Posted by Imar in
on
-
Aku tidak pernah meminta untuk seperti ini, Tuhan. Mengapa banyak
orang yang mengeluh akan diriku ini? Aku tak kuasa mendengar keluhan mereka
tentang keburukan diriku. Memang semua itu inginku? Memang semua itu kemauanku?
Aku sama sekali tidak pernah meminta aku menjadi seperti ini.
Begitu banyak diantara kita yang mengeluh seperti itu. Coba tengok
pada diri kita, apakah kita termasuk di dalamnya?
Aku belajar banyak tentang kepribadian manusia. Ternyata Allah
memberikan masing-masing takdir kepribadian manusia yang berbeda. Namun bukan
berarti itu adalah derita. Bukan berarti itu adalah bencana untuk diri kita.
Allah berikan kepribadian yang berbeda agar manusia bisa
memahami satu sama lain, bisa melengkapi satu sama lain. Siapa bilang manusia
tidak ada yang sempurna? Justru manusialah sesempurna-sempurnanya makhluk
ciptaan Allah. Kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya. Apa itu?
Ada dua unsur dalam dirinya, baik-buruk, benar-salah, malaikat-setan, dan lain
sebagainya.
Manusia bisa menentukan arah hidupnya sendiri, tidak seperti
binatang, malaikat, tumbuhan, atau bahkan setan. Takdir mereka tidak bisa
diubah. Hidup mereka flat. Tapi manusia? Begitu dinamis dan bebas. Bebas menentukan
arah hidupnya hendak dibawa kemana.
Allah berikan modal yang sama pada manusia. Kepribadian bawaan
orok. Ada kekurangan dan kelebihannya. Tinggal bagaimana caranya kita mengoptimalkan
(mensyukuri) apa yang sudah Allah berikan untuk kita. Kepribadian bawaan orok
tidak bisa diubah namun bisa dioptimalkan, diasah, dan dilatih.
Sensing yang rajin, detail, melengkapi intuiting yang
kebalikannya. Intuiting yang memiliki konsep dan ide-ide besar melengkapi
sensing yang praktis dan pesimis. Feeling yang berperasaan melengkapi thinking
yang cuek dan kurang peka. Thinking yang obyektif melengkapi feeling yang
subyektif. Insting yang responsif melengkapi feeling yang banyak omong. Sensing
yang berstamina melengkapi insting yang nanggung.
Tidak ada salah satu lebih baik dari yang lainnya. Itu hanya
modal. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan modal tersebut untuk mendapatkan
manfaat dan laba sebanyak mungkin. Bawaan orok memang sama namun kemampuan,
ilmu, pengetahuan, dan lain sebagainya berbeda.
Masing-masing bawaan orok memiliki tantangan tersendiri
dalam mengoptimalkannya. Seperti intuiting yang sulit blak-blakan, sulit to the
point, bahasa yang tersirat dan sulit dipahami oleh orang lain. Itu adalah
tantangan. Bagaimana seorang intuiting bahasanya mudah dipahami oleh bawaan
orok lainnya, terlebih bagi sensing dan thinking yang buta akan isyarat.
Jika seorang intuiting merasa itu adalah keburukan, aku
yakin seyakin-yakinnya dia tidak akan menjadi seorang intuiting yang hebat. Justru
itu adalah keunikannya. Bahasa yang tersirat. Hikmahnya bawaan orok lainnya
mesti belajar memahami. Bagi intuiting sendiri ia belajar bagaimana memakai
bahasa manusia pada umumnya. Bukan lagi memakai bahasa yang hanya kaumnya yang
mengerti.
Masing-masing mesti belajar bukan meratapi bawaan orok
masing-masing. Jika meratapi tanda kita kufur. Tidak mensyukuri apa yang sudah
Allah takdirkan untuk kita. Bukan sekedar belajar tentang dirinya tapi juga
belajar mengenai orang lain.
Jika ingin dekat dengan intuiting, dekatilah. Dia makhluk
cuek yang sebenarnya care. Jangan berharap bisa dekat jika kau tidak
mendekatinya. Jika ingin dekat dengan sensing, seringlah berinteraksi. Dia makhluk
yang mesti melihat lawan bicaranya. Jika ingin dekat dengan feeling, buatlah ia
nyaman. Jangan sakiti perasaannya.
Ingat, belajar tentang bawaan orok yang lainnya. Pahami. Seperti
intuiting yang sudah satu ya satu. Kalau sudah dapat kepercayaan darinya, lihat
apa yang bisa kau dapatkan darinya. Kalau kau mengkhianatinya, lihat apa yang
kau dapatkan dari dia. Begitu contohnya. Asik kan kalau sudah paham?