Sering sekali saya
melihat remaja wanita --usia SMA dan kuliah-- yang nongkrong di Lawson, Sevel, KFC, McD, dll, merokok. Seperti ringan sekali menghisap sebatang
rokok itu, ringan tanpa beban apapun.
Ga abis pikir, apa yang ada dipikiran mereka. Mengapa mereka begitu 'jahat' kepada orang tuanya? Orang tua mereka taunya mereka sedang kuliah, belajar di sekolah, bermain dengan teman. Tapi ternyata?
Kita tidak bisa
menyalahkan anak tersebut. Sebagai seorang konsumen tentu adalah hak dia untuk
membeli apapun yang dia inginkan. Namun bukan berarti kita membenarkan apa yang
mereka lakukan. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, orang tua adalah
guru pertama untuk anak. Jika keduanya baik, maka baik pula anak tersebut.
Saya rasa, kejadian tersebut
yang tidak saja saya yang menemuinya, merupakan satu teguran dari Tuhan. Dimana
kita mesti menjadi bagian dari solusi. Jika kita adalah orang tua, maka
didiklah sebaik mungkin mereka. Jika kita adalah siswa/mahasiswa dan teman si
perokok tersebut maka nasehatilah dia, jangan ikut terjerembab dalam dunia
rokok.
Jika kita adalah pejabat
pemerintah maka buatlah satu peraturan untuk melindungi remaja bahkan warga
Negara dari bahaya merokok. Apa untungnya rokok bagi pemerintah? Pajak dan bea
cukainya? Itu tidak seberapa dibanding kesehatan dan nyawa yang sudah banyak
terenggut oleh rokok. Jika bicara pendapatan pemerintah, masih banyak ko cara
yang lebih baik. Misalnya pariwisata Indonesia yang masih belum
teroptimalisasi.
Jika kita
orangtua/guru/pendidik/tokoh masyarakat maka jangan sekali-kali merokok karena
itu menjadi contoh dan pembenaran anak-anak kita kelak. Nak, kamu jangan
ngerokok dong, kan bahaya buat kesehatan | Ah, Ayah aja ngerokok ko, pak Guru
juga ngerokok, bahkan pak Kyai pak ustadz ngerokok juga. *JedddeRRR
Jika siapapun kita, maka
berperanlah untuk tidak merokok, untuk menasehati agar tidak merokok. Silakan
saja merokok, asal asapnya tidak terhisap oleh orang disebelahnya. Silakan saja
merokok, asal asapnya tidak terhisap oleh orang dirumah. Silakan saja merokok,
asal tidak kau buang asapnya hingga ia mengepul dan menyebar lalu terhisap oleh
orang-orang yang ingin sehat, bebas tanpa rokok beserta asapnya.
Setiap diri memiliki peran. Hidup ini
bukan untuk diri sendiri saja. Manusia adalah makhluk sosial, sudah sewajarnya
hidup saling mengingatkan satu sama lain.
Bayangkan jika kita melihat seorang remaja
merokok, di depan mata kita. Miris sekali bukan? Tapi kita tidak bisa melakukan
hal apapun, termasuk saya. Pada saat saya melihat remaja dan wanita seumuran
saya merokok, saya tidak bisa melakukan hal apapun kecuali menghela nafas dan
berkata “Ya Allah, sayang banget masih muda udah ngerokok, cewek lagi”.
Saya hanya bisa melakukan hal itu dan
menulis hal ini. Tentu sedikit sekali pengaruhnya. Akan tetapi paling tidak ada
satu hal yang saya lakukan.
Melihat remaja wanita merokok dengan
remaja pria merokok itu sama-sama miris. Namun lebih teriris dan miris ketika
melihat remaja wanita merokok. Kelak ia akan menjadi ibu. Apa kabarnya rahim
yang ia miliki? Apa kabarnya si jabang bayi yang kelak ada dalam rahimnya?
Tentu banyak sekali faktor yang
mempengaruhi remaja untuk merokok. Bisa jadi lingkungan keluarga yang membuat
ia tidak nyaman lalu menjadikan rokok sebagai pelarian dan solusi. Bisa jadi
terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, entah diajak atau sekedar gegayaan.
Entahlah. Yang jelas jangan pernah cari siapa yang salah tapi apa yang salah. Apapun bisa dijadikan pelajaran. Bagi kita calon orang tua, persiapkanlah sebaik mungkin menjadi orang tua yang layak mendapatkan anak soleh-solehah.
@imardalilah