Posted by Imar in
on
-
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu
dengan yang lain? Ah, begitu mudah kau berpaling dariku. Apakah kau Feeling
extrovert yang begitu mudah menyukai lawan jenismu? Yang begitu mudah jatuh
hati pada lawan jenismu? Mengapa harus aku bertemu denganmu, jatuh cinta pada
dirimu yang seperti itu?
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Jika begitu, mengapa begitu sakit ketika aku melihatmu
dengan yang lain? Apakah aku yang terlalu setia atau kau yang terlalu mudah
berpaling? Apakah aku Feeling introvert yang begitu setianya pada jantung
hatiku, pada orang yang aku cintai dan sayangi. Yang hanya satu untuk seumur
hidup. Bahkan ketika kau menikah dengan orang lain pun aku akan tetap menunggu kau
berpisah dengan pasanganmu itu. Entahlah, aku yang terlalu bodoh menunggumu
hingga sebegitunya atau kau yang tak tau bahwa aku adalah harta karun yang
semestinya kau miliki seutuhnya.
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu
dengan yang lain? Apakah karena aku adalah orang yang tidak berani
mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini padamu? Ya, mungkin itu
alasannya. Sehingga kau pergi begitu saja dengan orang lain. Padahal aku sangat
mengagumimu. Sungguh. Tapi aku tak punya nyali untuk mengungkapkannya padamu. Ternyata
aku pecundang yang hanya bisa menatapimu dari jauh, yang hanya bisa mengagumimu
dari jauh, tapi kelu dan kaku saat aku bertemu denganmu. Mungkin itu
penyebabnya, aku hanyalah seorang pengagum rahasia.
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu
dengan yang lain? Memangnya kau tak ingat memori kita selama kita bersama? Padahal
aku mengingat semuanya dengan baik dalam memoriku. Jangankan ingatanku, panca
inderaku saja begitu hapal mengingat setiap hal yang kita lakukan bersama. Dari
ujung rambut hingga ujung kaki, tiada yang tak ku ingat. Semua memori terekam
dengan jelas. Tapi kau begitu mudah berpaling dan menghapus semua memori yang
kita alami dalam ingatanmu. Lalu bagaimana dengan diriku ini yang kadung
menyimpan berGiga-giga memori kita? Mungkin aku harus hilang ingatan,
bertabrakan dengan calon penggantimu hingga semua memori tergantikan oleh yang
baru.
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu
dengan yang lain? Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku menjagamu sepenuh ragaku.
Aku berikan apapun untukmu. Apakah kau lari dariku karena aku terlalu posesif? Apakah
posesif itu membuatmu tidak nyaman? Aku tidak punya alasan lain bersikap
demikian kecuali karena aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu. Itu adalah
bukti bahwa aku ingin menjagamu, bahwa aku sangat teramat sangat mencintaimu.
Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?
Aku tak mau jika cinta itu tidak memiliki. Aku rela kau
jadikan yang kedua asal aku bisa selalu bersamamu. Aku tak peduli apa yang
dikatakan orang tentang aku. Hubungan ini yang menjalani kita berdua. Aku bersedia
dan kau pun demikian. Lalu tunggu apalagi, jadikanlah aku yang kedua. Tak mengapa
banyak orang mencaciku, membenciku, atau menganggapku bodoh. Asalkan aku tetap
bersamamu dan kau pun mau menjalani hidup ini bersama-sama.
@imardalilah
Terinspirasi dari STIFIn
Uhuk uhuk,,,,,
hattziiiim,,,,,,,,,
widiwww ngena beetttt bang :D