Saya mahasiswa semester akhir di salah satu universitas negeri di Jakarta. Skripsi saya masih mandeg. Entah karena saya me-reorientasi pendidikan sehingga bagi saya kelulusan tidak begitu prioritas. Atau justru saya terlalu banyak menunda. Di usia yang masih muda ini saya manfaatkan untuk mencoba berbagai hal. Mulai dari aktif pada kegiatan sosial hingga kegiatan yang tak bernilai (mungkin). Pendidikan dan perkembangan anak usia pendidikan sangat menarik bagi saya sehingga saya sering meng-update tentangnya.


Banyak remaja yang saya temui. Mereka bertanya banyak hal pada saya mulai dari urusan pribadi hingga urusan keluarga, mulai dari urusan sekolah hingga urusan cinta. Saya senang membalas satu persatu pertanyaan mereka via teknologi canggih saat ini yang memungkinkan berkomunikasi secepat kilat. Tak perlu menunggu merpati mendarat di jendela kamar, cukup klik –sampai.


Anak muda, memang begitu haus pengetahuan dan keingintahuan. Apapun mereka tanyakan. Sampai-sampai saya sebal membalasnya dan bergumam “pertanyaan gini aja ditanyain”. Mungkin sisi intuiting saya sedang berontak karena tidak suka dengan pertanyaan yang tak berbobot (belagu ya? Memang).


Dari sekian banyak pengalaman saya tersebut, ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan bagi anak-anak muda yang galau, penuh tanya, dan penuh kebimbangan. Anak muda itu terlalu banyak bertanya namun actionnya sedikit. Diberi nasihat bukannya langsung dilaksanakan tapi malah nanya terus hingga akhirnya tidak jadilah dia bergerak.


Jangan terlalu banyak bertanya. Saat kamu ajukan satu pertanyaan dan mendapatkan jawabannya, lakukan saja. Ingat kisah Nabi Musa dan umatnya yang disuruh mencari sapi (kalo tidak salah) ? Umatnya terlalu banyak bertanya, sapinya betina atau jantan, warnanya apa, dan lain sebagainya. Sampai akhirnya mereka kerepotan sendiri dan bingung hendak mencari kemana sapi seperti itu.


Kenapa anak muda sering bertanya? Karena mereka takut gagal. Maka untuk mengantisipasinya mereka bertanya sebanyak mungkin agar tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Padahal semakin banyak bertanya, ketakutan akan kegagalan semakin tinggi. Lebih baik, tanya sekali dan bergerak berkali-kali. Setelah bergerak menghadapi rintangan dan tantangan, barulah bertanya kembali.


Gagal itu bukan ketika kita naik pohon kelapa kemudian merosot lagi kebawah. Gagal itu saat kita naik pohon kelapa lalu merosot kebawah dan kita memutuskan untuk berhenti naik pohon kelapa itu lagi. Jadi, gagal itu saat kita memutuskan untuk menghentikan langkah kita BUKAN saat kita tersandung batu lalu terjatuh.


Jadi untuk anak muda, bertanya secukupnya saja kemudian lakukan saja. Jangan pernah takut. Berani itu bukan kita tidak memiliki rasa takut tapi berani adalah kita tetap melangkah walaupun kita takut. Itulah sang pemberani. Jadi seorang pemberani adalah orang yang tetap melangkah walaupun ia merasa takut.


Hentikan terlalu banyak bertanya tanpa action. Bertanya-lakukan, bertanya-lakukan, bertanya-lakukan. Seperti itu. Bukan bertanyaaaaaaaaaa terus, kapan actionnya?


Bodoh itu bukan saat kita tidak tahu apa-apa tapi pada saat kita terlalu banyak bertanya tanpa bekerja. Kalau kamu bertanya pada guru-mu, mentor-mu, pembimbing/pembina-mu, segera laksanakan apa yang dinasihatkan. Jangan cuma sekedar iya, jangan cuma sekedar ingin diberi masukan atau didengarkan. Tentu orang yang kamu tanya adalah orang yang bagimu ia lebih dewasa, lebih bijak, lebih cerdas, dan sudah pasti ia orang yang kamu hormati. Maka dari itu ‘pakailah’ apa yang sudah dinasihatkannya.


Ketika kita sekedar ingin tahu tanpa mempraktekan apa yang kita tanyakan, berarti kamu tidak menghormati orang yang kamu tanyakan. Ibarat bilang kangen tapi tidak pernah menemui, itu sih HOAX. Kalau cuma bilang kangen sih semua orang bisa tapi apakah kita juga bisa membuktikan rasa kangen itu? Kalau cuma bertanya semua orang bisa, tapi apakah kita juga bisa melaksanakan jawaban dari pertanyaan kita itu?


Coba kalau kamu seorang pria dan bertanya terus pada wanita yang kamu taksir "Kamu mau ga nikah sama aku?" tanpa pernah bertindak, yakin deh tuh wanita bakal pindah ke lain hati, pindah ke pria yang langsung datangin orang tua si wanita bersama rombongan keluarganya. Iyalah, siapa yang mau dengan penanya handal seperti itu? :)



Masih mau terus bertanya tanpa bertindak? Sepertinya kamu cocok jadi wartawan atau interviewer ;) 



@imardalilah

Leave a Reply