Kau tahu mengingatmu itu ibarat aku keluar rumah tanpa baju, serasa ada yang kurang? Namun aku tidak menyadari apa yang kurang itu. Mengingatmu itu seperti ada yang kurang. Namun aku tidak menyadari dimana kekurangan itu. Apakah sepotong hatiku terbawa olehmu? Ataukah setitik perasaanku yang kau bawa?


Kau tahu? Aku masih mencari kekurangan itu. Apa mungkin kau membawa setitik perasaanku padamu? Atau justru kau yang meninggalkan perasaan itu didalam hatiku? Apa mungkin kau membawa sepotong hatiku dalam dirimu? Atau justru kau yang sengaja meninggalkan sepotong hatimu dalam diriku?


Kau tahu? Lebih baik aku tidak tahu sama sekali apa yang kau rasakan tentang diriku. Lebih baik aku tidak tahu apa-apa tentangmu. Lebih baik aku tidak mendengar sepatah kata pun darimu hingga aku berharap lebih padamu. Lebih baik dan mungkin lebih baik kita tidak pernah bertemu. Sama sekali.


Kau tahu? Jika perasaan diantara kita memang sama, baiknya kita perjelas dimana letak samanya. Jika perasaan diantara kita memang berbeda, baiknya kita pun perjelas dimana letak bedanya. Agar diantara aku dan kau tidak ada asumsi apapun. Asumsi kau mencintaiku. Asumsi aku mencintaimu. Asumsi kau berbeda. Asumsi aku berubah. Cinta butuh kejelasan.


Kau tahu? Bertemu denganmu seperti bertemu dengan guru yang super duper galak. Bibir rapat. Tak bisa bicara, membisu. Aku tak bisa mengucap apapun. Lidahku kelu. Hatiku beku. Tanganku kaku. Bagaimana bisa kita perjelas kondisi ini jika aku tak bisa mengucapkan apa yang ingin aku ucapkan dan kau tak pernah bicara tentang kita. Tentang keberadaan kita. Tentang dimana kita. Tentang dimana posisi aku bagimu dan posisi kau bagiku.


Kau tahu? Berjumpa denganmu membuatku serba salah. Berbicara denganmu membuatku serba salah. Bahkan sekedar mengingat dirimu membuat diriku serba salah. Dimana salahnya? Di kejelasan cinta yang semestinya kita perjelas dari dulu. Hingga tak ada lagi serpihan-serpihan perasaan yang menusuk bahkan tenggelam dalam sanubari kita masing-masing.


Lalu adakah apa yang aku rasakan sama dengan apa yang kau rasakan saat ini? Atau malah jauh berbeda seratus delapan puluh derajat? Cinta tanpa kejelasan itu menyakitkan. Serba salah. Tak tahu apa yang mesti dilakukan. Yang satu berharap, yang satu merasa tak memberi harapan. Lalu siapa yang salah? Aku yang berharap atau kau yang memberi harapan? Atau justru aku kepedean dan sebenarnya kau tak pernah memberi harapan apapun.


Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk memperjelas dimana aku berada kini? Haruskah aku umumkan pada dunia bahwa aku mencari kejelasan cinta diantara kita? Atau haruskah aku lupakan begitu saja semua yang pernah terjadi diantara kita? Semoga kejelasan itu segera jelas. Sekali lagi, cinta butuh kejelasan. Jika tidak, itu sangat menyakitkan.





@imardalilah

Leave a Reply