Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, hendak berkata apa kau?
Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, akankah kau membenci pertemuan itu?
Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, apa yang akan kau lakukan selama perpisahan itu kau rasakan?
Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, akankah kau bersedih? Lalu kemudian menghapus pelipur laramu itu?
Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, bagaimana jika kau merindukannya?
Sekiranya takdir berkata pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, akankah kau bertanya mengapa hal demikian terjadi padamu?
Dan sekiranya benar itu terjadi --pertemuanmu dengan seseorang lebih sebentar dibandingkan perpisahannya, sungguh itulah takdirmu. Bukan tanpa alasan. Alasannya apa? Teruslah mencari hikmah apa yang hendak Tuhan berikan padamu. Mengapakah Dia begitu tega memisahkan kau dengan seseorang itu begitu cepat?
Hanya dengan akal pikiran takdir bisa terungkap alasannya.
Hanya bagi orang-orang yang berpikir takdir menjadi salah satu bukti adaNya Tuhan dan mengimaninya salah satu kewajiban.
Apakah kita --aku, kau, dia, mereka-- termasuk orang yang memikirkannya? Atau justru kita termasuk kepada golongan yang sekedar bertanya "MENGAPA?"
@imardalilah