Obrolan sore tadi dengan kakak ipar saya semakin membuka mata bahwa pernikahan adalah suatu hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Betapa tidak, begitu banyak permasalahan yang timbul yang berujung pada pendidikan anak. Entah, saya juga bingung gimana menggambarkannya.


Pernikahan atawa munakahat atawa marriage adalah salah satu ibadah dalam Islam. Untuk melaksanakan solat saja kita perlu persiapan. Kita wajib wudhu, baju mesti bersih dari kotoran, tempat solat juga mesti bersih, itulah persiapannya. 


Jika semua hal tersebut ga dipenuhi artinya kita ga bisa ngelaksanain solat. Itu baru solat loh yang paling kita ngelaksanain lima menit. Ibadah yang lima menit aja perlu persiapan, apalagi pernikahan yang seumur hidup yekan?


Saya melihat bahwa permasalahan yang ada dalam rumah tangga, baik dari suami istri maupun anak, semua bermula dari pernikahan. Pernikahan yang dipersiapkan dengan matang, akan mempengaruhi perjalanan rumah tangga. Misalnya sebelum menikah kita bekali diri dengan ilmu parenting, keuangan, kesehatan, dls.


Sebelum menikah, kita sepakati akan seperti apa nanti mendidik anak, tinggal dimana (mandiri atau tinggal bersama orang tua), keuangan di pegang suami/istri, dls. Membangun keluarga sama halnya seperti membangun tim, mesti ada komunikasi yang baik , kerjasama yang baik, saling support, dls.


Jika hal-hal seperti itu kita sepakati dari awal, insya Allah akan mengurangi permasalahan yang kemungkinan timbul saat berumah tangga. Saat kita sepakat tinggal mandiri jauh dari orang tua agar bisa mendidik anak berdua saja dengan pasangan, itu merupakan salah satu kerja tim. Berstrategi untuk memberikan yang terbaik bagi anak.


Dalam mendidik anak, hindari ada pihak ketiga. Misalnya orang tua atau mertua. Karena dengan adanya pihak ketiga, strategi kita dalam mendidik anak bisa gagal. Orang tua atau mertua adalah orang yang bukan termasuk dalam tim. Mereka ga satu frekuensi dengan kita, terlebih jika kita ingin mendidik anak tidak dengan cara orang tua kita dahulu mendidik kita. Kita ingin mendidik anak dengan ilmu yang kita miliki.


Adanya komunikasi, kesepakatan, dan kerja tim seperti itu insya Allah bisa meminimalisir masalah-masalah yang sekarang ini umum ayah dan ibu rasakan. Anaknya bandel, anaknya ga sopan, anaknya males, anaknya suka ngelawan, dls. Umumnya ayah ibu menyalahkan anaknya, maunya si anak nurut namun cara yang mereka pakai ga sesuai. Mereka ‘memaksa’ anak untuk nurut tapi mereka ga kasih contoh yang baik kepada anaknya.


“Kamu yaaaa, blablablabalalalalalala………Pokoknya Mama ga mau tau, kamu mesti syalalallaladubidubidudu. Kamu nurut napa sih!”


Masih banyak lagi daripada itu. Mungkin kalo di rewind bakal kayak kaset kusut, wkwkwk. Parahnya nih yang berprofesi guru, ilmu dan pengetahuannya tentang anak dan pendidikan kurang mumpuni, akhirnya memakai cara seadanya. Guru semestinya mendidik, bukan sekedar mengajar. Dan itu bisa jadi dipengaruhi juga oleh dulu si guru kurang mempersiapkan pernikahannya. Walhasil seperti itu.


Jadi saat ini jomblo yang ga pernah bahas pernikahan, justru dialah orang yang norak, yang kampungan, yang udik, yang ga gaul. Sekarang zamannya visioner, melihat jauh ke depan. Menikah bukan sekedar agar hidup ada temannya, bukan sekedar memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis, tapi menikah untuk membangun Negara. Karena keluarga adalah miniatur Negara.


Keluarga yang baik, menentukan negaranya baik atau ga. Coba tanyakan pada rumput yang dipotong, sudahkah kita mempersiapkan pernikahan? Atau kita sibuk menilai orang yang sibuk mempersiapkan pernikahan?


Berlomba-lombalah mempersiapkan pernikahan agar kita mendapatkan pasangan yang terbaik karena kita mengusahakan yang terbaik sehingga Allah memberikan jodoh yang terbaik. Jangan sampe nih, usia udah masuk kepala tiga baru kelabakan cari jodoh. Udah gitu maunya yang baik, lah selama 30 tahun itu udah siapin apa aja? Solat aja butuh persiapan ko, apalagi pernikahan.




@imardalilah

One Response so far.

Leave a Reply