Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Ah, begitu mudah kau berpaling dariku. Apakah kau Feeling extrovert yang begitu mudah menyukai lawan jenismu? Yang begitu mudah jatuh hati pada lawan jenismu? Mengapa harus aku bertemu denganmu, jatuh cinta pada dirimu yang seperti itu?


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit ketika aku melihatmu dengan yang lain? Apakah aku yang terlalu setia atau kau yang terlalu mudah berpaling? Apakah aku Feeling introvert yang begitu setianya pada jantung hatiku, pada orang yang aku cintai dan sayangi. Yang hanya satu untuk seumur hidup. Bahkan ketika kau menikah dengan orang lain pun aku akan tetap menunggu kau berpisah dengan pasanganmu itu. Entahlah, aku yang terlalu bodoh menunggumu hingga sebegitunya atau kau yang tak tau bahwa aku adalah harta karun yang semestinya kau miliki seutuhnya.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Apakah karena aku adalah orang yang tidak berani mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini padamu? Ya, mungkin itu alasannya. Sehingga kau pergi begitu saja dengan orang lain. Padahal aku sangat mengagumimu. Sungguh. Tapi aku tak punya nyali untuk mengungkapkannya padamu. Ternyata aku pecundang yang hanya bisa menatapimu dari jauh, yang hanya bisa mengagumimu dari jauh, tapi kelu dan kaku saat aku bertemu denganmu. Mungkin itu penyebabnya, aku hanyalah seorang pengagum rahasia. 


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Memangnya kau tak ingat memori kita selama kita bersama? Padahal aku mengingat semuanya dengan baik dalam memoriku. Jangankan ingatanku, panca inderaku saja begitu hapal mengingat setiap hal yang kita lakukan bersama. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, tiada yang tak ku ingat. Semua memori terekam dengan jelas. Tapi kau begitu mudah berpaling dan menghapus semua memori yang kita alami dalam ingatanmu. Lalu bagaimana dengan diriku ini yang kadung menyimpan berGiga-giga memori kita? Mungkin aku harus hilang ingatan, bertabrakan dengan calon penggantimu hingga semua memori tergantikan oleh yang baru.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku menjagamu sepenuh ragaku. Aku berikan apapun untukmu. Apakah kau lari dariku karena aku terlalu posesif? Apakah posesif itu membuatmu tidak nyaman? Aku tidak punya alasan lain bersikap demikian kecuali karena aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu. Itu adalah bukti bahwa aku ingin menjagamu, bahwa aku sangat teramat sangat mencintaimu.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?


Aku tak mau jika cinta itu tidak memiliki. Aku rela kau jadikan yang kedua asal aku bisa selalu bersamamu. Aku tak peduli apa yang dikatakan orang tentang aku. Hubungan ini yang menjalani kita berdua. Aku bersedia dan kau pun demikian. Lalu tunggu apalagi, jadikanlah aku yang kedua. Tak mengapa banyak orang mencaciku, membenciku, atau menganggapku bodoh. Asalkan aku tetap bersamamu dan kau pun mau menjalani hidup ini bersama-sama.


@imardalilah
Terinspirasi dari STIFIn

2 Responses so far.

  1. Uhuk uhuk,,,,,
    hattziiiim,,,,,,,,,

  2. Unknown says:

    widiwww ngena beetttt bang :D

Leave a Reply