Wanita Makhluk Paling Kuat Di Dunia

Bagaimanapun wanita itu makhluk yang paling kuat didunia ini. Lihat saja saat ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Lebih banyak mereka yang tetap mencintai walaupun pada akhirnya (mungkin) ia pun membenci pria tersebut.


Bagaimanapun wanita itu makhluk yang paling kuat didunia ini. Lihat saja saat tiada kepastian yang ia terima –ia tetap menunggu, setia menunggu. Waktu demi waktu ia habiskan hanya untuk menunggu. Entah menunggu dalam kepastian atau bahkan yang lebih menyesakkan dari itu –menunggu dalam ketidakpastian.


Bagaimanapun wanita itu makhluk yang paling kuat didunia ini. Lihat saja ada berapa banyak wanita yang rela dimadu bahkan masih memaafkan kekasihnya yang telah mengkhianatinya –menduakannya, mencampakkan, mengabaikannya. Wanita tetap bertahan. Bagai pohon besar yang akarnya sudah tertancap kuat dibawah tanah. Sulit sekali digoyahkan walau dengan angin sekencang apapun.


Bagaimanapun wanita itu makhluk yang paling kuat didunia ini. Lihat saja ibu kita. Sebagai ibu, ia telah merasakan melahirkan jabang bayi ke dunia. Dan kau tahu berapa kekuatan yang dikeluarkan saat ibu melahirkan kita? Itu setara dengan kekuatan mengangkat beban seberat satu kuintal. Ya, satu kuintal. Kesakitan yang menjadikan seorang ibu tiba-tiba kuat bak wonderwoman.


Lalu, apakah itu menjadikan bahwa wanita adalah makhluk yang paling kuat? Sekuat-kuatnya wanita ia membutuhkan pelindung. Siapa? Tentu saja pria. Lebih tepatnya suami.


Katanya wanita makhluk yang paling kuat didunia ini. Pernyataan itu menjadi ambigu manakala wanita dengan rela disakiti oleh pria yang dicintainya –diabaikan, dikhianati, digantung statusnya, dan kasus lain sebagainya, antara wanita makhluk yang paling kuat didunia ini atau wanita makhluk paling bodoh didunia ini.


Bisa kau bayangkan bagaimana seorang wanita masih bisa mencintai kekasihnya ketika ia telah disakiti? Diabaikan? Dikhianati? Digantung statusnya? Bahkan ketika wanita bisa berada dalam satu atap dengan wanita lain –pendamping kedua suaminya?



Ah, jujur saja aku tak sanggup membayangkan hal itu semua. Bagiku wanita itu mulia dan yang memuliakannya menjadi lebih mulia dibandingkan wanita tersebut. Pria yang menyakiti hati wanita mudah saja keputusannya, tinggalkan ia. Namun tidak mudah kala cinta sudah melekat dalam hati.



@imardalilah

p1

Pahami Diriku, Pahami Dirimu

Aku tidak pernah meminta untuk seperti ini, Tuhan. Mengapa banyak orang yang mengeluh akan diriku ini? Aku tak kuasa mendengar keluhan mereka tentang keburukan diriku. Memang semua itu inginku? Memang semua itu kemauanku? Aku sama sekali tidak pernah meminta aku menjadi seperti ini.


Begitu banyak diantara kita yang mengeluh seperti itu. Coba tengok pada diri kita, apakah kita termasuk di dalamnya?


Aku belajar banyak tentang kepribadian manusia. Ternyata Allah memberikan masing-masing takdir kepribadian manusia yang berbeda. Namun bukan berarti itu adalah derita. Bukan berarti itu adalah bencana untuk diri kita.


Allah berikan kepribadian yang berbeda agar manusia bisa memahami satu sama lain, bisa melengkapi satu sama lain. Siapa bilang manusia tidak ada yang sempurna? Justru manusialah sesempurna-sempurnanya makhluk ciptaan Allah. Kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya. Apa itu? Ada dua unsur dalam dirinya, baik-buruk, benar-salah, malaikat-setan, dan lain sebagainya.


Manusia bisa menentukan arah hidupnya sendiri, tidak seperti binatang, malaikat, tumbuhan, atau bahkan setan. Takdir mereka tidak bisa diubah. Hidup mereka flat. Tapi manusia? Begitu dinamis dan bebas. Bebas menentukan arah hidupnya hendak dibawa kemana.


Allah berikan modal yang sama pada manusia. Kepribadian bawaan orok. Ada kekurangan dan kelebihannya. Tinggal bagaimana caranya kita mengoptimalkan (mensyukuri) apa yang sudah Allah berikan untuk kita. Kepribadian bawaan orok tidak bisa diubah namun bisa dioptimalkan, diasah, dan dilatih.


Sensing yang rajin, detail, melengkapi intuiting yang kebalikannya. Intuiting yang memiliki konsep dan ide-ide besar melengkapi sensing yang praktis dan pesimis. Feeling yang berperasaan melengkapi thinking yang cuek dan kurang peka. Thinking yang obyektif melengkapi feeling yang subyektif. Insting yang responsif melengkapi feeling yang banyak omong. Sensing yang berstamina melengkapi insting yang nanggung.


Tidak ada salah satu lebih baik dari yang lainnya. Itu hanya modal. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan modal tersebut untuk mendapatkan manfaat dan laba sebanyak mungkin. Bawaan orok memang sama namun kemampuan, ilmu, pengetahuan, dan lain sebagainya berbeda.


Masing-masing bawaan orok memiliki tantangan tersendiri dalam mengoptimalkannya. Seperti intuiting yang sulit blak-blakan, sulit to the point, bahasa yang tersirat dan sulit dipahami oleh orang lain. Itu adalah tantangan. Bagaimana seorang intuiting bahasanya mudah dipahami oleh bawaan orok lainnya, terlebih bagi sensing dan thinking yang buta akan isyarat.


Jika seorang intuiting merasa itu adalah keburukan, aku yakin seyakin-yakinnya dia tidak akan menjadi seorang intuiting yang hebat. Justru itu adalah keunikannya. Bahasa yang tersirat. Hikmahnya bawaan orok lainnya mesti belajar memahami. Bagi intuiting sendiri ia belajar bagaimana memakai bahasa manusia pada umumnya. Bukan lagi memakai bahasa yang hanya kaumnya yang mengerti.


Masing-masing mesti belajar bukan meratapi bawaan orok masing-masing. Jika meratapi tanda kita kufur. Tidak mensyukuri apa yang sudah Allah takdirkan untuk kita. Bukan sekedar belajar tentang dirinya tapi juga belajar mengenai orang lain.


Jika ingin dekat dengan intuiting, dekatilah. Dia makhluk cuek yang sebenarnya care. Jangan berharap bisa dekat jika kau tidak mendekatinya. Jika ingin dekat dengan sensing, seringlah berinteraksi. Dia makhluk yang mesti melihat lawan bicaranya. Jika ingin dekat dengan feeling, buatlah ia nyaman. Jangan sakiti perasaannya.


Ingat, belajar tentang bawaan orok yang lainnya. Pahami. Seperti intuiting yang sudah satu ya satu. Kalau sudah dapat kepercayaan darinya, lihat apa yang bisa kau dapatkan darinya. Kalau kau mengkhianatinya, lihat apa yang kau dapatkan dari dia. Begitu contohnya. Asik kan kalau sudah paham?




@imardalilah

p1

Cinta Butuh Kejelasan

Kau tahu mengingatmu itu ibarat aku keluar rumah tanpa baju, serasa ada yang kurang? Namun aku tidak menyadari apa yang kurang itu. Mengingatmu itu seperti ada yang kurang. Namun aku tidak menyadari dimana kekurangan itu. Apakah sepotong hatiku terbawa olehmu? Ataukah setitik perasaanku yang kau bawa?


Kau tahu? Aku masih mencari kekurangan itu. Apa mungkin kau membawa setitik perasaanku padamu? Atau justru kau yang meninggalkan perasaan itu didalam hatiku? Apa mungkin kau membawa sepotong hatiku dalam dirimu? Atau justru kau yang sengaja meninggalkan sepotong hatimu dalam diriku?


Kau tahu? Lebih baik aku tidak tahu sama sekali apa yang kau rasakan tentang diriku. Lebih baik aku tidak tahu apa-apa tentangmu. Lebih baik aku tidak mendengar sepatah kata pun darimu hingga aku berharap lebih padamu. Lebih baik dan mungkin lebih baik kita tidak pernah bertemu. Sama sekali.


Kau tahu? Jika perasaan diantara kita memang sama, baiknya kita perjelas dimana letak samanya. Jika perasaan diantara kita memang berbeda, baiknya kita pun perjelas dimana letak bedanya. Agar diantara aku dan kau tidak ada asumsi apapun. Asumsi kau mencintaiku. Asumsi aku mencintaimu. Asumsi kau berbeda. Asumsi aku berubah. Cinta butuh kejelasan.


Kau tahu? Bertemu denganmu seperti bertemu dengan guru yang super duper galak. Bibir rapat. Tak bisa bicara, membisu. Aku tak bisa mengucap apapun. Lidahku kelu. Hatiku beku. Tanganku kaku. Bagaimana bisa kita perjelas kondisi ini jika aku tak bisa mengucapkan apa yang ingin aku ucapkan dan kau tak pernah bicara tentang kita. Tentang keberadaan kita. Tentang dimana kita. Tentang dimana posisi aku bagimu dan posisi kau bagiku.


Kau tahu? Berjumpa denganmu membuatku serba salah. Berbicara denganmu membuatku serba salah. Bahkan sekedar mengingat dirimu membuat diriku serba salah. Dimana salahnya? Di kejelasan cinta yang semestinya kita perjelas dari dulu. Hingga tak ada lagi serpihan-serpihan perasaan yang menusuk bahkan tenggelam dalam sanubari kita masing-masing.


Lalu adakah apa yang aku rasakan sama dengan apa yang kau rasakan saat ini? Atau malah jauh berbeda seratus delapan puluh derajat? Cinta tanpa kejelasan itu menyakitkan. Serba salah. Tak tahu apa yang mesti dilakukan. Yang satu berharap, yang satu merasa tak memberi harapan. Lalu siapa yang salah? Aku yang berharap atau kau yang memberi harapan? Atau justru aku kepedean dan sebenarnya kau tak pernah memberi harapan apapun.


Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk memperjelas dimana aku berada kini? Haruskah aku umumkan pada dunia bahwa aku mencari kejelasan cinta diantara kita? Atau haruskah aku lupakan begitu saja semua yang pernah terjadi diantara kita? Semoga kejelasan itu segera jelas. Sekali lagi, cinta butuh kejelasan. Jika tidak, itu sangat menyakitkan.





@imardalilah

p1