Aku tidak pernah meminta untuk seperti ini, Tuhan. Mengapa banyak orang yang mengeluh akan diriku ini? Aku tak kuasa mendengar keluhan mereka tentang keburukan diriku. Memang semua itu inginku? Memang semua itu kemauanku? Aku sama sekali tidak pernah meminta aku menjadi seperti ini.


Begitu banyak diantara kita yang mengeluh seperti itu. Coba tengok pada diri kita, apakah kita termasuk di dalamnya?


Aku belajar banyak tentang kepribadian manusia. Ternyata Allah memberikan masing-masing takdir kepribadian manusia yang berbeda. Namun bukan berarti itu adalah derita. Bukan berarti itu adalah bencana untuk diri kita.


Allah berikan kepribadian yang berbeda agar manusia bisa memahami satu sama lain, bisa melengkapi satu sama lain. Siapa bilang manusia tidak ada yang sempurna? Justru manusialah sesempurna-sempurnanya makhluk ciptaan Allah. Kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya. Apa itu? Ada dua unsur dalam dirinya, baik-buruk, benar-salah, malaikat-setan, dan lain sebagainya.


Manusia bisa menentukan arah hidupnya sendiri, tidak seperti binatang, malaikat, tumbuhan, atau bahkan setan. Takdir mereka tidak bisa diubah. Hidup mereka flat. Tapi manusia? Begitu dinamis dan bebas. Bebas menentukan arah hidupnya hendak dibawa kemana.


Allah berikan modal yang sama pada manusia. Kepribadian bawaan orok. Ada kekurangan dan kelebihannya. Tinggal bagaimana caranya kita mengoptimalkan (mensyukuri) apa yang sudah Allah berikan untuk kita. Kepribadian bawaan orok tidak bisa diubah namun bisa dioptimalkan, diasah, dan dilatih.


Sensing yang rajin, detail, melengkapi intuiting yang kebalikannya. Intuiting yang memiliki konsep dan ide-ide besar melengkapi sensing yang praktis dan pesimis. Feeling yang berperasaan melengkapi thinking yang cuek dan kurang peka. Thinking yang obyektif melengkapi feeling yang subyektif. Insting yang responsif melengkapi feeling yang banyak omong. Sensing yang berstamina melengkapi insting yang nanggung.


Tidak ada salah satu lebih baik dari yang lainnya. Itu hanya modal. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan modal tersebut untuk mendapatkan manfaat dan laba sebanyak mungkin. Bawaan orok memang sama namun kemampuan, ilmu, pengetahuan, dan lain sebagainya berbeda.


Masing-masing bawaan orok memiliki tantangan tersendiri dalam mengoptimalkannya. Seperti intuiting yang sulit blak-blakan, sulit to the point, bahasa yang tersirat dan sulit dipahami oleh orang lain. Itu adalah tantangan. Bagaimana seorang intuiting bahasanya mudah dipahami oleh bawaan orok lainnya, terlebih bagi sensing dan thinking yang buta akan isyarat.


Jika seorang intuiting merasa itu adalah keburukan, aku yakin seyakin-yakinnya dia tidak akan menjadi seorang intuiting yang hebat. Justru itu adalah keunikannya. Bahasa yang tersirat. Hikmahnya bawaan orok lainnya mesti belajar memahami. Bagi intuiting sendiri ia belajar bagaimana memakai bahasa manusia pada umumnya. Bukan lagi memakai bahasa yang hanya kaumnya yang mengerti.


Masing-masing mesti belajar bukan meratapi bawaan orok masing-masing. Jika meratapi tanda kita kufur. Tidak mensyukuri apa yang sudah Allah takdirkan untuk kita. Bukan sekedar belajar tentang dirinya tapi juga belajar mengenai orang lain.


Jika ingin dekat dengan intuiting, dekatilah. Dia makhluk cuek yang sebenarnya care. Jangan berharap bisa dekat jika kau tidak mendekatinya. Jika ingin dekat dengan sensing, seringlah berinteraksi. Dia makhluk yang mesti melihat lawan bicaranya. Jika ingin dekat dengan feeling, buatlah ia nyaman. Jangan sakiti perasaannya.


Ingat, belajar tentang bawaan orok yang lainnya. Pahami. Seperti intuiting yang sudah satu ya satu. Kalau sudah dapat kepercayaan darinya, lihat apa yang bisa kau dapatkan darinya. Kalau kau mengkhianatinya, lihat apa yang kau dapatkan dari dia. Begitu contohnya. Asik kan kalau sudah paham?




@imardalilah

Leave a Reply