Posted by Imar in
on
-
Pusing ya
hidup di Indonesia, serba salah. Naik motor, ditabrak busway. Naik
pesawat kalo ga ngilang yaaa jatoh. Bahkan jalan kaki masih aja kena
sasaran, ditabrak mobil. Nah sekarang mau Pemilu, masyarakat bingung juga. Ada yang menyarankan untuk nyoblos, ada yang
menyarankan untuk golput. Bingung!
Belum lama
ini saya membaca salah satu postingan di sosial media. Isinya menyatakan bahwa
jargon yang beisi “jika seseorang tidak memilih pada saat pemilu, bisa jadi DPR
dikuasai legislatif kafir” terkesan menakut-nakuti umat muslim. Menurut beliau,
belum tentu jika partai Islam yang menang pemilu nasib umat muslim akan lebih
baik. Beliau memperlihatkan kejadian di Aljazair, HAMAS, dls, sebagai salah
satu contoh bahwa kemenangan partai Islam tidak serta merta menjamin kehidupan
umat muslim menjadi lebih baik.
Partai Islam
yang menang aja belum tentu kehidupan umat muslim lebih baik apalagi kalo bukan
partai Islam yang menang, yekan? Saya sangat setuju bahwa kita mesti memilih pemimpin
yang bukan hanya seorang muslim namun juga menerapkan sistem Islam yaitu
Khilafah. Pertanyaannya, adakah pemimpin yang menerapkan khilafah? Jika ada,
tentunya dia memiliki jabatan pemerintahan dan wilayah kekuasaan kan? Mana mungkin
ada pemimpin yang menerapkan khilafah tanpa mempunyai wilayah kekuasaan. Wilayah
kekuasaan tertinggi saat ini adalah Negara, lalu dimana dia berada?
Jika ada
yang mengatakan di dunia ini ada Negara Islam, menurut saya ga ada. Liat aja
sistem pemerintahannya, kerajaan, republik, atau apa? Yang namanya sistem
Khilafah udah pasti sistem pemerintahannya sesuai sunnah Rasul. Pada saat Rasulullah membangun Madinah, sistem pemerintahan yang digunakan kerajaan atau republik? Sekalipun
undang-undangnya berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah, tetap saja menurut saya
bukan Negara Islam jika sistem pemerintahannya ga mencontoh Rasulullah. Kan Islam
mesti kaffah.
Ada baiknya
menurut saya kita ga membuat masyarakat semakin bingung. Dimana bumi
dipijak disitu langit dijunjung. Saat ini kita berada di Indonesia, yaaa
ikutilah sistemnya. Namun bukan seperti kebo di cocog idungnya sekedar ngikut
tapi kita juga berdakwah dengan tujuan menegakkan Kalimatillah.
Ga bisa lah
kita ujug-ujug ganti sistem Republik Indonesia dengan sistem Khilafah. Coba baca
lagi shiroh Rasulullah, gimana beliau berjuang menegakkan Kalimatillah. Selama 13
tahun berdakwah cuma dapet 25 orang. Artinya dalam menegakkan kalimatillah itu
butuh proses yang cukup panjang. Terlebih saat ini kita perang di era modern. Ayolah
kita mulai sekolahkan anak-anak kita agar menjadi ilmuwan, orang-orang
terdidik, dls, sehingga kita bisa menyeimbangkan pertarungan ini. Jangan sampai
kita BUTA, anti politik, anti pemerintahan, dls.
Mulai lah
berpikir terbuka. Perang zaman sekarang sama zaman Rasulullah beda. Saat ini
kita seringnya ga tau mana lawan mana kawan. Daripada kita beropini yang bikin
masyarakat hopeless mending kita dorong masyarakat untuk mau berperang dari
berbagai lini.
Misalnya pengusaha,
buatlah media cetak dan elektronik yang sehat, yang mencerdaskan. Pemuda pemudi
muslim ayo beranikan diri untuk ikut berpolitik. Dengan cara kita masuk ke
dunia politik, masuk ke eksekutif, yudikatif atau legislatif, kita bisa berbuat
lebih banyak, lebih jauh, karena kita memiliki kekuasaan. Jangan sampai
posisi-posisi tersebut diisi oleh muslim munafik bahkan kafiruun.
Saya setuju
dengan penyair Jerman, Bertolt Brecht, bahwa buta yang terburuk adalah buta
politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam
peristiwa politik. Dia tidak tau bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga
tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan
politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan
membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tau
bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri
terburuk dari semua pencuri, politi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan
multinasional.”
Masihkah mau
kita buta politik dan bangga bahwa kita membenci politik? Daripada kita
menenggelamkan harapan masyarakat lebih baik kita berikan harapan dan
mencerahkan masyarakat dengan hal-hal kecil seperti ini. Tugas kita bukan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik, tugas kita hanya sampai mengupayakan hasil yang
terbaik. Allah yang menjamin bahwa Kalimatillah pasti tegak.
Mulailah dari
3M lalu masuk ke setiap lini dan bidang kehidupan masyarakat. Entah menjadi
guru, penulis, trainer, pengusaha, dokter, pilot, politikus, ekonom, dls, yang memiliki visi menegakkan kalimatillah. Yang penting
ga menjadi masyarakat yang skeptis dan apatis. Berjuang dengan berbagai cara
dan jalan, bukan memutuskan hanya satu jalan lewat luar kotak suara atau sekedar lewat jalur politik. Mari kita serang dari berbagai arah.
@imardalilah
Alhamdulillah :-)