Posted by Imar in
on
-
Melihat sahabat saya sibuk membuat list keinginannya yang
ingin ia capai tahun ini, aku tergelitik ingin bertanya. “Kamu yakin semua
bakal tercapai?” Tanyaku. “Tentu saja. Tak ada yang tak mungkin kan?” Jawab ia
mantap. Keinginannya tersebut menurut logika-ku tak akan bisa ia capai. Terlalu
banyak yang muluk-muluk. Dalam menentukan keinginannya ia tak rasional. Aku jamin
ia gagal mencapainya.
Hari demi hari ia konsisten bekerja keras sesuai rencana
yang sudah ia tuliskan. Minggu demi minggu belum juga ada hasil yang terlihat.
Bulan demi bulan aku lihat ia mulai letih, mungkin karena belum terlihat jerih
payah yang ia lakukan. “Bagaimana progres list keinginanmu itu?” Tanyaku
penasaran. “Ah entahlah. Aku sudah bekerja keras namun tak juga terlihat
hasilnya.” Ia terlihat sangat lesu dan putus asa.
“Lalu kamu menyerah?”
“Aku sudah letih. Banyak sudah yang aku lakukan tapi
nampaknya Tuhan tetap berdiam diri. Padahal Dia berjanji jika hambaNya berusaha
mengubah hidupnya, Dia pasti mengubahnya.”
Temanku tertunduk lesu. Entah apa rasanya keyakinan yang
begitu menggebu saat menuliskan segala keinginannya –yang ia yakini bisa ia
wujudkan kini hilang. Bagaikan arang yang terbakar dan menjadi abu, kemudian
abu itu tertiup angin. Keyakinan itu pun hilang sudah, seperti abu yang tertiup
angin itu.
Keyakinan sangat penting, sangat sangat penting. Jika dalam
melangkah tidak kita awali dengan keyakinan, yakinlah kaki itu tak akan
melangkah. Lalu apakah cukup hanya dengan yakin lalu melangkah? Tentu tidak.
Yakin adalah salah satu modal awalnya. Ia tak cukup ada diawal, ia harus ada
dalam berbagai kondisi.
Saat kita yakin, Allah akan uji kita dengan keyakinan itu. Seberapa
kuat keyakinan kita? Seberapa bekerja keras kita untuk membuktikan bahwa
keyakinan itu benar adanya? Dan Allah menguji seberapa yakin kita terhadapNya.
Lengkapi keyakinanmu dengan ilmu dan action. Tanpa ilmu,
keyakinanmu menjadi buta. Tanpa action, keyakinanmu tak akan mengantarkanmu
kepada pintu manapun. Selain itu disiplinkan diri, konsisten menjalankan apa
yang sudah direncanakan namun tidak ngotot dengan cara yang sudah direncanakan.
Keyakinan harus tetap, impian harus tetap, namun cara mencapainya boleh dengan
berbagai cara. Fleksibel.
Gunakanlah Law of Attraction, hukum tarik menarik. Dengan cara
apa? Berpikir positif. You are what you think. Kamu adalah apa yang kamu
pikirkan. Seperti firman Allah “Aku sebagaimana prasangka hambaKu.” Prasangka atau
pikiran itu ternyata berpengaruh besar terhadap hasil. Stabil atau tidaknya
keyakinan tergantung pikiran kita, tergantung prasangka kita. Berpikirlah positif
dan berprasangka baiklah pada Allah bahwasannya Dia pasti memperjalankan
hambaNya.
Setelah usaha-usaha tersebut dilakukan, lalu lakukanlah
usaha langit. Yaitu dengan cara meminta izin kepada Allah terlebih dahulu dalam
menjalankan sesuatu, dalam prosesnya melibatkan Allah, dan sampai hasil akhirnya
Allah tetap kita libatkan. Kalau kata Ustadz Yusuf Mansur “Allah dulu, Allah
lagi, Allah terus” agar apa yang kita lakukan sudah Allah ridhoi diawal hingga
apa yang dihasilkan menjadi berkah.
Keyakinan ibarat keimanan. Allah berkata dalam Al Qur’an “Apakah
kau akan begitu saja diakui beriman tanpa diuji?” Jangan pernah ngaku beriman
jika belum pernah Allah uji. Jangan pernah ngaku yakin jika keyakinan itu tak
Allah uji. Jadi, keyakinan apapun yang kita miliki saat ini pasti akan Allah
uji.
Ada yang yakin usahanya sukses, pasti diuji. Ada yang yakin
karirnya sukses pasti diuji. Ada yang yakin sekolahnya sukses pasti diuji. Ada yang
yakin bahwa dia jodohnya, pasti diuji. Untuk yang terakhir itu, lebih baik
jangan pernah yakin dengan siapapun. Karena saat kita yakin sedang kita belum
siap, itu akan menyakitkan dan menyesatkan.
Supeerrrr teruuss
klo supeeerr sekali brarti sesudahnya enggak dong
jd ya mending supeeer teruuus,,, terusss supeerrr :-D
simple as that and enjoy :-)
#MulaiSotoygw :-D