Lalu Siapa Aku?

Aku bukan tukang ojek yang kau sapa saat kau hendak memakai jasaku saja.

Aku bukan supir angkot yang kau tunggu saat kau hendak pergi ke suatu tempat dengan duduk di bangku panjang si mobil.

Aku bukan tukang becak yang setelah kau bayar peluh yang bercucuran di dahiku karena letih menggowes untuk mengantarkanmu pada tempat tujuanmu, lalu kau membiarkanku pergi begitu saja.

Jelas saja aku pun bukan stasiun yang kau sambangi ketika kau hendak menyeberang ke kota lain namun ketika kau tak ada niat menyeberang kau tak pernah menyambangi sekalipun.

Aku ini bukan pegawaimu yang sekedar kau pastikan aku hadir setiap hari kerja, aku ada setiap diminta lembur, kemudian dibayar setiap awal bulan. Setelah itu, kau tak pernah tanyakan apapun tentangku kecuali pekerjaan yang menguntungkanmu.

Lalu aku siapa?

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau memperlakukanku.

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau menilaiku.

Aku siapa adalah tergantung bagaimana kau menjalin hubungan denganku.

Lalu aku siapa?

Aku siapa adalah bukan yang telah disebut.
Aku siapa adalah bukan yang kau perlakukan selama ini.
Aku siapa adalah bukan yang kau nilai.

Lalu aku siapa?

Aku siapa itu tidak penting.
Yang penting adalah kau.
Ya, kau.
Kau padaku. Kemudian muncullah siapa aku.

Pahami bahwa aku adalah cara kau padaku, namun itu bagimu.
Aku sesungguhnya ialah ketika kau melihatku dan menganggap diriku adalah kau.
Jadi, aku adalah kau.

Bagaimanalah bisa kau memperlakukan dirimu sendiri sebagai tukang ojek? Supir angkot? Tukang becak? Stasiun? Bahkan pegawai?

Sudah pasti kau memperlakukan kau sebaik mungkin.
Temukan bahwa aku adalah kau. Hingga tak ada lagi percekcokan antara kau dan siapa aku.

@imardalilah

p1

Setiap Orang Memiliki Jalur Suksesnya

Adakah diantara kita yang dinilai tidak sukses oleh orang-orang disekitarnya? Adakah diantara kita yang meyakini dan menggeluti jalur kesuksesannya namun dicibir oleh orang-orng disekitarnya?


Seorang tukang bakso yang omzetnya puluhan juta setiap bulan tetap dicemooh oleh mertuanya. Konon mertuanya lebih suka saat si menantu bekerja sebagai pegawai kantoran yang necis berdasi. Jika demikian, apakah menantu tersebut yang kini menjadi tukang bakso adalah orang yang tidak sukses? Padahal omzet yang ia capai hingga puluhan juta rupiah tiap bulannya. Mengapa mertuanya tidak menyukainya?


Yes, persepsi sukses masing-masing orang berbeda. Ada yang beranggapan sukses adalah ketika lolos seleksi CPNS, sukses adalah ketika bisa bekerja di perusahaan besar di ibukota, sukses adalah ketika menjadi pengusaha, sukses adalah bla bla bla bla. Selain persepsi, gengsi pun mempengaruhi.


Maka dari itu, jalur kesuksesan tiap orang pun berbeda. Saat kita meyakini jalur kesuksesan kita, gelutilah dengan sepenuh hati. Berikan perhatian lebih. Jika ada yang mencibir itu tidak mempengaruhi dirimu sama sekali. Ya kecuali kau memikirkan cibiran tersebut dan mulai ragu dengan yang sedang kau geluti sekarang.


Jika bapakmu yang seorang PNS adalah orang yang sukses, belum tentu jalan kesuksesanmu sama dengannya. Bisa jadi yang lain –yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan profesi bapakmu. Jika bapakmu yang seorang pedagang adalah orang yang sukses, belum tentu jalan kesuksesanmu sama dengannya. Bisa jadi yang lain. Maka carilah jalan kesuksesanmu, benar-benar jalan kesuksesan milikmu, tanpa meniru atau mengekor siapapun.


Sekarang ini menurutku sedang marak wirausaha. Lihat saja berapa banyak buku, seminar, workshop, training, bahkan sekolah wirausaha saat ini? Satu teman jualan, yang lain ikutan. Satu teman ikut seminar, yang lain ikutan. Begitu seterusnya. Bukan berarti wirausaha itu tidak baik. Jika memang menurutmu itu adalah jalan kesuksesanmu, lakukanlah lalu fokus padanya. Jangan jadi bebek. Kau harus sadar apa yang kau pilih sebagai jalan dan pintu kesuksesanmu.


Terlebih tak sedikit yang terjerumus karena iming-iming judul buku, seminar, training, dan lain sebagainya. Modal sudah banyak yang dikeluarkan tapi hasil tak nampak juga. Bukan hendak menyalahkan buku, seminar, training, atau dirimu tapi ketahui dengan seksama apa sebenarnya yang menjadi jalan suksesmu. Jalan sukses setiap orang berbeda, maka tak perlu jadi bebek. Temukan sendiri.


Coba lihat sekarang berapa banyak profesi baru yang muncul karena kemajuan zaman? Kalau kita tetap mendengarkan orang tua yang menginginkan diri kita menjadi PNS, itu sudah ketinggalan zaman. Bukan berarti membantah atau PNS itu tidak baik. Maksudnya, PNS hingga kini masih jadi primadona bagi orang tua sebagai profesi yang menjanjikan untuk anak-anaknya. Nah, jika kau tidak suka dengan profesi tersebut tak perlu kau ikuti. Cari saja yang lain yaitu jalan kesuksesanmu sendiri. Tak peduli halau rintangnya seperti apa. Kau harus ngeyel mempertahankan dan membuktikannya pada yang meragukanmu.


Karena ada perkembangan teknologi, sekarang ada namanya konsultan media sosial, jual beli akun sosial media, ilmu marketing yang sudah meluas hingga ke gadget yang sehari-hari kita pegang, dan lain sebagainya. Dikemudian hari akan lebih banyak lagi profesi baru dan mungkin saja itu adalah suatu hal yang sedang kau geluti saat ini.



Saat kau sudah yakin dengan jalan kesuksesanmu, lakukan dan fokuslah. Omong besar dari kanan-kiri, depan-belakang, dan sampingmu hanyalah ujian untuk menguji seberapa yakin kau dengan apa yang kau yakini dan perjuangkan tersebut.



@imardalilah

p1

Andai Semua Sadar

Andai semua orang sadar apa peran mereka masing-masing dalam hidupnya dan untuk kehidupannya, pasti aku tak akan mendengar dan menyaksikan kekerasan di lingkungan sekolah dan kampus.

Andai semua orang sadar apa peran mereka masing-masing dalam hidupnya dan untuk kehidupannya, pasti aku tak akan melihat siswa gantung diri karena UN, mahasiswa baru mati karena ospek, siswa mati karena tawuran, bahkan siswa mati karena dipukuli temannya sendiri.

Andai semua orang sadar apa peran mereka masing-masing dalam hidup dan untuk kehidupannya, pasti aku tak perlu merasa dibunuh --entah mentalnya, karakternya, dan lainnya hanya karena nilaiku lebih rendah dibanding teman-temanku.

Andai semua orang sadar apa peran mereka masing-masing dalam hidup dan untuk kehidupannya, pasti aku lebih sering mendengar, menyaksikan, dan merasakan hal yang positif dibandingkan kini terlalu sering disuguhkan hal yan negatif.

Andai semua orang sadar apa peran mereka masing-masing dalam hidupnya dan untuk kehidupannya, sudah pasti tentu saja aku tak perlu merasa terbebani karena orang tua selalu membandingkan diriku dengan anak tetangga yang katanya ranking --selalu juara kelas.

Andai saja orang tuaku tak menitipkanku pada pengasuh sudah pasti aku tak perlu mencari kasih sayang diluar sana, mencari jati diri, atau bahkan mencari perhatian orang tuaku dengan ikut hal negatif semisal kekerasan (tawuran).

Andai saja orang tuaku tidak kesulitan ekonomi, pasti aku mendapatkan kasih sayang yang cukup dari mereka. Pendidikan yang baik dan terbaik serta asupan gizi yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Andai saja guru-guru dan dosen-dosen memperlakukan aku layaknya manusia seperti tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia tentu aku tidak perlu merasa benci kepada mereka karena selalu menjadikan nilai diatas kertas landasan kesuksesan seseorang. Mereka lebih suka dan sayang pada anak yang nilainya tinggi bukan anak bodoh semacam diriku ini.

Andai saja guru-guru dan dosen-dosen melaksanakan peran pentingnya sebagai pengganti orang tua dirumah, pasti aku akan dengan senang hati diajar oleh mereka, pasti aku merasa nyaman belajar dengan mereka, dan aku menyayangi mereka seperti menyayangi orang tuaku sendiri.

Andai saja orang tuaku memiliki pendidikan yang cukup untuk mendidik anaknya tentu mereka tidak akan mendapatkan hasil didikannya seperti diriku ini yang katanya bodoh, tak berguna, sering kena omel, dls.

Andai saja para pengusaha media elektronik dan cetak memberikan program yang berkualitas untuk anak Indonesia sepertiku ini tentu saja aku tidak akan terbawa arus pergaulan yang mengacu pada westernisasi seperti ini.

Andai saja para pengusaha media elektronik dan cetak tidak semata-mata mencari keuntungan dalam menjalankan bisnisnya tentu saja aku tidak akan menjadi korban iklan, sinetron, bahkan berita kriminalnya.

Andai saja pemerintah melindungiku, menjamin aku sebagai anak bangsa dari kejahatan dalam bentuk apapun tentu aku dan teman-teman sebayaku tak perlu masuk televisi dan koran, tentu saja diantara kami tak perlu ada yang mati, tentu saja diantara kami tak perlu ada yang menjadi korban bully bahkan sodomi.

Andai saja pemerintah melindungiku dengan peraturannya, aku tak perlu merasa sesak di bully karena nilaiku, ekonomiku, penampilanku, sehingga aku murka terhadap para pembully itu dan dendam membutakan mataku juga mata batinku untuk bertindak kriminal.

Andai saja wakil rakyat amanah tentu anak bangsa sepertiku terjamin hidupnya hingga kelak aku dewasa nanti aku menggantikan mereka, melanjutkan tongkat estafet keterwakilan suara rakyat.

Andai saja masyarakat bisa menjadi tempatku berteduh dari hiruk pikuk tekanan mental yang aku alami di rumah, sekolah, dan lingkunganku, tentu aku akan merasa lebih terarah dan tahu apa yang mesti aku lakukan untuk diriku sendiri dalam menyongsong masa depan gemilangku.

Semua itu andai saja semua orang sadar akan peran mereka masing-masing dalam hidupnya juga untuk kehidupannya.

@imardalilah

p1

Rindu

Rindu...
Mungkin hanya itu kata yang pas untuk mewakili hatiku saat ini

Setelah pertemuan itu --bahkan sepersekian detik setelah kau katakan inti pembicaraan kita aku sudah memutuskan untuk mengubur semua perasaan ini dalam-dalam

Ah mungkin kau tak tahu bagaimana sulitnya mencairkan hati yang telah lama membeku

Ah mungkin kau tak tahu bagaimana aku berusaha menghancurkan bongkahan es yang membekukan hatiku selama ini

Ah mungkin kau tak tahu bagaimana aku memberanikan diri membuka hati yang baru untuk yang baru yaitu kamu

Mungkin kau tak perlu tak tahu satu kata yang terucap olehmu kala itu bagai kerikil yang menggelincirkanku. Kecil tapi jatuh karenanya sangat menyakitkan.

Mungkin kau tak perlu tahu bahwa aku kini berkemelut dengan perasaanku sendiri, dengan keputusanku sendiri.

Dan mungkin kau tak perlu tahu bahwa aku sering merindumu. Walau sesekali tapi itu amat menyakitkan. Cukup membuat diriku terpuruk sendiri.

Aku hanya berharap waktu akan membawa perasaan ini pada tuannya

Biarlah hingga perasaan ini bertuan aku seperti ini

p1