Aku bukan tukang ojek yang kau sapa saat kau hendak memakai jasaku saja.

Aku bukan supir angkot yang kau tunggu saat kau hendak pergi ke suatu tempat dengan duduk di bangku panjang si mobil.

Aku bukan tukang becak yang setelah kau bayar peluh yang bercucuran di dahiku karena letih menggowes untuk mengantarkanmu pada tempat tujuanmu, lalu kau membiarkanku pergi begitu saja.

Jelas saja aku pun bukan stasiun yang kau sambangi ketika kau hendak menyeberang ke kota lain namun ketika kau tak ada niat menyeberang kau tak pernah menyambangi sekalipun.

Aku ini bukan pegawaimu yang sekedar kau pastikan aku hadir setiap hari kerja, aku ada setiap diminta lembur, kemudian dibayar setiap awal bulan. Setelah itu, kau tak pernah tanyakan apapun tentangku kecuali pekerjaan yang menguntungkanmu.

Lalu aku siapa?

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau memperlakukanku.

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau menilaiku.

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau menjalin hubungan denganku.

Lalu aku siapa?

Aku siapa adalah bukan yang telah disebut.
Aku siapa adalah bukan yang kau perlakukan selama ini.
Aku siapa adalah bukan yang kau nilai.

Lalu aku siapa?

Aku siapa itu tidak penting.
Yang penting adalah kau.
Ya, kau.
Kau padaku. Kemudian muncullah siapa aku.

Pahami bahwa aku adalah cara kau padaku, namun itu bagimu.
Aku sesungguhnya ialah ketika kau melihatku dan menganggap diriku adalah kau.
Jadi, aku adalah kau.

Bagaimanalah bisa kau memperlakukan dirimu sendiri sebagai tukang ojek? Supir angkot? Tukang becak? Stasiun? Bahkan pegawai?

Sudah pasti kau memperlakukan kau sebaik mungkin.
Temukan bahwa aku adalah kau. Hingga tak ada lagi percekcokan antara kau dan siapa aku.

@imardalilah

Leave a Reply