Beberapa waktu lalu, menulis menjadi rutinitas saya. Tepatnya akhir tahun 2013 saya memutuskan untuk menulis satu hari satu artikel. Kenapa? Karena saat itu saya ingin menjadi seorang penulis. Akhirnya saya berkomitmen rutin menulis setiap hari, melatih diri skill menulis saya. Bukan karena saya merasa tulisan saya bagus. Tapi karena saya memiliki suatu keinginan. Maka saya berpikir langkah saya haruslah sesuai dengan apa yang saya inginkan.
Komitmen sudah saya tentukan dan tentu saja konsekuensinya saya harus meluangkan waktu untuk melaksanakan komitmen saya tersebut. Di awal memang saya sangat bersemangat, hingga perlahan saya excuse karena ada hal yang lebih prioritas yaitu menyelesaikan skripsi. Akhirnya blog saya ini saya isi sesempatnya saja. Hingga akhir 2014 terjadi peristiwa besar dalam hidup saya dan men-distract kehidupan saya.
Singkat cerita, blog ini saya hidupkan lagi (saat ini). Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis kembali. Tapi entahlah, otak seperti blank. Tidak tahu harus menulis apa.
Penyebab blog ini saya isi kembali adalah tugas dari guru saya untuk berlatih menulis. Sebelumnya memang sudah saya katakan apa keinginan saya, blablabla...saya katakan panjang lebar. Bahkan saya mengatakan bahwa saya merasa bukan ingin menjadi penulis. Guru saya hanya berkata : "Lakukan tugas menulisnya, nanti kamu tahu apa maksudnya." Sebelumnya saya sudah ditugaskan untuk menulis.
Sebagai murid, saya sami'na wa atho'na. Ya walau pun saya blank tidak tahu harus menulis apa. Saya tidak tahu mengapa ini harus saya lakukan. Lumayan berat bagi saya yang harus tahu alasan dibalik sesuatu.
Berhari-hari saya pikirkan sapa yang harus saya tulis. Mengapa dulu saya bisa dengan mudahnya menulis sedangkan sekarang tidak?
Lalu saya teringat pesan guru saya tersebut : lakukan saja, nanti kamu akan tahu.
OK. Keyakinan dan kepercayaan dalam menuntut ilmu antara guru dan murid memang sangat di perlukan. Saya yakin dan percaya kepada guru saya bahwa beliau memberikan arahan sesuai dengan diri saya. Maka saya memutuskan untuk just do it, keep going on, keep running even you don't know.
Mudah? Tentu saja tidak.
Manusia itu sering sekali tidak percaya, bukan? Terlebih dengan yang tidak terlihat, tidak berwujud, invisible, dan belum terbukti/teruji. Padahal Allah jelas mengatakan bahwa ciri orang beriman adalah percaya pada yang ghoib. Apakah yang ghoib itu hanya sebangsa jin? Tentu saja definisinya lebih luas daripada itu. Termasuk kasus yang saya alami diatas.
Manusia.... Jangankan percaya dengan sesama manusia. Pada Allah saja sebatas di mulut beriman, percaya, dan yakin. Tapi sering hatinya atau apa yang di lakukannya menunjukkan bahwa dia tidak yakin pada Allah.
Ya, beriman atau yakin atau percaya adalah pertaruhan keyakinan seumur hidup. Seperti saya, untuk hal seperti ini saja saya masih banyak berpikir dan bertanya-tanya. Mungkin jika di hitung selama saya hidup lebih banyak tidak yakin atau tidak percaya dalam diri saya.
Dengan keterbatasan yang saya miliki sebagai manusia, saya hanya bisa keep going on. Jika saya berhenti, saya MATI. Manusia bisa HIDUP hanya dengan (tetap) bergerak. Yup, bergeraklah hingga akhirnya langkahmu menyampaikan pada tujuanmu.
@imardalilah