Cintanya Feeling

Hangatnya sinar mentari pagi ini sehangat diriku, sehangat perasaanku, sehangat jiwaku yang selalu menyayangimu setulus jiwa ragaku. Aduhai mentari yang hanya satu di dunia ini, andai saja begitu pula dengan cinta yang aku miliki ini. 

Aku bukan player, aku bukan mempermainkan perasaan tapi entahlah. Bagiku semua orang berhak mendapatkan cinta kasih dariku. Agar semua orang yang aku temui, yang aku kenal, bahagia dengan cintaku ini.


Mentari, memang kamu tak kesepian sendirian? Memang kau betah begitu terus? Mengapa kamu tak protes saja pada Tuhan dan meminta untuk diciptakan mentari yang lain agar kamu tak seorang diri lagi?


Mentari, aku sih kalo jadi kamu pasti sudah protes sama Tuhan. Aku tuh ga betah sendirian, aku tuh ga mau sendirian. Kalo berdua lebih baik kenapa engga? Yekan?


Banyak yang bilang aku ini player, easy lover. Emang gitu ya? Bagiku membagi cinta itu hal yang wajar, mengasihi semua orang adalah wajar. Memangnya aku ga boleh perhatian sama orang lain? Memangnya aku hanya boleh perhatian, cinta dan sayang sama pasanganku? Engga kan?


Yaaa mungkin iya aku easy lover tapi perlu kamu tau nih mentari, aku tuh kalo udah satu ya setia. Suwer deh. Tapi ya kalo tepe-tepe (tebar pesona) atau pesona aku tersebar, cinta aku tersebar dan menyebar, itu lain urusan yaa, hehe. Intinya sih aku setia, ga mudah berpaling.


Boro-boro aku selingkuh, ngelirik yang lain aja aku ga berani. Eits, ngelirik sama tebar pesona beda yaaa, xixixixi. Kalo aku ngelirik yang lain atau yang lebih parahnya aku selingkuh berarti aku nyakitin dia dong? Mana tega aku? Sekalipun dia bikin kesalahan sama aku, aku ga akan tega ninggalin dia. Udah percaya kalo aku setia?


Sebenernya orang yang dapetin aku itu orang yang paling beruntung loh karena kesetiaan aku, hihiihi. Aku ditinggalin dia aja masih ngarep, masih nunggu kapan dia putus sama doi-nya, mungkin sampe rela nunggu dia menjanda. Tuh saking aku setianya loh. Bagi aku, cinta itu SATU seumur hidup !


Aku ga sanggup kalo mesti diputusin, ditinggalin sama orang yang aku cintai. Kalo aku lagi galau diputus cinta, pasti deh aku nyanyi lagu Kerispatih –Cinta Sampai Mati. Cekidot deh….


Maafkan keadaan ini
Ku tak bisa lagi bersamamu
Sebenarnya ku tak pernah bisa terima
Kau mencintainya
Kurelakan Meski ku tak rela
Merindumu Tak memilikimu
Tuhanlah yang pasti mengerti
Aku tetap menanti
Aku tetap menanti


Kamu tuh rugi udah milih dia. Dia belum tentu setia kayak aku. Aku (mungkin) sampe kamu mati pun akan aku tunggu, pokoknya sampe kamu single lagi. Aku ibarat mentari yang rela sendirian nungguin Tuhan nyiptain mentari yang lain buat nemenin aku. Aku ibarat penumpang angkot yang rela nunggu angkot di halte bus, sampe tuh angkot kosong baru aku mau naik.


Aku bukan mata keranjang, sayang. Alasan kamu mutusin aku tuh ga masuk akal. Aku emang gini orangnya tapi bukan berarti aku ga setia. Please, comeback to me.


Dunia ini tuh ga adil yaa. Aku ga pernah berani mutusin siapapun yang menjalin kasih dengan aku. Aku khawatir menyakiti hatinya sekalipun aku yang tersakiti. Aku rela, aku rela tersakiti demi orang yang aku kasihi, demi orang yang aku sayangi. Tapi kenapa kesetiaan aku selalu berbalas seperti ini?


Buat kamu, I will always love you. Dalam keadaan apapun kamu, aku setia disini menunggumu dan kita kembali merajut asa yang sempat terhempas oleh ombak. Semoga ombak atau apapun itu bisa membawa cinta kita kembali bersama.


Seperti kata Kerispatih, Dirimu di hatiku tak lekang oleh waktu meski kau bukan milikku. I will always love you J





@imardalilah

p1

Cintanya Sensing

Banyak orang bertanya, untuk apa bersama jika ujungnya berpisah jua?
Banyak orang berkata, jika kebersamaan ini hanya berujung perpisahan lebih baik tak usah ada kebersamaan itu.


Ya, aku setuju. Untuk apa bersama jika ujungnya berpisah jua? Dan aku sangat setuju tak perlu ada kebersamaan jika akhirnya aku dan kamu mesti berpisah, hingga seakan percuma adanya kebersamaan tersebut.


Kebersamaan itu semestinya berujung kebersamaan. We are TEAM, Together Everyone Achive More. Jika kita bersama, kita lebih kuat. Jika kita bersama, kita lebih tangguh. Jika kita bersama, halang dan rintang lebih mudah kita lewati. Karena apa? Ya, karena kita bersama. Karena kita TEAM.


Waktu yang kita habiskan dalam kebersamaan itu menjadi kenangan yang tak kan pernah aku lupakan. Sungguh. Karena kebersamaan itu merupakan waktu dimana aku menyimpannya dalam tiap rongga syaraf-ku, dalam tiap celah belahan otak limbik kiri-ku, dalam tiap bagian otot-otot dalam tubuhku.


Semua terekam dengan jelas oleh panca indera-ku. Kau tau mengapa? Karena kau begitu spesial, kau begitu istimewa untukku. Jika orang lain atau orang lain pernah bersama denganmu, mereka hanya mengingatmu dalam otaknya, tapi aku mengingatmu dalam semua panca indera-ku. Dan untuk men-delete-nya dibutuhkan waktu yang sangat sangat lama.


Mungkin mudah menekan tombol delete atau backspace tapi sangat dan teramat tidak mudah untuk menghapus segala kenangan yang kita lalui bersama. Terlebih memori-ku sangat kuat, memori-ku bisa mengingat hal yang sangat detail, yang kecil-kecil, apapun itu. Memori-ku tak sekedar memori dalam otak-ku, tapi memori-ku meliputi segala inderawi yang aku miliki saat ini.


Sekalipun aku amnesia, itu tak akan membuatku lupa akan dirimu. Itu tidak akan membuat segala memori kita dalam kebersamaan terhapus begitu saja.


Jika kita berpisah, tegakah kau membiarkan aku dengan segala kenangan kita dalam kebersamaan? Tegakah engkau membiarkan aku berusaha sekuat tenaga untuk menghapus setiap kenangan itu yang terekam dalam setiap sendi, dalam setiap titik diriku?


Itulah mengapa, untuk apa bersama jika ujungnya berpisah? Jika kau tidak menginginkan kebersamaan ini tetap bersama, lebih baik jangan pernah mengajakku untuk bersamamu.


Aku akan sangat tersiksa jika kau bersama aku yang dinaungi dalam kebersamaan berujung dengan perpisahan.  Sekalipun aku adalah makhluk yang paling kuat, yang mungkin menggendong-mu berkilo-kilo meter pun aku sanggup, tapi aku tetap makhluk yang rapuh kala kau akhiri kebersamaan ini.


Mungkin jika kau keukeuh mengakhiri kebersamaan ini aku hanya bisa berdiam diri sambil mempertanyakan semuanya padamu seperti lirik lagu Adele-Don’t You Remember….


Don't you remember?

The reason you loved me before
Baby, please remember me once more,



When was the last time you thought of me?

Or have you completely erased me from your memory?

I often think about where I went wrong
The more I do, the less I know.



Don’t You Remember?


Lalu aku lanjutkan dengan menyanyikan lagu Geisha....

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya



@imardalilah

p1

Cinta Berdasar Logika

Hening. Hanya dentuman musik di headset yang menempel di telingaku yang ku dengar. Mungkin ada satu lagi yang terdengar selain suara itu. Itulah suara hatiku. Ya suara hatiku. Hanya angin yang berasal dari kipas anginku yang menempel didinding yang bisa kurasakan saat ini. Mungkin ada hal lain yang dapat aku rasakan, perasaan dalam hatiku yang entah tertuju untuk siapa.


Keheningan dalam ruangan yang tak lebih dari sembilan meter persegi ini sangat aku nikmati. Aku nikmati ditemani dengan perasaan yang tak karuan. Perasaan rindu, tapi entah rindu pada siapa. Perasaan sayang, tapi entah sayang pada siapa. Dan perasaan lainnya yang tak bertuan.


Perasaan logikanya tak akan pernah bisa disatukan dengan logika. Perasaan tak akan pernah sama dengan logika. Perasaan tak akan pernah bisa dihitung dengan kalkulator, dihitung dengan jari, dihitung dengan berbagai macam bentuk alat bantu apapun. Perasaan ya perasaan. Tak akan pernah masuk logika yang selalu mensyaratkan adanya data dan fakta.


Jangan pernah paksakan aku untuk menjawab apa yang sedang aku rasa saat ini. Karena berjuta kali pun kau tanyakan itu lidahku tetap kelu untuk menjawab, otakku tetap tak mampu menembus hatiku yang entah sedang merasakan apa didalam sana.


Jangan pernah pakai logika-mu untuk menembus segala yang aku rasakan kini. Jangan pernah pakai data dan fakta yang kau lihat untuk merasakan apa yang kurasakan ini. Cobalah untuk meraba dengan hati, cobalah untuk memahamiku dengan perasaan yang ada dalam hatimu. Jangan gunakan logika-mu, kau takkan pernah sampai menggapaiku dengan logika-mu itu.


Kau tau? Aku adalah makhluk perasa. Mana bisa aku merasakan logika-mu. Mana bisa aku merasakan dengan berbagai macam fakta-fakta yang kau kemukakan. Aku adalah makhluk perasa, aku hanya bisa merasakan. Jika yang aku rasa itu adalah nyaman bagiku, itulah yang ku yakini. Jika kau melihat dengan berbagai macam data yang mendetail, dengan ribuan fakta yang tertulis di kertasmu itu, kau tak akan prenah temukanku, dimana pun. Karena aku hanya hadir disini (menunjuk ke dada –hati).


Jika aku hanya ada di otakmu, jika aku hanya ada sebatas logika yang kau yakini, yakinlah kita tak akan pernah lama bersama. Bagaimana mungkin kita bisa bersama jika aku menyimpanmu di hatiku dan kau menyimpanku di otak-mu? Sangat jauh bukan?


Akulah makhluk perasa. Aku siap mencintaimu setulus hatiku, sepenuh jiwa ragaku, hanya untukmu. Apakah kau pun siap belajar menggunakan hatimu itu? Aku siap kau ajarkan untuk lebih obyektif, untuk bisa menilai yang baik dan buruk, sesuai realitanya.


Satu hal yang perlu kau ketahui dan mesti kau ingat, sesungguhnya sekalipun cinta itu tentang perasaan, tentang hati, tentang hal abstrak, tentang hal yang tak bisa kau lihat, kau raba, namun ianya akan semakin kuat kala kau bersamaku menjadikan aku seorang perasa yang bisa menggunakan logikanya. Hebat bukan kita?


Sudahlah, kita memang ditakdirkan berdua, kita ditakdirkan bersama. Membangun rumah ini dengan pilar cinta dan kasih sayang, dengan jendela dan pintu obyektivitas, dan hal lain yang akan kita lengkapi bersama. Kau dan aku itu hebat. Bukan lagi cinta buta, bukan lagi otak tak berperasaan. Tapi cinta berdasar logika.




@imardalilah

Terinspirasi dari Seorang Feeling dan Thinking

p1

Cinta Tak Harus Memiliki

Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Ah, begitu mudah kau berpaling dariku. Apakah kau Feeling extrovert yang begitu mudah menyukai lawan jenismu? Yang begitu mudah jatuh hati pada lawan jenismu? Mengapa harus aku bertemu denganmu, jatuh cinta pada dirimu yang seperti itu?


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit ketika aku melihatmu dengan yang lain? Apakah aku yang terlalu setia atau kau yang terlalu mudah berpaling? Apakah aku Feeling introvert yang begitu setianya pada jantung hatiku, pada orang yang aku cintai dan sayangi. Yang hanya satu untuk seumur hidup. Bahkan ketika kau menikah dengan orang lain pun aku akan tetap menunggu kau berpisah dengan pasanganmu itu. Entahlah, aku yang terlalu bodoh menunggumu hingga sebegitunya atau kau yang tak tau bahwa aku adalah harta karun yang semestinya kau miliki seutuhnya.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Apakah karena aku adalah orang yang tidak berani mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini padamu? Ya, mungkin itu alasannya. Sehingga kau pergi begitu saja dengan orang lain. Padahal aku sangat mengagumimu. Sungguh. Tapi aku tak punya nyali untuk mengungkapkannya padamu. Ternyata aku pecundang yang hanya bisa menatapimu dari jauh, yang hanya bisa mengagumimu dari jauh, tapi kelu dan kaku saat aku bertemu denganmu. Mungkin itu penyebabnya, aku hanyalah seorang pengagum rahasia. 


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Memangnya kau tak ingat memori kita selama kita bersama? Padahal aku mengingat semuanya dengan baik dalam memoriku. Jangankan ingatanku, panca inderaku saja begitu hapal mengingat setiap hal yang kita lakukan bersama. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, tiada yang tak ku ingat. Semua memori terekam dengan jelas. Tapi kau begitu mudah berpaling dan menghapus semua memori yang kita alami dalam ingatanmu. Lalu bagaimana dengan diriku ini yang kadung menyimpan berGiga-giga memori kita? Mungkin aku harus hilang ingatan, bertabrakan dengan calon penggantimu hingga semua memori tergantikan oleh yang baru.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?

Jika begitu, mengapa begitu sakit hatiku kala aku melihatmu dengan yang lain? Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku menjagamu sepenuh ragaku. Aku berikan apapun untukmu. Apakah kau lari dariku karena aku terlalu posesif? Apakah posesif itu membuatmu tidak nyaman? Aku tidak punya alasan lain bersikap demikian kecuali karena aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu. Itu adalah bukti bahwa aku ingin menjagamu, bahwa aku sangat teramat sangat mencintaimu.


Benarkah cinta itu tidak harus memiliki?


Aku tak mau jika cinta itu tidak memiliki. Aku rela kau jadikan yang kedua asal aku bisa selalu bersamamu. Aku tak peduli apa yang dikatakan orang tentang aku. Hubungan ini yang menjalani kita berdua. Aku bersedia dan kau pun demikian. Lalu tunggu apalagi, jadikanlah aku yang kedua. Tak mengapa banyak orang mencaciku, membenciku, atau menganggapku bodoh. Asalkan aku tetap bersamamu dan kau pun mau menjalani hidup ini bersama-sama.


@imardalilah
Terinspirasi dari STIFIn

p1