Nikah, kata yang mungkin bisa bikin yang masih single mati gaya, apalagi kalo ditanya "kapan nikah?" Atau juga bikin perasaan ga karuan gimana gitu :D
Kenyataannya kalo si single ditanya mau nikah apa ga, jawabannya pasti mau. Tapi kalo ditanya siap apa ga, wah belum tentu banyak yang jawab siap. Saya sendiri merasakan sih :D
Nah beda hal kalo ada orang yang sering bahas NIKAH. Pasti deh di cap NGEBET nikah. Padahal belum tentu. Itu yang saya rasain sekarang. Dua tahun belakangan ini saya sering banget bahas nikah pada teman-teman saya. Wah awal-awal tuh beneran di cap GENIT, CENTIL, kecil-kecil ko omongannya nikah mulu (saat itu usia saya sekitar 20 tahun). Agak ‘panas’ juga ya.

Honestly, saya bukan NGEBET nikah tapi saya pengen orang dilingkungan saya itu AWARE terhadap pernikahan. Kenapa?
Saya ceritakan, berawal dari adik kelas saya selalu menyarankan saya untuk sesegera mungkin menikah setelah lulus kuliah. Dalam frame saya, nikah itu bukan yang mesti disegerakan. Saya sudah punya rencana untuk melanjutkan kuliah S2 lalu berkarier setelah itu baru menikah. Yaaa mindset kebanyakan wanita yang masih belum paham ilmunya.
Sering sekali adik kelas saya bilang kayak gitu. Sampai akhirnya saya mulai paham WHY-nya, dan semakin bertambah ilmu setelah ketemu akun twitter ustadz Felix, Tweet Nikah, juga buku Menikah Untuk  Bahagia-nya Pak Noveldy. Dari situ mulai lah saya menyebar virus nikah :D Tujuannya bukan ngomporin orang untuk cepetan nikah tapi lebih kepada PERSIAPAN
Menikah itu bukan sekedar menyatukan dua orang yang saling cinta tapi gerbang membangun satu generasi, suatu peradaban yang lebih baik lagi. Kebayang ga kalo kita nikah tanpa ilmu? Tanpa pengetahuan? Tanpa keterampilan? Waduh, kayak lagi di kamar eh terus mati listrik. Bisa ke jedot sana sini.
Saya tambah yakin dan semangat untuk menyebarkan 'virus' tersebut, didukung oleh latar belakang pendidikan (kuliah) dan juga bisnis yang saya jalankan (bimbingan belajar). Ditambah realitas kehidupan anak-anak zaman sekarang yang udah ampun-ampunan deh pergaulannya.
Menikah tanpa ilmu, bisa jadi tujuan kita cuma karena kita ga tau lagi mesti melewati fase kehidupan seperti apa, fase kehidupan yang mana lagi, bukan untuk beribadah, bukan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik dibanding kita. Bisa jadi karena tanpa ilmu, cara-cara yang kita lakukan pra nikah (mendapatkan pasangan) bukan cara yang Allah tetapkan, bukan cara yang Rasulullah ajarkan.

Yups, PACARAN (PAke CARA Nikah), KEBABLASAAAAN ! Ga cuma itu, masih banyak juga yang pake MODUS buat deketin lawan jenisnya. Padahal sama aja. (Bisa baca tulisan saya tentang Mewaspadai Bahaya Khalwat)
Kalo kita menuju pernikahan pake cara-cara seperti itu ibarat kita dapat buah mangga tapi boleh nyolong. Mangga-nya halal, tapi caranya? HARAM ! Terus kalo dimakan, tubuh kita mengandung hal yang haram juga bukan? Tegakah kita terhadap calon anak kita nanti? Sayangilah anak kita dari sebelum ia lahir, dengan cara apa? Yaa tadi, pakailah cara-cara yang sudah Rasulullah tetapkan.

Sungguh, pernikahan bukan sekedar Romantic Love tapi lebih dari itu. Salah satunya membangun satu generasi penerus bangsa yang akan mengubah dunia ini jadi lebih baik.
Berpikirlah yang luas, berpikirlah yang panjang, bukan soal perasaan kita terhadap si calon pasangan kita saja. Bagaimana mungkin kita mendidik anak tapi kita ga punya ilmunya? Persiapkan juga diri kita menjadi orang tua yang memang pantas Allah berikan anak yang soleh/ah. Kalo kita mendidik anak dengan ilmu atau cara yang orang tua ajarkan pada kita apakah tepat?
Kita tidak hanya mewariskan harta pada anak tapi juga ilmu, termasuk cara kita mendidik anak kita yang nanti dia pun menerapkan cara tersebut kepada anaknya kelak. Lalu cucu kita menggunakan cara yang sama dalam mendidik anaknya. Terus begitu, tak terhingga. Kebayang kita sudah bikin suatu peradaban kan? Kalo kita mendidik anak dengan cara yang salah, bukankah kita dimintai pertanggung jawabannya kelak?
Saya memang belum menikah, insya Allah saya bukan sok tau. Ilmu ini saya dapatkan dari orang-orang sekitar, dari buku-buku, dari guru, dan yang pasti dari pengalaman orang lain. Kata Allah, apa-apa yang terjadi adalah tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berpikir. Nah makanya saya berpikir tentang kejadian-kejadian rumah tangga di sekitar saya. Ga cuma itu sih, turunnya moral anak-anak sekarang juga jadi pemikiran saya.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga para pendakwah yang masih single, yang banyak membahas nikah tidak lagi di cap ngebet nikah karena nikah itu bukan perlombaan. Kalo ngebet itu terkesan buru-buru. Beda dengan menyegerakan, itu ada persiapan. 

By the way, Guru saya mengatakan "Wedding berbeda dengan Marriage. Wedding itu pesta pernikahan, Marriage itu pernikahan -seumur hidup. Jadi persiapkan Marriage, bukan sekedar Wedding yang cuma sehari".
Baik wanita maupun pria, persiapkanlah diri kita sebaik mungkin. Tidak sekedar memikirkan pesta pernikahannya tapi setelah pesta pernikahan usai.  Fokus pada perbaikan diri BUKAN fokus pada siapa jodoh kita nantinya. Siapa itu tergantung ada apa dalam diri kita :D
"Tumbuhan yang tumbuh di semaian tidak seperti tumbuhan yang tumbuh di tanah kering. Wajarkah bila anak-anak diharapkan sempurna, sedang ia disusui oleh susu ibu yang banyak kekurangan" 
(Manajemen Gejolak)

@imardalilah

One Response so far.

  1. Terima kasih berkenan berbagi pengetahuan ^_^

Leave a Reply