru. The real capital, the real government center (Opsi Ideal Bersifat Radikal).


Menurut SPG, dengan terbangunnya TSJ dibawah manajemen Badan Otorita Jakarta Raya – TSJ, akan sekaligus memberi jawaban atas diskursus tentang ibukota Negara tersebut. Dimana seluruh kawasan TSJ tersebut menjadi Ibukota Raya yang dinamai Jakarta Raya. Yakni tetap menjadikan Jakarta sebgai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan yang diperluas mencakup seluruh kawasan berbentuk huruf U kanal TSJ yang kemudian dinamai Jakarta Raya.


SPG berkeyakinan bahwa gagasan pembangunan kanal raya TSJ dapat mengatasi berbagai permasalahan Jakarta, termasuk tentang keberadaan Jakarta sebagai Ibukota Negara. Dengan membangun kanal TSJ, bak kata pepatah “sekali mendayung tujuh pulau terlampaui’.  Jika konsep Jakarta Raya dengan proyek utama TSJ ini terwujud, maka bangsa dan Negara Indonesia akan lebih dipandang keberadaannya oleh dunia Internasional.


Proyek se-raksasa TSJ memang memerlukan biaya besar. Diperkirakan sekitar 100 milyar dolar AS. Namun katanya jauh lebih mahal kerugian yang ditanggung akibat banjir dan kemacetan sebagaimana terjadi selama ini, apalagi jika dihitung dengan penderitaan warga serta jiwa yang melayang lantaran terbenam banjir.


Darimana sumber pembiayaan sebesar itu? Menurut SPG, biaya pembangunan TSJ itu bisa ditanggung sendiri oleh bangsa Indonesia tanpa harus meminjam dari luar negeri. Menurutnya, sumber pembiayaan bisa ditarik lewat ORI (Obligasi RI) dan SUN (Surat Utang Negara) yang ditawarkan kepada anggota masyarakat yang berkemampuan. “Tidak boleh dijual kepada pihak asing, harus kepada rakyat Indonesia. Sebab orang Indonesia itu kaya dan punya harga diri”, tegas Panji Gumilang.


Dia memberi gambaran dari jumlah penduduk 240 juta jiwa, diasumsikan sekitar 10 persen atau 24 juta punya uang diam 100 ribu dolar AS. Kepada mereka, dijual obligasi. Jual obligasi bernilai paling sedikit 1.000 dolar. Tentu ada yang mampu membeli 100.000 sampai 1 juta dolar. Dengan demikian bisa terkumpul 100 miliar dolar AS, maka kanal TSJ pun pasti terwujud.


SPG berkeyakinan bahwa utang negara dalam bentuk obligasi dan SUN tersebut bisa dikembalikan. “Tentu bisa, karena TSK akan menghasilkan uang”, tandasnya optimis. TSJ itu adalah proyek monumental mengelola air sembari berbisnis. TSJ menjadi sarana pengelolaan air yang bisa dikembangkan menuju bisnis air baku, transportasi air dan jalan darat, pembangkit listrik tenaga air serta pariwisata.


Bahkan TSJ akan menjadi sarana bisnis sepanjang zaman. Dari segi penyediaan dan pasokan air baku saja, proyek TSJ kalau sudah jalan, bisa menjadi mesin uang triliunan rupiah setiap tahun. Karena air merupakan sumber pokok kehidupan manusia, ternak, dan industri. Bisnis air baku dimanapun didunia memiliki posisi yang amat prospektif, bisa disejajarkan dengan komoditi-komoditi unggulan lainnya.


Misalnya dalam 100 tahun terakhir, komoditi air minum sering disejajarkan dengan minyak mentah atau gas (Migas) dalam perspektif pembandingan apple to apple. Atau dalam sepuluh tahun terakhir diperbandingkan dengan bisnis teknologi informasi.


SPG menjelaskan keberadaan TSJ yang melintasi atau berdekatan dengan seluruh kawasan Jabodetabek memberikan kemudahan tersendiri dalam pendistribusian air baku yang kualitasnya lebih baik. Posisi strategis ini memberi peluang besar bagi air baku TSJ untuk mengakses dan diakses PDAM didaerah sekitarnya. Sekurangnya ada sekitar 8 PDAM yang berpotensi menjadi mitra bisnis TSJ, yakni PDAM Kabupaten Bekasi, PDAM Kabupaten Karawang, PDAM Kabupaten Bogor, PDAM Kabupaten Tangerang, PDAM Kota Bekasi, PDAM Kota Bogor, PDAM Kota Tangerang, dan PDAM DKI Jakarta.


Dalam estimasi minimal dengan asumsi menjaring 20 juta pelanggan air bersih diseluruh kawasan Jabodetabek dan sekitarnya, maka TSJ berpeluang memasok sekitar 50 juta meter kubik air per bulan atau 600 juta meter kubik per tahun. Katakan saja air baku itu dijual ke PDAM Rp. 2.000 per meter kubik, maka diperoleh omset sebanyak Rp. 1,2 Triliun per tahun. Saat ini jumlah pelanggan PDAM diwilayah Jabodetabek masih sekitar 2 juta KK. Dengan pasokan air baku TSJ, jumlah pelanggan PDAM bisa lompat 10x lipat atau 20 juta pelanggan.


Dampak positif lainnya, penyedotan air tanah secara berlebihan dan tak terkendali yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di Jakarta sehingga menimbulkan rongga-rongga tanah yang kosong lalu diisi intrusi air laut yang bersifat korosif dan berakibat permukaan tanah turun dan ambles, akan dapat dikendalikan.


Bahkan dampak ekonomi proyek raksasa tersebut telah dimulai sejak awal pembangunannya yang tentu akan membuka lapangan kerja bagi ratusan ribu pekerja. Dia membandingkan dengan pembangunan Terusan Suez di Mesir sepanjang 164 km dan lebar 60 meter, telah melibatkan 80 ribu pekerja.


Selain itu, TSJ juga akan menjadi proyek induk yang sekaligus mengatasi macet. Dengan membangun rel kereta api dan jalan tol disisi kiri-kanan kanal sepanjang 240 km, maka akan mengurangi beban transportasi yang melintasi wilayah perkotaan. Baik rel kereta api maupun jalan tol dan waterway di kanal TSJ tersebut akan diintegrasikan dengan semua moda transportasi yang melintasi kawasan kota. Hal ini tentu mempunyai nilai ekonomi (bisnis) tersendiri lagi.


Gambaran Tirta Sangga Jaya :

1. Menjadi Air Baku untuk diolah di PAM
2. Untuk mengairi lahan pertanian
3. Untuk perikanan darat
4. Lebar TSJ 100 mtr bisa dilalui alat transportasi air
5. Wisata Air
6. Sisi kiri kanannya dibangun jalan raya
7. Sepanjang aliran TSJ di bangun pemukiman, toko dan gedung penunjang lainnya

Sumber : Majalah Berita Indonesia, p. 12-13, Edisi 86 Tahun VII, Feb 2013 dan Fan Page I Love Al Zaytun



p1

Solusi Banjir Jakarta (Part 2)



Kanal raya itu penyangga Jakarta Raya dari ancaman banjir, kerumitan transportasi, pemukiman yang semrawut, serta sungai-sungai yang kotor dan berbau anyir. Pada musim hujan berfungsi sebagai pengendali dan penyimpanan air serta mencegah banjir. Pada musim kemarau, TSJ berfungsi sebagai sarana irigasi bagi persawahan di Banten dan Pantura. Fungsi lainnya, sebagai sarana transportasi air, penyediaan air baku untuk PDAM (air bersih) dan menggelontorkan sungai-sungai kecil yang kotor di Jakarta.


Di kiri-kanan kanal dibangun rel kereta api dan jalan tol dari arah timur menuju ke barat dan sebaliknya. Rel kereta api, jalan told an kanal TSJ itu melewati enam daerah kabupaten dan kota dari dua provinsi –Banten dan Jawa Barat. Dalam peta yang disusun Berita Indonesia berdasarkan gagasan Syaykh Panji Gumilang, aliran sungai TSJ memotong empat sungai besar – Cisadane, Ciliwung, Bekasi dan Citarum – serta 13 sungai kecil yang menyerbu Jakarta, terutama di musim hujan.


Sungai-sungai tersebut dikendalikan oleh TSJ melalui waduk dan pintu-pintu air pembagi yang bisa dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Sedangkan aliran Kali Ciliwung yang merupakan ancaman terbesar pusat Jakarta pada musim hujan dikendalikan di waduk Cibinong. Diatas waduk Cibinong, dikawasan Bogor dan Puncak dibangun pula dua-tiga waduk untuk mengatur dan menjamin pasokan (aliran) air ke kanal TSJ.


Selain pengendali banjir, TSJ juga berfungsi sebagai sarana transportasi termasuk angkutan peti kemas dengan kapal ukuran sedang, pembangkit listrik tenaga air, pengairan, perikanan, obyek wisata dan pemasok air baku untuk keperluan air bersih Jakarta dan daerah-daerah disekelilingnya.


Dalam kamus manajemen air TSJ, lirik lagu keroncong Bengawan Solo ciptaan Gesang : “Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut” menjadi tidak relevan lagi. Karena air dalam kanal itu harus dikelola dan dimanfaatkan lebih dulu dengan baik agar secara optimal menjadi sangat berguna bagi kehidupan manusia.


Kanal huruf U itu sudah pasti mencegat perjalanan 13 sampai 15 sungai besar dan kecil menuju Jakarta. Aliran sungai-sungai tersebut dikendalaikan bukan dihentikan dalam tema ketahanan air. Maksudnya ketahanan yang menyangkut air, tanah serta apa yang dibudidayakan didalamnya dan diatasnya. Berbicara tentang pangan, ternak, tanaman industri hutan, dan berbagai aspek kehidupan manusia adalah sekaligus berbicara tentang air.


Air bukan saja untuk menciptakan pangan, tetapi juga ketahanan, supaya air menjadi manfaat, bukan bencana. Jadi air dikelola dengan baik agar air tetap ada dimusim kemarau dan tidak menjadi bencana dimusim hujan. Kedua hal ini menjadi terpadu.


Karena, papar Syaykh Panji, manusia diberi hak oleh Sang Pencipta untuk mengelola dan menatanya. Kalau musim hujan jangan sampai melimpah, kalau musim kemarau jangan sampai kering.


Kemudian di Jakarta Raya sebagai Ibukota Raya, kawasan pemukiman penduduk dinormalisir tanpa menggusur penduduk. Hal ini sesuai dengan program Jokowi-Basuki dalam hal penataan kota : 1) Melakukan intervensi sosial untuk merevitalisasi pemukiman padat dan kumuh tetapi meniadakan penggusuran; 2) Pembangunan super blok untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Berupa one stop living yang terdiri dari hunia vertikal (rumah susun), ruang publik berupa taman, pasar, dan pusat lauanan kesehatan.


Menurut Syaykh Panji, penduduk tetap dikawasannya masing-masing. Tetapi perumahannya tidak boleh horizontal, harus vertikal. Sehingga disisi-sisi kanal dan sungai-sungai ada lahan terbuka yang luas. Katakan saja disisi-sisi Ciliwung di Bukit Duri kawasan Tebet, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Pengkolah Ciliwung mencakup beberapa kampong, kelurahan dan kecamatan Kampung Melayu dan Tebet. Penduduknya tidak harus digusur, karena kegiatan usaha dan sumber budayanya ada di kampung-kampung itu.


Perumahannya dibangun menjulang keatas (vertikal), menampung sampai 1.000 KK dalam satu flat/blok. Disitu juga disediakan prasarana sekolah, olahraga, pusat belanja, taman dan tempat rekreasi dengan lingkungan yang hujau dan bersih. Rumah vertikal untuk 1.000 KK tersebut, penghuninya akan lebih aman dan terkontrol. Soal pilihan jalan, bisa lewat kiri-kanan Ciliwung. Menurut Syaykh Panji Gumilang, kemacetan Jakarta bukan hanya karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang, tetapi juga karena kurang tertata.



Syaykh Panji Gumilang (SPG) mengatakan biaya pembangunan proyek monumental Tirta Sangga Jaya (TSJ) akan mampu ditanggung bangsa Indonesia sendiri, tanpa memerlukan utang dari asing. TSJ diperkirakan membutuhkan biaya hampir Rp. 1.000 Triliun. WAAAW !


(Sumber : Majalah Berita Indonesia, p.11. Edisi 86 Tahun VII, Feb 2013)

p1

Solusi Banjir Jakarta


Hujan sejatinya adalah berkah dari Allah. Terbukti dengan salah satu waktu mustajab untuk berdo’a ialah ketika hujan turun. Bagi orang yang mengetahuinya tentu hujan adalah waktu yang dinanti-nanti. Selama hujan, ia tiada berhenti berdo’a. Karena Tuhan-nya mengatakan bahwa do’a saat hujan turun lebih cepat dikabulkan. Siapa yang ga seneng?


Sebagian wilayah di Indonesia sedang diberikan waktu mustajab tersebut. Berarti banyak orang yang seneng dong dan banyak berdo’a? Hhm saya rasa belum tentu. Loh kenapa? Ya karena hujan yang sekarang sering mengguyur wilayah Indonesia, khususnya Jabodetabek, bagi sebagian orang musibah. Kumpulan air yang turun ke bumi itu menjadi ‘musuh’ manusia sehingga manusia harus ‘mengalah’ berpindah tempat ketempat yang tidak dikepung oleh air.


Kumpulan air itu bernama banjir. Melihat berita di televisi, saya rasa banjir tahun ini lebih parah dibanding tahun sebelumnya. Jika benar lebih parah, pemerintah daerah khususnya mesti mengevaluasi apa dan dimana letak kekurangan program-program untuk mengatasi banjir. Itu pun jika benar lebih parah. Namun menurut hemat saya, jika memang program mengatasi banjir itu efektif tentu setiap tahunnya banjir itu berkurang. Betul ga?


Saya ga begitu tau program apa yang dimiliki Pemda setempat. Yang jelas, apapun programnya, apapun rancangannya tentu harus bersinergi dengan masyarakat juga. Karena semantaPPP apapun rancangan tapi ga ada aksi bersama menurut saya percuma. Pemerintah mesti bisa menggerakkan masyarakat, mulai dari hal terkecil seperti buang sampah pada tempatnya (tentu tempatnya bukan disungai, selokan, dan aliran/jalan air lainnya).


Februari 2013 saya membeli majalah Berita Indonesia. Apa yang membuat saya tertarik dengan majalah tersebut? Judul dicovernya, yaitu “Saran Buat Jokowi-Ahok, Tirta Sangga Jaya Solusi Komprehensif Jakarta Raya”. Kemudian saya baca, JeGGGerrr emang komprehensif. Untuk sedikit menggambarkan, Tirta Sangga Jaya itu bentuknya seperti Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat namun ga cuma mengelilingi Jakarta tapi Jabodetabek dan Karawang.


Tirta Sangga Jaya ternyata sudah dipublikasikan dalam Majalah Berita Indonesia Edisi 36 April 2007. Sudah cukup lama. Saya kurang tau apakah Tirta Sangga Jaya sudah pernah terekspos secara nasional dan sudah diketahui pejabat Negara dan pemda.


Sedikit saya kutip dari Majalah Berita Indonesia tentang Tirta Sangga Jaya (kalo mau baca lengkap, nanti kapan-kapan yaa saya tulisin di blog ini, hehe)


Apa Tirta Sangga Jaya itu? Tirta Sangga Jaya (TSJ) adalah kanal air penyangga Jakarta Raya, yang multi fungsi. Selain untuk mengatasi banjir, juga berguna sebagai infrastruktur transportasi, pariwisata, olahraga, dan lain-lain. TSJ digagas oleh Syaykh Panji Gumilang. Pucuk pimpinan Al Zaytun itu memiliki mimpi untuk menyelesaikan masalah Ibukota Jakarta secara holistik. Juga mimpinya yang spektakuler bagi pengelolaan dan pemanfaatan air liar di DKI Jakarta dan kawasan penyangganya.


Apa yang disebutnya : Mimpi untuk Jakarta, Syaykh Panji Gumilang mengidamkan terwujudnya sebuah proyek monumental seperti Terusan Suez dan Dam Aswan di Mesir, yaitu proyek Tirta Sangga Jaya atau kanal penyangga Jakarta Raya.


Syaykh Panji memaparkan kanal Tirta Sangga Jaya dibangun secara terintegrasi dengan infrastruktur manajemen air dan transportasi. Air kanal TSJ tersebut akan bisa dilalui (berlayar) dari pelabuhan petikemas Mauk, Banten, menuju water interchange (waduk besar) di Cibinong, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan pelayaran (pesiar, penumpang atau niaga) melintasi kawasan Jonggol terus ke pelabuhan Muara Jaya di pantai Karawang. Demikian sebaliknya.


Sepanjang pelayaran akan terlihat pemandangan indah dikiri dan kanan dengan rimbunnya pepohonan dijalur hijau yang mengapit rel kereta api dan jalan tol dua arah yang dipisah oleh TSJ. Kanal Tirta Sangga Jaya itu berbentuk huruf U membentang sepanjang 240 km (60 + 60 + 60 + 60 km) dan lebar 100 meter dengan titik sentral dikawasan Cibinong, mengalir ke barat, sampai di Cikupa dan Mauk (Tanjung Kait), serta ke timur sampai Tanjung Jaya, Karawang.


Semua kawasan yang dihubungkan oleh kanal TSJ yang berbentuk huruf U itu diintegrasikan menjadi Ibukota Raya (Jakarta Raya). TSJ diperkirakan membutuhkan biaya hampir Rp. 1.000 T. WOW ! Darimana dana segitu buAAAnyak? Emang Pemda Jakarta dan Pusat ada uang segitu?

Tenang, saya baru ngutip sedikit saja tentang TSJ. Menurut saya, proyek TSJ sangat detail hingga dibahas pembiayaannya. Penasaran?


Bersambung.


Kalo mau dilanjutin, share sebanyak-banyaknya yaaa^^ dan mention ke @imardalilah ketik "Lanjutin doooong #SolusiBanjirJakarta "


p1

Leadership

Hhm kepemimpinan itu apa sih? Kepemimpinan itu leadership. Halah itu mah bahasa inggrisnya, hehe. Menurut saya kepemimpinan atau leadership itu ibarat kita naik mobil ke suatu tempat. Supir ialah pemimpinnya, penumpang ialah rakyatnya, mobil adalah sarana untuk mencapai tujuannya, suatu tempat adalah tujuannya, dan mengemudi adalah cara memimpinnya.


Kalo orang naik mobil pasti punya tujuan, ga mungkin kalo ga punya tujuan. Coba aja deh kita naik angkot, bingung mau kemana. Pasti bingung  juga kan mau naik angkot yang mana, jurusan apa? Kalo kita udah punya tujuan, pasti gampang milih kendaraan yang akan mengantarkan kita ke tempat tujuan. Bener kan? Sama juga sama hidup, kalo kita udah punya tujuan kita bakal lebih mudah menentukan arah. Setuju?


Well, kita balik lagi ya membahas kepemimpinan. Dalam perjalanan menuju suatu tempat, supir adalah orang yang membawa penumpang ke suatu tempat yang menjadi tujuan bersama. Ada kalanya penumpang khawatir dengan cara mengemudi supir, namun supir berkata "Tenang, saya yang tau rutenya, saya tau medannya". Tak ayal penumpang tetap khawatir. Bisa jadi karena dia takut, tidak percaya, dan lain sebagainya.


Adakalanya supir mesti mendengar penumpang karena yang ia bawa bukan hanya dirinya namun banyak orang. Nasib mereka ada ditangan si supir.  Mungkin tidak masalah kala supir mahir mengemudi, sudah hapal jalur dan medan jalannya, dan lain sebagainya.


Beda persoalan  jika supir mahir mengemudi namun dia ga hapal jalur dan medannya, dia baru pertama kali melalui medan tersebut. Jelas dia harus sangat berhati-hati, sekalipun dia ahli mengemudi mobil. Dia harus sering bertanya dan jelas mau mendengarkan penumpangnya. Bisa jadi si penumpang ga ahli mengemudi tapi dia tau medan jalannya.


Dalam kepemimpinan pun seperti itu. Bisa jadi suatu saat kita menjadi pemimpin suatu perusahaan besar, namun pengalaman kita memimpin organisasi kecil saja. Tentu ada perbedaan. Kita sebagai pemimpin harus mau belajar karena pengalaman kita belum mumpuni. Bisa jadi kita belajar pada bawahan kita, orang yang sudah lama ada dalam perusahaan tersebut atau orang yang ilmunya lebih tinggi dibanding kita.


Buka hati, buka mata, ga sekedar buka telinga. Mendengarkan apalagi mengikuti saran bawahan itu ga bikin kita rendah ko. Justru itu yang meninggikanmu, karena kau rendahkan egomu. Tentu mendengarkan dengan hati, bukan sekedar dengan telinga. Juga mau melihat dengan mata hati, bukan sekedar mata.


Memimpin itu bukan ego pribadi yang muncul tapi kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Apa yang kita yakini sebagai pemimpin bisa jadi itu adalah ego kita, bukan untuk kepentingan kita. Saking kita sombongnya. Ilmu itu datang dari siapapun. Saya meyakini setiap orang adalah guru, setiap orang adalah murid, apa yang kita alami adalah pelajarannya, dunia ini adalah sekolahnya, dan Allah adalah Kepala dan Pemilik sekolahnya.


Mau pemimpin ataupun bawahan, itu sama saja derajatnya dihadapan Allah. Yang membedakan adalah keimanannya. Tentu menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah. Segala gerak-geriknya diperhatikan. Jika sejengkal saja mereka salah, maka bawahannya bisa ikut salah karena meneladani pemimpin tersebut.


Bagi yang menjadi pemimpin teruslah belajar sehingga yang dipimpinnya merasa aman dan nyaman. Bagi yang dipimpin teruslah mendukung apa-apa yang menjadi program pimpinan (tentu yang baik-baik) dan jangan berhenti mendo’akan. Sungguh do’a itu tak terlihat namun efeknya jelas terlihat.


Bawahan belajar pada pemimpin itu biasa, tapi kalo pemimpin belajar pada bawahan itu sangat luar biasa. Ilmu tidak mengenal jabatan.



Rendahkan hati, tinggikan ilmu.



@imardalilah

p1

Awal Menentukan Akhir

Setuju ga kalo saya bilang awal itu menentukan akhir? Kalo setuju, saya lanjutkan menulis. Kalo ga setuju, yasudah saya ga jadi nulis. Hehe. berJanda, *Loh?


Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR. Bukhori)


Sering kan kita denger hadits tersebut tapi cuma “Innamaa A’maluu Binniyat” nya doang, hehe. Beneran deh saya ngerasa banget kalo awal itu menentukan akhir. Misalnya aja sholat. Pada saat saya takbirotul ihrom-nya khusyu’, beneran niat mau ‘ketemu’ dan sujud pada Allah (bukan sekedar menggugurkan kewajiban), saya fokus. Sholat dengan konsentrasi, bacaannya diperhatikan, ga sekedar baca selewatan kayak supir metro mini lagi kejar setoran.


Pun sama ketika saya menilai seseorang buruk pada saat awal bertemu, itu akan terbawa selama saya mengenal orang tersebut. Begitu juga sebaliknya jika saya menilai seseorang baik pada awalnya. Hingga suatu ketika ada suatu hal yang bisa mengubah penilaian tersebut. Bisa jadi berbalik arah.


Hadits diatas berlaku untuk segala hal, menurut saya. Jika kita memiliki tujuan hidup untuk memiliki materi, dalam prosesnya itu yang akan terlihat hingga ending-nya.


Jika kita bekerja hanya untuk mencari uang, ya itu saja yang kita dapatkan. Saat kita dibayar Rp. 1juta, kita akan memberikan hasil kerja kita sebanding dengan nominal tersebut. Sebenarnya rugi jika kita bekerja hanya mendapatkan uang. Coba kita manfaatkan untuk mendapatkan pengalaman, teman yang banyak (link), memperbesar kapasitas dan kualitas diri.


Orang cerdas tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, tidak akan mempergunakan kesempatan hanya untuk mendapatkan satu hasil. Orang cerdas pasti mempergunakan kesempatan untuk mendapatkan hasil lebih dari satu dengan mengeluarkan tenaga hanya satu saja.


Saya rasa juga sama saat berteman dengan seseorang dan niat kita tidak lurus (buruk) itu juga yang pasti kita dapatkan, keburukan. Walaupun mungkin awalnya bahagia, namun itu belum berakhir. Awal menentukan akhir, amal itu tergantung niat.


Sama juga saat kita memutuskan untuk menikah. Apa niatnya? Apa tujuannya? Jika sekedar untuk melupakan masa lalu, jika sekedar balas dendam dan membuktikan pada orang-orang bahwa ‘saya juga laku’, yaa hanya itu yang didapatkan. Bukan kebahagiaan, bukan keberkahan.


Dalam melakukan apapun, perhatikanlah awalnya, perhatikanlah niatnya. Milikilah niat yang luhur, awal yang baik. Niat yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri namun juga dapat bermanfaat untuk orang lain. Pertanyaannya, apakah bisa kita tentukan niat dan awal yang baik dalam kegiatan sehari-hari jika kita saja masih belum tau tujuan (visi) hidup?


Nah, sepengalaman saya ga bisa. Awal menentukan akhir. Pada saat kita ga punya tujuan hidup, hidup tuh hambar, ga jelas. Seperti buih dipantai yang dideru ombak, hilang ditelan ombak (halah, hehe). Maka penting sekali kita menemukan dan menentukan tujuan hidup.


Sebaik-baik tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah. Allah berfirman : "Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku" (QS. 51:56)


Ibadah ini masih sangat umum. Maka buatlah visi misi yang lebih spesifik. Misalnya, Visi : Rahmatan Lil’Aalamiin, Misi : 1) Menjadi pengusaha internasional, 2) Mengikuti training dan mentoring bisnis, 3) Kuliah diluar negeri, 4) Mulai berdagang, dan lain-lain.


Setelah itu, buatlah langkah-langkahnya dan fokus. Kerjakan apa yang menjadi visi misi hidup. Jika ada tawaran diluar daripada itu, beranilah untuk menolaknya.


Saran saya, miliki visi misi yang luhur. Yang bermanfaat untuk orang lain. Bukan visi misi yang hanya memperkaya diri sendiri dan tidak ada nilai manfaatnya untuk orang lain. Ohya, buatlah misi sesuai passion sehingga kita melakukan pekerjaan merasa seperti sedang tidak bekerja.




@imardalilah


p1